4-Hukuman

1058 Words
Dinda menggerutu kesal sembari membersihkan toilet siswi. Kata-kata Mahesa yang menyebutnya cewek manja terdengar menyakitkan di telinganya. Ia masih tak terima dengan sebutan dari Mahesa itu. Sedih rasanya dikatain manja oleh anak yang tak tahu siapa dirinya kini. Dinda meletakkan sikat kamar mandi dan mengeluarkan ponselnya lalu mengetik sebuah pesan 'Hari pertama masuk ke sekolah di sekolah baru aku sangat sial, Ma! Aku ketemu sama cowok yang super duper menyebalkan! Parahnya dia mengataiku cewek manja!' pesan itu kemudian dengan segera Dinda kirimkan ke nomer mamanya. Pesan terkirim dan sama halnya seperti pesan-pesan yang terkirim sebelumnya, pesan itu tak dibalas. Dinda membaca ulang pesannya dan ia cukup senang karena telah mengirimkan sebuah pesan yang berisi keluhannya dari pada ia membagi keluhannya kepada orang lain. Ponsel Mahesa berdenting sekali saat dengan gerakan malas mengepel lantai kamar mandi siswa cowok ia lakukan. Ia menegakkan dirinya dan mengeluarkam ponsel di sakunya. Ia menghela napas berat kala ia tak menemukan pesan tersirat dari aplikasi whats up dan malah menemukan SMS saja. Pesan dari nomer yang tak pernah ia balas sama sekali sejak ia bersekolah dasar. Anehnya, pesan itu selalu masuk rutin tiap hari. Pernah suatu hari Mahesa hendak mengirimkan balasan pesan tersebut, tapi Mahesa tak melakukanya karena ia takut memberi harapan kepada si pengirim pesan. Mahesa mengerutkan kening membaca isi pesan tersebut. Ia merasa heran sekali setelah membacanya. Tapi ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya dan memilih masa bodoh dengan pesan tersebut lalu menyimpan kembali ponselnya di sakunya dan melanjutkan aktivitasnya kembali. "Belum selesai?" tanya seseorang dengan suara yang khas yang sangat Mahesa hapal. Suara yang membuat satu harinya ini terasa menjengkelkan sekali. Mahesa mendongakkan wajahnya dan melihat ke arah pintu. Ia mendapati Dinda sedang berkacak pinggang di sana. "Ternyata cewek manja kayak gue lebih bisa nyelesaiin tugas duluan dari pada cowok rajin kayak lo," tutur Dinda pada Mahesa. Mahesa hanya tersenyum sinis tak berniat sama sekali menanggapi ocehan Adinda. Ia kembali fokus menyelesaikan mengepel lantai kamar mandi dengan serius. Merasa diabaikan oleh Mahesa, Dinda semakin kesal bukan main kepada pemuda itu. Ia masuk kamar mandi dan menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal ke arah lantai. Ketika Mahesa menoleh ke arah Dinda, ia terkejut dan menatap lantai yang sudah dibersihkannya itu dan belum kering kini kembali kotor dengan sisa-sisa tanah yang berasal dari sepatu Dinda. Mahesa kembali menatap Dinda dengan sangat sebal. "Oppss, gue gak sengaja, lupa kalau habis dari bersihin kamar mandi tadi ke lapangan bola, jadinya sepatu gue kotor deh. Lagian kok belum selesai sih ngepelnya? Masak kalah sama cewek manja kek gue sih," papar Dinda menyebalkan. Dinda masih sangat sakit hati dengan ucapan dari Mahesa tadi. Belum pernah ada orang yang mengatainya manja, apalagi setelah orang-orang disekitarnya tahu kalau ia adalah anak yang sudah tidak punya ibu. Hasil dari perceraian. Mahesa kemudian melempar tongkat kain pel-nya sembarangan ke lantai, membuat Dinda terhenyak kaget dan seketika menatapnya dengan tatapan takut. Mahesa berjalan cepat ke arah Dinda, membuat gadis itu seketika hendak berlari dari sana. Sialnya, kaki Dinda tersandung kakinya sendiri hingga membuat tubuhnya oleng ke belakang. Mahesa melongo dibuatnya dan ia segera dengan sigap menangkap tubuh Dinda di kedua tangannya. Tubuh Dinda kembali jatuh di atas tubuh Mahesa. Dinda menoleh pelan-pelan ke arah Mahesa, ia takut dan merasa bersalah kepada pemuda itu. Lagi-lagi pemuda itu menyelamatkan dari jatuh. Setelah memastikan bahwa Dinda tak apa-apa, Mahesa buru-buru mendorong tubuh Dinda berdiri dari tubuhnya yang ditindih. Dinda menatap Mahesa dengan kikuk dan bingung. Mahesa menyusul berdiri dan berjalan ke arah cermin. Ia menengok ke belakang punggungnya dan melihat dari cermin bahwa baju bagian punggungnya basah karena terjatuh di lantai kamar mandi barusan. Dinda yang melihat hal itu semakin merasa bersalah pada Mahesa. Karena menyelamatkannya, bagian punggung baju Mahesa basah dan kotor, pun begitu dengan bagian p****t celananya. "Maaf," kata Dinda kemudian. Mahesa melirik sebal tapi ia tak bisa berbuat banyak karena ia sendiri yang berniat menolong Dinda tadi. "Gue baru tahu kalo ada cewek yang hobi banget jatuh di depan cowok. Capernya selangit!" kata Mahesa yang langsung membuat Dinda menoleh dan menatap ke arah Mahesa dengan wajah yang sudah terlihat heran dan bola mata yang membulat sempurna. "Cewek kayak gue caper ke lo?" tanya Dinda dengan heran. "Buat apa?" tanyanya lagi dengan ekspresi yang masih sama. "Gue mau muntah lihat ekspresi lo," kata Mahesa yang membuat sekali lGi Dinda keheranan. "Ekspresi cewek-cewek yang bilang no tapi yes yes gitu," kata Mahesa lagi. "Lo harus bangun! Jangan kelamaan tidur sampek mimpinya kebawa ke sekolah gini! Melek pula!" kata Dinda pada Mahesa. Mahesa hanya nyengir. Mahesa kemudian membuka kancing bajunya satu per satu dengan cepat yang membuat Dinda kaget bukan main. "Lo mau ngapain?" tanya Dinda dengan sangat heran. Tapi Mahesa tal peduli dan terus membuka semua kancingnya itu hingga sempurna terbuka dan menyisakan kaos dalamnya yang ketat. Dinda bisa melihat dengan jelas bagian otot di tubuh Mahesa yang atletis. Kotak-kotak di perut Mahesa yang tercetak di kaosnya membuat Dinda menelan ludah. Mahesa melihat Dinda dan tersenyum geli. "Lo kayak orang mimpi kan, karena ketemu cowok kayak gue," goda Mahesa narsis. Seketika Dinda tersadar dan menatap Mahesa sinis. "Najis!" umpat Dinda pada Mahesa. Mahesa hanya nyengir dan ia kemudian melempar seragam sekolahnya ke arah muka Dinda yang membuat gadis itu terhenyak kaget. "Gue gak mau tahu! Lo harus nyuci baju gue selama sebulan!" kata Mahesa. "Hah? Bisa gak berbentuk nie baju kalau dikucek selama sebulan!" jawab Dinda polos. Mahesa menepuk keningnya, "Dasar oon! Maksud gue, selama baju gue kotor, lo yang cuci dan besoknya udah harus lo bawa ke sekolah!" kata Mahesa memperjelas. "Gue gak oon! Enak aja tuh mulut ngatain gue! Lagian sapa yang mau nyuci baju lo? Ogah banget! Suruh aja pembokat lo!" kata Dinda sebal seraya melempar kembali baju Mahesa ke wajah pemuda itu. "Dasar cewek manja gak bertanggung jawab!" umpat Mahesa. "Gue bukan cewek manja gak bertanggung jawab!" kata Dinda dengan sangat sebal. "Pertama lo manja karena gue yakin lo gak pernah nyuci, buktinya lo gak mau nyuci baju gue. Yang kedua lo gak bertanggung jawab, gara-gara siapa gue jatuh sampai baju gue kotor? Itu namanya lo gak bertanggung jawab dan manja!" kata Mahesa menjelaskan sekaligus mengejek Dinda. Mendengar hal itu semangat Dinda berkobar. Ia menarik paksa baju Mahesa kembali dan senyum terukir di wajah Mahesa. "Gue akan buktiin kalau gue bukan cewek manja!" kata Dinda seraya berlalu dari sana dengan perasaan kesal. Ini baru permulaan Dinda, semakin lo buat gue jengkel, gue akan bales.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD