Xavier duduk di salah satu sofa lalu menutup matanya, karena kedatanagnnya yang tiba-tiba itu membuat Shazia langsung keluar dari ruangan Azril meninggalkan kedua pria itu di dalam. Shazia ke dapur untuk membuatkan keduanya teh hangat lalu kembali masuk ke ruangan Azril dengan minuman itu. “Sebaiknya kau benar-benar mempertimbangkan kerjasama dengan perusahaan milik Jafar. Dia pria tua yang licik.” Ucap Xavier. Azril mengangguk, “Sebelum kau datang, aku memang akan memutus kerjasama kami. Selama tiga bulan ini, perusahaannya terus rugi dan terus menerus meminta suntikan dana.” “Benar, itu juga dia lakukan dulu denganku tetapi omongan itu hanya tipu daya dan dia memakai uang itu untuk urusan pribadinya. Sekarang, perusahaannya sudah di ambang kehancuran, utangnya sudah tidak terhitung