Bapak, ibu, dan Bagas sudah pulang kerumah. Andini senang melihat mereka kembali. Wajah Bagas dan Sarah tampak begitu segar dan berseri tidak seperti biasanya.
"Sayang ini mas bawa oleh-oleh buat kamu. Bisa juga kamu bagi ke teman-teman kamu di kantor" Bagas memberikan sebuah kantung plastik berisi pernak-pernik yang ia beli di Jogja.
"Makasih ya mas, gimana apa ada kemajuan setelah bapak mendapat pengobatan disana? " tanya Andini.
"Masih belum tapi kalau rutin terapi insyaallah bapak akan sembuh kita harus berdoa dan berikhtiar." jawab Bagas. Andini hanya manggut-maggut mengerti. Mereka beristirahat ke dalam kamar mereka masing-masing. Tak kama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu dengan kencang. Bagas mengintip di balik jendela kamar seperti ketakutan.
"Andini kalau ada yang cari mas bilangin mas ada di luar kota lagi kerja. Kamu jangan bilang mas ada dirumah" bisik Bagas.
"Siapa mereka mas? kenapa mereka menggedor pintu rumah kita begitu keras? " tanya Andini panik.
" Sudah jangan banyak bicara temui mereka dan bilang mas gak ada di rumah " Andini terpaksa membuka pintu rumah. Terlihat ada 4 orang pria yang berbadan kekar di depannya.
"Maaf bu apa ini rumah pak Bagas? kami kesini diperintahkan untuk menagih hutang yang sudah menunggak 5 bulan. Total hutangnya 100 juta sudah beserta bunganya." jelas salah satu debt collector itu.
"Apa?!! suami saya punya hutang sebanyak itu?! " rasanya tubuh Andini bergetar saat mendengar nominal hutang suaminya. Untuk apa suaminya berhutang sebanyak itu? pasalnya dia merasa tidak pernah mencicipi uang yang diberikan oleh suaminya. Hanya saja memang gaya hidup Bagas dan Sarah lebih hedon dari biasanya tidak seperti saat mereka susah kemarin.
"Iya bu kami beri waktu sampai besok jam 4 sore. Kami akan kesini lagi. Jika tidak ada itikad baik untuk p********n maka kami akan menyita rumah ini!! " ancam mereka. Lalu mereka pergi begitu saja. Andini menutup pintu dengan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Ia menemui suaminya di kamar untuk meminta penjelasan.
"Mas, untuk apa kamu berhutang sebanyak 100 juta mas?! darimana kita bisa membayar hutang sebanyak itu?!! " tanya Andini sambil menahan amarahnya.
"Maafkan mas sayang, mas selama ini sedang melakukan investasi diajak teman. Tapi belum dapat untung. Mungkin bulan depan baru dapat uangnya. Mas janji akan bayar hutang" jawab Bagas dengan santai.
"Tapi mereka maunya besok mas!! kalau tidak kita akan diusir dadi rumah ini!! aku tidak rela rumah ini diambil oleh mereka. Ini rumah peninggalan ibuku" Andini tak ingin kehilangan rumah tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Banyak kenangan indah bersama ibunya disini.
"Kamu bisa pinjam di perusahaan tempatmu bekerja. Usaha dulu sayang mas minta tolong ya" ucap Bagas tanpa rasa bersalah.
"Tapi mas aku baru sebulan kerja gak mungkin aku dapat pinjaman uang sebanyak itu!! " balas Andini frustasi. Dia tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa meminjamkan uang sebanyak itu. Minjam uang 100ribu aja mereka pada ngilang.
"Dicoba dulu sayang mas mohon" rayu Bagas. Andini akhirnya luluh dan mencoba meminjam pada bos perusahaannya. Selama ini dia belum pernah melihat bosnya. Teman-teman nya bilang jika bos mereka adalah orang yang tampan,dingin,arogan,dan suka marah-marah.Tidak pernah satu kalipun mereka melihat bos mereka berkencan dengan seorang wanita. Mereka curiga jika bos mereka itu gay.
Kebetulan Alwi ingin mengantar laporan ke ruangan bos. Andini menawarkan diri untuk mengantarkannya.
"Biar saya aja pak" ucap Andini sambil membawa laporan-laporan yang akan dimintai tanda tangan itu.
"Yasudah kalau begitu tapi hati-hati bos kita galak loh" peringat Alwi. Banyak karyawan yang sudah dipecat karena alasan sepele. Dia takut Andini akan kena mental jika berurusan langsung dengan bos.
"Tidak apa-apa aku akan hati-hati" balas Andini seraya tersenyum. Senyum itulah yang membuat Alwi meleyot. Coba jika Andini masih single udah dia kejar dari dulu. Andini membawa laporan-laporan itu menuju ruangan bos di lantai paling atas.
Sekretaris mempersilahkan Andini untuk masuk ke dalam. Andini tidak melihat begitu jelas wajah bosnya. Jantungnya deg degan karena baru kali ini dia berhadapan langsung dengan bos perusahaan ini. Saat wajah bosnya melihat ke arahnya, Andini begitu terkejut karena ternyata bosnya adalah Raihan mantan kekasihnya saat SMA. Mereka dulu satu tahun pacaran lalu Raihan pergi keluar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.
"Raihan?! " seru Andini tak percaya saat melihat Raihan. Mata Raihan menatap tajam pada Andini. Terselip kebencian yang begitu mendalam pada Andini. Dulu dia meminta Andini untuk menunggunya tapi Andini malah menikah dengan Bagas temannya.
"Dimana sopan santunmu?! saya ini bosmu bukan temanmu! beraninya kamu memanggil nama saya secara langsung!! mau saya pecat?! " seru Raihan marah. Andini terdiam begitu lama. Dia niatnya ingin pinjam uang. Kalau begini bagaimana cara dia mau pinjam uang. Andini malu untuk mengatakannya.
"Kenapa malah bengong?! kamu pikir saya ini gak sibuk?! sinikan laporannya!! "seru Raihan lagi. Andini sampai kaget dan langsung menyerahkan laporan-laporan itu pada Raihan.
" Silahkan keluar!!" usir Raihan. Andini buru-buru keluar dari ruangan Raihan. Setelah kepergian Andini, Raihan memegangi dadanya yang masih saja berdebar saat berhadapan dengan mantan kekasihnya itu. Ingatannya menerawang saat 2 tahun yang lalu dia kembali ke Indonesia untuk memberi kejutan pada Andini. Tapi bukan Andini yang terkejut tapi dirinya yang malah dapat kejutan. Saat ia sampai dirumah Andini, ia melihat kekasihnya itu sudah duduk di atas pelaminan bersama Bagas temannya. Hati Raihan sangat hancur saat melihatnya. Sejak saat itu dia sangat membenci wanita. Tidak ada yang bisa dipercaya.
Selama ini Raihan terus bekerja dan bekerja demi melupakan perasaannya pada Andini. Sampai akhirnya dia melihat sebuah lamaran atas nama Andini beserta fotonya. Dia mempunyai rencana licik agar membuat Andini bertekuk lutut kembali padanya. Ia akan mempermainkan Andini lalu membuangnya agar tau bagaimana perasaannya dulu saat Andini menikahi Bagas dan memilih meninggalkannya.
Ia buka perlahan laci dibawah meja kerjanya. Ia keluarkan sebuah kotak cincin yang selama 2 tahun ini dia simpan.
"Teganya kamu mengkhianati aku Andini. Kamu harus rasakan apa yang aku rasakan. Bagaimana menderitanya aku saat kau menikah dengan Bagas." gumam Raihan sambil tersenyum smirk.
***
Andini pulang dengan tangan kosong. Debt collector itu datang lagi kerumahnya dan menagih hutang suaminya lagi. Andini meminta keringanan waktu karena dia belum bisa membayarnya.
"Baiklah besok adalah hari terakhir bu. Kami tidak bisa menunggu terlalu lama. Jika ibu tidak bisa membayar maka segera kosongkan rumah ini!! " tegas salah satu dari mereka.
"Baiklah tolong beri aku waktu aku akan secepatnya membayarnya. " Andini tidak punya pilihan lain dia harus meminjam dengan Raihan. Tak peduli dengan rasa malunya daripada dia kehilangan rumah ini.