"Mas.. mas Andini pengen mas" sudah beberapa bulan ini Bagas malas menyentuhnya. Bagas tak bergeming dan malah sibuk dengan hpnya sambil tertawa tidak jelas.
"Nanti aja Andini mas capek ngojek seharian. Besok aja ya" tolak Bagas. Andini hanya bisa mendesah kecewa. Lagi-lagi dia harus menahan hasratnya. Andini memilih tidur memunggungi suaminya itu.
Tengah malam Andini terbangun. Dia tidak mendapati suaminya di sampingnya. Andini bangun dan mencari suaminya itu diluar tapi tidak ada juga. Hanya saja Andini mendengar suara desahan di balik kamar ibunya. Andini berpikir positif jika ibunya sedang m********i karena sudah lama bapak stroke. Dia masuk ke kamar mandi untuk membuang hajatnya. Saat ia membuka pintu dia melihat suaminya ada di dapur sedang mengambil minum di kulkas dengan tubuh berkeringat seperti habis lari maraton.
"Mas? kamu tadi kemana mas? " tanya Andini.
"Aku tadi cari angin di luar sayang tiba-tiba gak bisa tidur" jawab Bagas gugup. Andini menatap curiga tapi dia mengenyahkan pikiran itu. Tidak mungkin Bagas berselingkuh. Andini begitu mempercayai suaminya. Mereka kembali tidur di kamar mereka. Kali ini Bagas tidur sambil memeluknya.
****
Hari ini hari minggu. Andini menghabiskan waktu bersama bapaknya. Dia pijat kaki dan tangan bapaknya dengan minyak urut lalu membawanya jalan-jalan dengan kursi roda. Suaminya sedang dirumah menunggu orderan. Sedangkan ibunya sedang memasak di dapur.
"Pak... Andini kadang-kadang kangen sama ibu. Pasti ibu sudah bahagia dan tenang ya disana" Andini bernostalgia saat kecil dulu dia berjalan-jalan di taman bersama ibu dan bapaknya. Ibunya meninggal karena kecelakaan. Lalu bapak menikahi Sarah yang lebih muda 15 tahun darinya. Sarah sangat menyayangi Andini seperti anak sendiri. Tapi karena bapak sakit stroke mereka jatuh miskin Sarah mulai suka uring-uringan.
Setelah puas berjalan-jalan mereka kembali kerumah. Andini membawa masuk bapak kedalam kamar dan merebahkannya disana. Dia berjalan ke arah dapur siapa tau Sarah butuh bantuannya. Dia mendengar suara tawa dari arah dapur. Disana mas Bagas dan Sarah sedang bersenda gurau. Bagas membantu Sarah memasak. Andini melihat dengan mata kepalanya sendiri Bagas mencium pipi Sarah.
"Mas? Ibu? " Andini melihat mereka dengan tatapan tak percaya.
Mereka berdua kaget melihat Andini ada di depan mereka.
"Andini? kamu baru pulang nak" Sarah tampak kelabakan saat Andini memergoki mereka.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa mas mencium ibu? " tanya Andini dengan hati tak karuan. Tidak mungkin kan kalau mereka ada affair dibelakangnya.
"Sayang.. kamu jangan berpikir yang tidak-tidak dong. Kamu tau kan mas ini yatim piatu. Ibu kamu sudah mas anggap seperti ibu sendiri. Emang salah kalau mas cium ibu kamu? " tanya Bagas sambil mendekat dan memeluk Andini.
"Tapi mas.. "
"Percaya deh sama mas. Yasudah ayo kita makan udah laper banget nih" Bagas mengajaknya ke meja makan. Bagas menoleh ke arah Sarah lalu mengedipkan matanya. Sarah hanya tersenyum sambil menaikkan kembali celana dalamnya.
***
Sebulan sudah Andini bekerja dan dia baru dapat gaji hari ini. Andini tak menyangka uang yang dia dapatkan lebih besar dari dugaannya melebihi UMR kota Jakarta.
"Sini mas aja simpan duitmu nanti kamu kebablasan kalau nyimpan uang sendiri" bujuk mas Bagas.
"Iya juga sih mas nanti Andini transfer ya ke rekeningnya mas" Andini pikir benar juga kata Bagas. Dia lalu mengirim sebagian besar baginya ke rekening suaminya. Sisanya ia berikan pada Sarah untuk uang belanja. Andini hanya memegang 1,5 juta untuk ongkos dan makan dalam waktu satu bulan kedepan. Bagas tertawa licik di dalam hatinya karena mudah sekali baginya untuk merayu dan membohongi Andini. Benar-benar wanita t***l Andini ini pikirnya.
Keesokannya Sarah pulang membawa banyak belanjaan seperti baju, skincare, sepatu, dan make up. Entah uang darimana Andini juga bingung.
"Banyak banget bu belanjaannya" ucap Andini saat melihat belanjaan ibunya.
"Iya ibu dapat arisan tadi ini ibu belikan buat kamu juga" Sarah mengeluarkan 3 potong daster untuk Andini.
"Wah makasih ya bu" Andini senang sekali Sarah seperhatian ini dengannya. Kebetulan daster miliknya udah banyak yang lepas jahitan dan sobek. Mata Andini melihat kalung emas yang melingkar di leher ibunya. Pasti banyak banget arisan yang didapat oleh ibu. Tak lama kemudian mas Bagas pulang membawa banyak makanan.
"Mas bawa apa? " tanya Andini sambil melihat bungkusan yang dibawa oleh Bagas.
"Ini mas tadi dapat rejeki jadi bisa beli makanan ini buat kita makan siang." Andini melihat banyak makanan resto terkenal yang Bagas bawa. Terlihat dari kotak bungkusnya saja Andini sudah bisa menilai harganya.
"Darimana kamu mendapat uang untuk membeli makanan sebanyak ini mas? Ini kan mahal banget" tanya Andini curiga.
"Tidak usah dipikirin, yang penting mas gak nyuri uang orang lain. Ayo siapin piring dan gelasnya kita makan bersama" ajak Bagas. Mereka pun makan bersama. Bisa kebetulan begini ibunya dan suaminya dapat rejeki. Alhamdulillah ekonomi mereka sudah perlahan membaik.
Setelah makan Bagas menyampaikan sesuatu pada Andini. Dia berniat untuk membawa bapak ke luar kota untuk pengobatan.
"Mas mau bawa bapakmu ke luar kota. Disana ada pengobatan alternatif yang rame di tivi itu loh. Rencananya mas akan bawa bapak dan ibu kesana. Kalau sendirian kan mas susah bawa dan ngurusnya" ujar Bagas. Andini sampai berkaca-kaca mendengar niat baik suaminya itu.
"Kamu baik banget mas. Aku gak salah milih kamu jadi suamiku. Makasih sudah mau membantu bapak." Andini langsung memeluk suaminya itu karena terharu. Dibalik punggung Andini, Bagas tersenyum licik sambil melihat Sarah. Sarah juga ikut tersenyum karena sebentar lagi rencana mereka akan berhasil.
Mereka berangkat di keesokan harinya. Andini mencium kening bapaknya sebelum pergi ke luar kota. Bapaknya menangis entah tangisan bapak begitu berbeda kali ini. Andini tetap berpikir positif dan tidak memikirkan hal lain.
"Pak, cepat sembuh ya. Maaf Andini gak bisa ikut soalnya lagi banyak kerjaan. Andini juga belum bisa cuti karena baru bekerja disana pak. Hati-hati di jalan ya" ucap Andini pada bapaknya. Tangis bapaknya tak berhenti seperti ingin mengatakan sesuatu pada Andini.
"Kami berangkat dulu ya sayang Assalamualaikum" Bagas mencium kening Andini sebelum pergi. Hal itu membuat Sarah membuang mukanya ke arah lain karena cemburu.
"Walaikum salam" jawab Andini sambil. mencium punggung tangan suami, ibu, dan bapaknya. Setelah mereka pergi, Andini baru pergi bekerja ke kantor.
***
Sudah satu minggu mereka belum kembali. Mungkin karena perjalanan jauh dan hanya naik mobil bus membuat mereka begitu lama disana. Andini sangat merindukan mereka. Dia berniat untuk menghubungi Bagas tapi telponnya tak kunjung di angkat.
"Kemana ya mas Bagas?" batin Andini bertanya-tanya. Sementara itu Bagas sedang memompa tubuh Sarah dari belakang. Sarah hanya melenguh saat Bagas menghentakkan miliknya begitu dalam. Sementara itu bapak yang sedang stroke hanya bisa melihat mereka dengan mata melotot tajam. Bagas menyeringai saat melihat bapak mertuanya yang sekarat itu melihatnya bercinta dengan Sarah.
"Lihat ini pak tua, lihat aku memasuki istrimu ini lihat baik-baik" Bagas memperlihatkan bagaimana miliknya masuk ke dalam milik Sarah di depan bapak mertuanya. Sarah hanya bisa mendesah dan sebentar lagi akan mendapatkan pelepasannya. Wajah bapak mengeras. Rasanya dia ingin membunuh Bagas dan menghajarnya. Kasihan nasib putrinya menikah dengan pria b******k seperti Bagas. Andai dia bisa bicara dia akan mengatakan samua kebusukan Bagas dan Sarah. Mereka penyebab mengapa dirinya bisa stroke seperti ini.
"Ahhh aku mau keluar!! " teriak Sarah. Sarah akhirnya mendapatkan pelepasannya dan mengenai wajah suaminya.
"Ups maafkan aku suamiku. Salah sendiri kamu tidak bisa memuaskan aku hihi" tawa Sarah lalu mengelap pipi suaminya dengan tisu. Bagas kembali menerjang dirinya sampai dia mendapatkan pelepasannya dan mengeluarkannya di dalam sana. Mereka terengah-engah dan tidur sambil berpelukan tanpa peduli bapak melihat mereka.