Peringatan

3019 Words
    Reina tampak banjir keringat saat dirinya masih berlatih dengan salah satu pengawal yang bekerja di kediamannya. Setiap sekali dalam seminggu, Reina memang sengaja mengosongkan jadwalnya. Tentu saja bukan untuk berlibur, tetapi untuk melatih fisik dan kemampuan bela dirinya. Seperti yang diketahui, Reina adalah satu-satunya anggota keluarga Heloise yang tersisa. Ia tidak memiliki sanak saudara atau keluarga jauh yang bisa menjadi tempat bergantung dan melindunginya. Karena itulah, Reina sejak muda sudah mendapatkan latihan fisik dan latihan bela diri yang disesuaikan dengan usianya. Mendiang kepala pelayan juga berkata, jika nantinya ini akan sangat bermanfaat bagi Reina untuk melindungi dirinya sendiri ketika terjun ke pergaulan kelas atas dan terjun dalam dunia bisnis yang berbahaya.     “Nona, sebaiknya kita istirahat,” ucap lawan latihan Reina yang bernama Brandon.     Brandon adalah kesatria yang memang mengabdi pada keluarga Heloise ini. Tentu saja, setelah keluarga Heloise pindah ke ibu kota lima tahun yang lalu. Saat itu, Brandon bukan siapa-siapa dan hanya seorang kesatria bayaran. Namun, Reina yang saat itu masih berusia empat belas tahun, mengulurkan tangannya pada Brandon dan memintanya untuk menjadi kestaria tetap yang akan menjadi pengawalnya. Awalnya, Brandon menertawakan tawaran Reina. Secara saat itu, keluarga Heloise adalah keluarga bangsawan bergelar Baron yang ternyata tidak memiliki harta apa pun selain sebuah lahan herbal, kebun bunga. Terlebih, Brandon juga tahu jika di dalam keluarga Heloise hanya tersisa Reina sebagai anggota keluarga yang tersisa setelah kebakaran yang terjadi di masa lalu.     Brandon tidak ingin menggantungkan hidupnya pada keluarga bangsawan miskin. Namun, begitu akan menolak tawaran tersebut, Reina membuat Brandon terkejut. Ternyata Reina mengetahui masalah radang usus parah yang ia alami. Reina mengetahui hal tersebut dalam sekali lihat dan menjanjikan akan memberikan obat herbal yang akan menyembuhkan Brandon secara sedikit demi sedikit. Karena itulah, Reina meminta Brandon untuk menjadi kestarianya. Reina tidak memaksa Brandon, tetapi jika Brandon menolak tawaran ini, maka Brandon hanya perlu bersiap menjemput ajalnya karena penyakit yang ia derita.     Brandon pun menerima tawaran Reina, karena pengetahuan Reina dalam masalah kesehatan tersebut. Selama ini, Brandon sudah menemui banyak dokter dan tabib, tetapi penyakitnya sama sekali tidak bisa disembuhkan. Brandon putus asa. Namun, hal yang ajaib datang. Reina yang setiap harinya memberikan racikan teh herbal untuknya, ternyata membuat kondisi Brandon semakin membaik dari hari ke hari. Brandon memiliki firasat baik mengenai masalah ini. Namun, Brandon saat itu perlu memastikannya secara langsung pada seseorang yang lebih profesional. Lalu, Brandon dikejutkan karena radang ususnya ternyata sudah hampir sembuh total. Saat itulah, Brandon meletakkan kesetiannya pada nona mudanya, dan akan melayaninya dengan sepenuh hati.     “Kita baru saja memulainya, Brandon,” ucap Reina sembari menyeka keringat pada keningnya.     “Tapi Nona sudah terlihat sangat kelelahan, bahkan sejak tadi serangan Nona terus meleset,” ucap Brandon mengingat serangan demi serangan pedang kayu Reina yang selalu meleset.     Reina memang berlatih pedang bersama dengan Brandon. Karena itulah, kemampuan berpedang Reina memang sudah terasah selama empat tahun ke belakang. Brandon mengakui jika kemampuan belajar Reina sangat baik. Ia tidak akan meragukan kemampuan Reina lagi. Karena sampai saat ini, Brandon masih selalu takjub saat mengingat gadis berusia empat belas tahun memberikan obat yang membuat nyawanya selamat. Tidak bisa dipungkiri lagi, jika Reina memang sangatlah cerdas, ia bisa menyerap ilmu apa pun yang diberikan padanya dengan sangatlah cepat. Sayangnya, kondisi tubuh Reina tidak memungkinkan dirinya untuk berlebihan berlatih fisik.     Reina memiliki fisik yang cukup lemah. Walaupun sudah dibiasakan untuk berlatih bela diri sejak muda, tetapi hal itu tidak terlalu membantu mengenai ketahanan tubuhnya. Apalagi, akhir-akhi ini Brandon amatai Reina sangat sibuk dan kekurangan jam tidur. Hal itu semakin membuat fisiknya merasa lelah. Latihan berlebihan adalah pilihan terburuk untuk saat ini. Bisa-bisa, tubuh Reina tidak tahan dan pada akhirnya tumbang. Jika hal itu benar-benar terjadi, sudah dipastikan kabar itu akan membuat isi kediaman Heloise ini menjadi kacau karena sang nona muda jatuh sakit sementara tidak ada yang bisa menggantikan kepemimpinannya.     “Mendengarmu mengatakan hal itu, aku semakin tertantang untuk berlatih lebih keras, Brandon,” ucap Reina sembari mengangkat pedang kayunya tinggi-tinggi seakan-akan memberikan isyarat jika dirinya sudah kembali siap untuk melanjutkan latihan.     Brandon menghela napas panjang lalu mengulurkan tangannya untuk menahan pedang kayu Reina. Brandon berusia enam tahun lebih tua daripada Reina yang saat ini berusia sembilan belas tahun. Itu artinya, Brandon saat ini berusia dua puluh lima tahun. Meskipun Brandon adalah seorang bawahan, tetapi di waktu-waktu tertentu Brandon akan berubah menjadi sosok kakak yang penuh perhatian pada Reina. “Nona, saya mohon perhatikan kesehatan Nona juga,” ucap Brandon.     Brandon terbilang melihat Reina kecil bertumbuh menjadi gadis yang kuat dan penuh dengan pesona seperti ini. Dari waktu ke waktu, Brandon sadar jika Reina menutup dirinya. Ia tidak senang menunjukkan perasaannya secara gamblang. Ia membangun benteng agar orang-orang tidak bisa melihat jauh ke dalam hatinya. Hal yang paling membuat hati Brandon tersentuh adalah, Reina berusaha untuk menjadi kuat saat dirinya merasa kesepian. Brandon bisa mengerti mengapa Reina bisa merasakan hal itu. Tentu saja karena Reina kini sendirian di dunia. Keluarganya sudah berpulang, dan tersisa dirinya yang mengemban nama keluarga yang mungkin terasa berat untuk bahu kecilnya.     Melihat jika Brandon bersungguh-sungguh dengan perkataannya dan memberikan tatapan yang membuatnya teringat kedua orang tuanya, Reina pun menurunkan pedang kayunya sembari menghela napas panjang. “Jangan memberikanku tatapan seperti itu, Brandon. Aku membencinya,” ucap Reina sembari berbalik.     “Kenapa Nona membencinya?” tanya Brandon sembari mengikuti Reina yang melangkah menuju beranda di mana meja dan semua kebutuhan Reina dipersiapkan.     Reina mengambil handuk dan menyeka keringatnya sebelum menjawab, “Karen aitu mengingatkanku pada kedua orang tuaku.”     Mendengar hal itu, Brandon menutup bibirnya rapat-rapat. Meskipun saat ini Reina tidak memasang ekspresi apa pun pada wajah cantiknya. Brandon tahu, jika Reina merindukan kedua orang tuanya. Mungkin pula, jika Reina merasa sedih karena hal tersebut. Brandon terlalu bodoh hingga tidak berhati-hati dalam bertindak. Reina menatap camilan yang semula sudah disiapkan oleh Vyra. “Ke mana Vyra pergi?” tanya Reina saat menyadari pelayan pribadinya itu tidak terlihat lagi.     “Saya tidak tau, Nona,” jawab Brandon bertepatan dengan kemunculan Vyra yang tampak bergegas dengan wajah ceria.     Saat melihat hal itu, Reina merasakan firasat buruk yang begitu kental seiring mendekatnya Vyra padanya. Begitu tiba dan memberikan hormat, Vyra berkata, “Nona, Tuan Archie datang.”     Saat mendengar nama Archie, Brandon mengernyitkan keningnya. Ini bukan kali pertama Brandon mendengar nama ini. Sudah berulang kali Brandon mendengarnya, karena Vyra sering menceritakan sosok pria bangsawan yang akhir-akhir ini terus mendekati dan mengikuti ke mana pun sang nona muda pergi. Selama ini, karena Brandon bertugas mengawal perdistribusian herbal ke luar kota, Brandon tidak memiliki kesempatan untuk menemui pria itu. Namun, akhirnya Brandon memiliki kesempatan untuk bertemu dan memberikan penilaian atas pria yang tengah mendekati sang nona. Brandon memiliki relasi yang sangat luas mengingat jika dulu dirinya adalah seorang kestaria bayaran yang akan melayani siapa pun yang membayarnya. Ia hampir mengenal setiap orang yang tinggal di ibu kota, dan akan sangat mudah untuk mencari iformasi berkaitan dengan identitas siapa pun.     “Tuan Archie? Untuk apa dia datang ke mari? Usir saja, aku tidak mau bertemu dengannya,” ucap Reina sembari mengambil potongan buah segar yang tampak menggodanya.     Reina tampak tidak peduli dengan sekitarnya dan memilih untuk menikmati waktunya. Sayangnya, Vyra tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Vyra tersenyum dan berkata, “Sayangnya, saat ini Tuan Archie sudah menunggu Nona di ruang tamu.”     Reina menoleh dan menatap Vyra dengan tajam. “Sepertinya, aku memang perlu memberikan pukulan pada punggungmu, Vyra,” ucap Reina tidak menutupi kekesalannya.     Brandon juga menghela napas saat dirinya bisa membaca rencangan yang berseliweran di kepala Vyra. Ia sudah menebak jika Vyra sangat menyukai pria bangsawan itu. Tentu saja bukan menyukai dalam hal romansa. Namun lebih ke perasaan menyukai jika pria itu sangat cocok dengan nona muda mereka. Ini memang kali pertama bersikap seperti ini, dan hal itu membuat Brandon semakin penasaran. Seberapa berkualitas pria ini hingga Vyra menurunkan kewaspadaannya bahkan berusaha untuk membuat keduanya semakin mendekat. Brandon diam-diam berharap jika nona mudanya bersedia untuk menemui pria itu, hingga membuka peluang bagi Brandon untuk bertemu dengannya secara tatap muka. Brandon menatap Reina yang kini mengurut pelipisnya saat Vyra menjawab perkataan Reina.     “Tapi tadi Tuan Tampan itu sudah menunggu cukup lama. Dan saya merasa kasihan karena harus membuatnya berdiri. Karena itulah, saya membawanya untuk duduk di ruang tamu. Sepertinya, dia memiliki suatu hal penting yang ingin ia bicarakan,” ucap Vyra mencoba untuk memberikan alasan yang tentu saja membuat Reina semakin jengkel saja dibuatnya.     Reina melirik Vyra dan berkata, “Tutup mulutmu, Vyra.”     Vyra menurut dan segera menutup mulutnya rapat-rapat. Reina mencoba untuk mengatur napasnya dan meredakan emosinya. Saat ini, Reina tidak memiliki pilihan lain selain menemui orang yang sebenarnya tengah ia hindari itu. Reina tidak mau hatinya goyah karena netra keemasan yang tampak selalu berusaha untuk menembus pertahanannya. Reina menghela napas panjang dan berkata, “Bantu aku bersiap, Vyra. Dan Brandon, kau juga bersiaplah. Temani aku saat menemui pria itu.”     Vyra hampir bersorak saat itu juga. Ia menatap nonanya dengan penuh harap sembari berkata dalam hati, “Tenang Nona, aku akan membuatmu terlihat sangat cantik. Hingga Tuan Bangsawan tidak bisa mengalihkan pandangannya darimu. Aku akan membuat dia menjadi milikmu!”     Sementara itu, Brandon juga merasa tambah penasaran karena Reina memintanya untuk mendampingi  dirinya untuk bertemu dengan tamu. Hal ini jarang terjadi. Reina akan meminta pendampingannya ketika dirinya memang tidak merasa nyaman, atau lawan bicaranya terlalu berbahaya untuk dihadapi seorang diri. Brandon pun segera beranjak pergi untuk berganti pakaian dan bersiap. Ia tentu saja harus menyiapkan dirinya sepantas mungkin untuk berhadapan dengan seorang tamu.       **           Tak membutuhkan waktu lama, Reina sudah siap dengan gaun bersih serta rambut yang lebih rapi. Reina tidak mandi, tetapi menggunakan handuk basah untuk menyeka seluruh bagian tubuhnya yang dibasahi oleh keringat. Hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menemui orang yang tidak Reina harapkan kedatangannya. Toh, Reina sendiri tidak merasa jika tubuhnya akan menguarkan aroma tidak sedap. Vyra yang mengikuti langkah Reina tidak bisa menahan diri untuk cemberut kesal. Hal tersebut terjadi karena Reina menolak untuk dibantu berias olehnya.     Tentu saja Reina menolak bantuan Vyra, saat dirinya sudah bisa membaca apa yang ada di benak Vyra. Pelayannya itu pasti akan meriasnya dengan berlebihan seolah-olah dirinya akan bertemu dengan seseorang yang sangat penting. Padahal, bagi Reina Archard bukanlah orang penting yang harus mendapatkan sambutan. Bahkan, jika bisa Reina ingin mengusir Archard saat ini juga. Sungguh, Reina jengkel. Kenapa pria itu bisa mengunjungi kediamannya, dan kenapa pula Vyra membukakan pintu seenaknya, bahkan membuat pria itu menikmati cangkir demi cangkir teh herbal di dalam ruang tamunya. Namun, Reina berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri. Ia tidak mau terlihat seperti orang yang tidak berpendidikan.     Brandon yang mengikuti langkah Reina pun sedikit mempercepat langkahnya untuk membukakan pintu ruang tamu. Reina melangkah dengan anggun dengan gaun sederhasa serta rambut yang dikpeang menjadi satu. Sosoknya tampak begitu lembut dengan kesederhaan yang membalut dirinya. Namun, siapa sangka jika sosok lembut ini memiliki otak yang bisa dikategorikan licik, dan kemampuan berpedang yang cukup mumpuni. Archard yang semula duduk segera berdiri dan bangkit untuk mencium punggung tangan Reina sebagai salam. Sementara itu, Nero hanya sedikit membungkuk sebagai tanda jika dirinya memberikan hormat.     Brandon yang melihat wajah Archard tampak sedikit mengernyitkan keningnya, sebelum memasang ekspresi terkejut. Saat dirinya akan mengatakan sesuatu, Nero yang melihat ekspresi tersebut segera memberikan isyarat yang memerintahkan Brandon untuk menutup mulutnya rapat-rapat. Brandon tentu saja mengenal Nero dan memilih untuk mengikuti apa yang sudah diperintahkan oleh Nero lewat isyarat mata pria itu. Brandon dan Vyra berdiri di belakang kursi yang diduduki oleh Reina. Sementara beberapa pelayan datang untuk menyajikan teh hangat yang baru untuk Reina dan mengganti cangkir Archard.     “Jadi, sebenarnya atas dasar apa Tuan Archard berkunjung ke kediaman saya tanpa memberikan kabar terlebih dahulu seperti ini? Meskipun saya tidak tahu dari keluarga bangsawan mana Anda berasal, tetapi saya tahu jika Anda adalah seorang Tuan Muda yang tentu saja mendapatkan pendidikan dasar mengenai etika. Tapi, melihat tindakan Anda selama ini, sepertinya Anda tidak peduli mengenai etika atau sopan santun yang saya bicarakan ini,” ucap Reina membuat Brandon memasang ekspresi terkejut.     Wajah Brandon memucat seolah-olah dirinya tengah berhadapan dengan situasi yang sangat menakutkan. Bagaimana mungkin Brandon tidak merasa takut, ketika dirinya mengenali siapa sosok yang tengah mendapatkan perkataan tajam dari sang nona. Brandon mengenal sosok pria yang disebut-sebut sebagai Archie itu. Namun, pria itu tidak dikenal sebagai Archie oleh Brandon. Melainkan sebagai Archard Walton Baxter. Seorang Duke berdarah dingin yang sanggup menghadapi ribuan pasukan musuh seorang diri. Seorang master pedang yang terkenal di antara para kestaria karena jejak karirnya yang sungguh menakjubkan.     Brandon mengerang dalam hati, walaupun saat ini wajahnya masih berekspresi datar. Rasanya, Brandon ingin memarahi sang nona saat ini juga. Inilah alasan mengapa Brandon selama ini meminta Reina untuk bergaul dengan para bangsawan. Setidaknya, Brandon ingin Reina mengenal para bangsawan kelas atas, agar dirinya memiliki relasi yang lebih luas dan di luar dari relasi bisnisnya. Namun, Reina yang memang malas mengikuti pesta membosankan, selalu menolak undangan pesta yang berasal dari luar lingkar bisnis, dan hal itu membuat Reina kekurangan pengatuan mengenai para bangsawan kelas atas yang memang sangat jarang sekali terlibat dalam dunia bisnis.     Karena itulah, kini Reina bahkan tidak mengenal sosok Duke Baxter yang ternyata menyimpan perasaan padanya. Reina bahkan bersikap kasar dan tidak berpikir dua kali untuk melemparkan perkataan tajam padanya. Brandon tampaknya perlu untuk memberikan kode pada Reina. Namun, sayangnya Nero terus memberikan pengawasan ketat atas apa yang akan dilakukan oleh Brandon. Kini, Brandon menelan ludah. Semoga, perasaan Duke Baxter sama sekali tidak memudar seiring berjalannya waktu. Karena jika sampai perasaan Duke Baxter pada nona mudanya memudar, bisa-bisa ia merasa tidak terima dengan perkataan tajam Reina dan pada akhirnya melakukan hal yang bahkan tidak ingin Brandon bayangkan.     Namun, hal yang mengejutkan terjadi. Archard yang selalu lekat dengan kesan dingin dan tak tersentuh, kini memasang senyum tipis yang manis. Kedua netra keemasannya yang biasanya memberikan tatapan tajam layaknya seorang predator, kini memberikan tatapan penuh kehangatan yang siap membuat siapa pun merasa tersentuh dan mungkin saja akan jatuh hati walaupun hanya mendapatkan tatapan seperti itu. Brandon menggigit bagian dalam pipinya kuat-kuat saat mendengar Archard berkata, “Bukankah teman dekat seperti kita tidak membutuhkan hal semacam itu untuk saling berkunjung?”     Brandon baru tahu jika tuan Duke yang selalu terkesan dingin dan tak tersentuh itu bisa setidak tahu malu itu ketika dirinya sudah jatuh cinta. Sungguh konyol. Namun, Brandon tidak bisa berkomentar apa pun lagi. Hal yang Brandon pikirkan adalah, apakah benar Duke Baxter ini memang jatuh hati pada nona mudanya, atau semua ini hanyalah rasa ketertarikan sesaat? Brandon memilih untuk mengamati interaksi keduanya lebih jauh, untuk menilai apa yang sebenarnya Duke Baxter rasakan pada sang nona.     “Aku tidak merasa memiliki hubungan semacam itu dengan Anda, Tuan Archie. Sekarang, lebih baik Anda kembali ke kediaman Anda. Saya tidak memiliki waktu untuk menjamu tamu,” ucap Reina dingin.     “Aku tidak perlu dijamu. Aku malah ingin melihatmu berlatih pedang. Sayangnya, pelayanmu bekerja dengan sangat baik, dan mencegahku untuk menerobos masuk hingga berakhir menunggumu di sini. Kau pasti sangat menawan saat mengayunkan pedang seperti tempo hari.” Archard sama sekali tidak bisa menahan diri untuk mengingat kejadian di mana Reina mengayunkan pedang kepada seorang pria yang tampaknya membuatnya sangat marah.     Archard tersenyum dan menambahkan, “Kau benar-benar cocok dengan sebilah pedang, Reina.”     Brandon hampir tersedak saat mendengar pujian dan panggilan yang digunkan Archard pada Reina. Meskipun hanya memanggil nama, tetapi itu sangat tidak lumrah dilakukan oleh orang asing. Archard bahkan tidak menggunakan kata sapaan nona untuk memanggil Reina, seakan-akan mereka memang memiliki hubungan yang sangat dekat, hingga tidak memerlukan sapaan formal di antara mereka. Namun, di sisi lain Brandon melihat jika sang nona sama sekali tidak sengan dengan hal tersebut. Seakan-akan Arhcard bertindak seperti itu dengan inisiatifnya sendiri. Tunggu, apakah situasi saat ini bisa disebut sebagai cinta bertepuk sebelah tangan? Brandon merasa terkejut dengan kesimpulan yang sudah ia buat sendiri.     Itu sungguh konyol. Namun, Brandon sendiri tidak bisa memungkiri jika apa yang ia simpulkan tersebut kemungkinan memang benar adanya. Jika kabar ini sampai tersebar ke luar, akan seberapa heboh kekaisaran ini? Tentu saja pasti akan sangat gempar, mengingat bagaimana rumor yang beredar mengenai Archard dan bagaimana sifatnya yang dikenal oleh khalayak umum. Sampai saat ini, Brandon benar-benar tidak percaya dengan apa lihat. Dan jujur saja, Brandon bisa melihat ada binar kekaguman dari netra Archard. Ada pula kelembutan dan kehangatan yang rasanya sangat mustahil ditemukan dalam diri Archard yang selalu dikaitkan dengan pribadi dingin tidak berperasaan.     “Terima kasih atas pujiannya, tetapi sekali lagi saya minta Anda untuk segera kembali ke kediaman Anda. Saya tidak memiliki waktu untuk menjamu tamu, siapa pun itu,” ucap Reina kembali mengulang perkataannya dengan tegas.     Archard pun mengangguk dan mengangkat sebuah bingkisan yang berada di dekat kakinya ke atas meja. “Baiklah, aku akan kembali. Aku datang ke sini juga hanya untuk memeriksa keadaanmu karena aku tidak bisa menemui dirimu di toko. Aku juga melihat jika akhir-akhir kau terlihat sangat lelah dan kurang tidur, karena itulah aku menyiapkan ini. Bakarlah lilin aroma ini saat kau akan tidur. Ini akan membantumu tidur lebih lelap. Jangan terlalu kelelahan dan memaksakan diri untuk mengurus pekerjaanmu. Jika kau butuh bantuan, apa pun itu, kau bisa mengatakannya padaku, Reina,” ucap Archard lalu bangkit dari duduknya.     Archard mendekat pada Reina dan mencium punggung tangan perempuan itu sebagai salam dan berkata, “Aku pergi dulu, Reina.”     Reina menahan debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila dan berkata, “Brandon, tolong antarkan tamu kita ke depan.”     Tentu saja Brandon tidak mengatakan penolakan apa pun dan segera memimpin jalan. Brandon berusaha untuk tidak bersikap canggung dan bertindak normal. Sayangnya, gerak-gerik Brandon tersebut sudah lebih dari cukup membuat Archard tertarik. Sejak awal, Archard bisa menyadari jika Brandon telah mengetahui identitasnya. Sepertinya, ia memiliki pengetahuan lebih mengenai bangsawan, daripada Vyra dan Reina. Namun, sikap bagus ditunjukkan olehnya dengan tidak mengatakan apa pun saat pertemuan tadi. Tentu saja Archard juga menyadari jika hal tersebut tidak terlepas dari Nero yang turun tangan.     Saat akan naik ke kereta kuda tanpa lambang keluarga, Archard pun berbisik pada Brandon. “Kerja bagus kau menutup mulutmu dan tidak berkomentar apa pun hari ini. Aku harap, kau tidak mengatakan apa pun yang bisa mengacaukan suasana baik yang sudah kubangun susah payah.”     Brandon segera menundukan kepalanya memberikan hormat sembari berkata, “Saya akan mengingatnya, Tuan.”     Setelah mendengar jawaban tersebut, Archard pun naik ke kereta disusul dengan Nero yang mengikutinya. Nero juga berbisik, “Ingat, berhati-hati dengan apa yang kau katakan. Lalu, semoga harimu menyenangkan, Brandon Alxer”     Brandon seketika mendongak saat mendengar nama keluarganya yang disebut oleh Nero. Nama keluarha tersebut sudah lama tidak pernah Brandon dengar, karena Brandon merasa jika dirinya sama sekali tidak perlu menggunakannya lagi. Atau lebih tepatnya, Brandon sudah lama membuang nama tersebut. Bahkan Reina saja tidak mengetahuinya. Lalu bagaimana Nero bisa mengetahui hal tersebut. Nero tersenyum tipis saat melihat keterkejutan Brandon dan menambahkan, “Kau cerdas, dan pasti kau mengerti dengan apa yang tuanku inginkan.” Brandon tersentak. Ia baru saja mendapatkan sebuah ancaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD