10. Edward mulai mempercayai Callista.

1033 Words
Sepulang Edward dari kantornya, dia langsung menjemput sang istri di kediaman wanita tersebut. Baru saja dia berhenti di depan halaman rumah Felicia, wanita itu sudah keluar dan tersenyum lebar ke arahnya. "Kau menjemput ku?" tanyanya, langsung masuk ke dalam mobil Edward. Edward diam tanpa menyahut ucapan Felicia, dia hanya melirik istri lewat kaca mobil kecil yang ada di depannya. 'Apa dia bukan Felicia?' batin Edward, namun dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. Felicia sudah berganti jiwa dengan Callista. Lantaran Felicia sempat sedih dan menangis lalu tertidur dan seketika jiwanya digantikan oleh Callista. Callista tersenyum, menatap layar ponselnya. Di sana semua serba mewah namun sangat berbeda dengan dunia nyatanya. "Tuan, apa kau sudah bisa membedakan diriku dengan Felicia?" tanya Callista tiba-tiba. Edward tetap fokus mengemudi. Callista yang geram dengan sikap Edward segera pindah ke kursi depan berdampingan dengan pria tersebut. Dia menarik kerah baju Edward sontak membuat pria itu mengerem mobilnya mendadak. Ckitt!! Edward membolakan kedua matanya lebar, karena ulah Callista yang begitu tiba-tiba. Bagaimana tidak terkejut jika Callista dengan beraninya mencium bibir Edward. Edward hendak mendorong tubuh Callista namun wanita itu justru menarik tengkuk belakannya dan semakin memperdalam ciuman mereka. Awalnya hanya Callista yang berperan lama-kelamaan pria itu memejamkan kedua matanya dan membalas ciuman sang istri. Callista tersenyum tipis dibalik pagutan mereka entah mengapa dia sangat bahagia mendapat balasan dari sang suami. Beberapa detik setelahnya, mereka melepaskan penyatuan bibirnya. Tanpa ada yang besuara, hanya tatapan mata sayu yang saling bertemu, seakan mengatakan jika mereka sebenarnya saling tertarik hanya saja enggan mengakui. "Apa kau percaya jika aku bukan Felicia?" "Semua masih sangat membingungkan untukku. Aku tidak bisa percaya sepenuhnya padamu." Edward mengelus pipi lembut Callista. Callista hanya bisa mendengus lesu, ia tersenyum dan mengangguk. "Tak apa, tapi aku mohon padamu. Percaya padaku jika aku dan Felicia berbeda, aku Callista. Sisi lain dari Felicia." Callista menganggukan kepalanya, berharap Edward percaya dengan dirinya kali ini. "Aku mohon, percaya dengan ucapan ku." Edward menatap pancaran mata Callista, berusaha mencari kebohongan di dalam mata wanita tersebut. Yang sayangnya ia tak dapat menemukannya. "Baiklah." singkat Edward. Senyuman lebar tergambar di bilah bibir Callista dan itu terlihat sangat cantik di mata Edward. Kenapa dia baru menyadari akan kecantikan istrinya ini? "Terima kasih, terima kasih!" seru Callista memeluk erat lengan Edward. Lalu mendongak menatap lucu ke arah sang suami. "Aku orang yang datang dari dunia nyata, dan kau tahu? Aku sangat mengagumi dirimu." Edward menggelengkan kepalanya, kenapa wanita ini selalu saja berucap kata-kata aneh? "Sudah, bukannya kau ingin aku percaya padamu? Dan sekarang aku sudah melakukannya. Jadi, jangan pernah berkata aneh-aneh lagi, ok." Ujar Edward, kembali menyalakan mobilnya. Callista hanya mengangguk, sedikit kecewa karena nyatanya Edward mempercayai dirinya hanya karena terpaksa agar dirinya diam. Edward melirik ke arah Callista yang kini hanya diam menatap luar jendela mobilnya. Apa benar dia wanita yang berbeda? "Jika kau berbeda dengan Felicia, maka katakan darimana asal mu." Callista menoleh ke arah Edward. "Sudah ku bilang aku datang dari masa depan. Aku masih sekolah, tapi---" Callista menunduk sedih mengingat akan kejadian yang membuat dirinya jatuh ke dalam dunia halusinasi ini. "Kenapa?" tanya Edward penasaran. Callista mengusap air matanya kasar lalu melanjutkan ucapannya. "Aku sangat membangkang, kedua orang tuaku sangat kesal karena aku hanya menghabiskan waktuku untuk membaca novel dan melupakan pendidikan. Aku .. hik, aku--" Tangis Callista semakin menjadi hingga rasanya sangat sulit untuk kembali melanjutkan ucapannya. "Hei, ada apa denganmu? Kenapa kau menangis?" Edward menepikan mobilnya lalu merangkul tubuh Callista, membiarkan wanita itu menangis di dalam pelukannya. "Aku selalu mengeluh dan ingin menjadi orang kaya, ingin memiliki banyak uang agar bisa membeli banyak novel. Tapi-sekarang aku sudah memiliki semuanya namun apa yang aku inginkan tidak ada di sini. Aku hanya berpikir--" Callista menunduk lagi. "Apa kedua orang tuaku akan mencarikan?" Edward menelan ludahnya berat, entah mengapa mendengar cerita Callista membuat dadanya terasa sesak. Jika kemarin dia menganggap ucapan Callista gila, sekarang justru sebaliknya. Edward merasa jika Callista berkata jujur, walau sulit dipercaya. "Apa yang harus aku lakukan untuk membantu mu?" Tanya Edward pada akhirnya. Callista mendongak tak percaya dengan ucapan yang baru saja keluar dari bibir Edward. "Tuan ingin membantuku?" tanyanya tak percaya. Edward menunduk menatap wajah polos Callista, ia tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Membuat yang ditatap pun tersenyum lebar. "Benarkah?! Terima kasih, Tuan!" bahagia Callista. Dia memeluk erat tubuh Edward sembari melonjak kecil. Edward hanya bisa terkekeh gemas melihat tingkah lucu wanita yang katanya berasal dari dunia lain ini. "Eum .. Tuan." "Hm?" Edward mengernyitkan keningnya. "Sebagai gantinya aku akan berusaha menjagamu, melindungi di masa depan. Aku akan memastikan kau akan gosip bahagia, sebelum aku pergi dari dunia ini." Edward menatap datar wajah Callista. Dadanya berdegup kencang, ada rasa tak terima mendengar ucapan Callista. "Apa yang bisa kau lakukan untuk melindungi ku, hm? Bahkan kau tidak tahu permasalahan di tempat ini." "Aku tahu semuanya, Tuan. Aku tahu takdir mu, aku tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Percaya padaku! Aku akan menceritakan semuanya." Callista berusaha meyakinkan Edward. Edward hanya mengangguk, sedikit bingung dengan ucapan Callista namun dia akan mencoba untuk percaya dan mengikuti alur permainan wanita itu. Jika sampai Calista membohongi nya, mungkin pada saat itu juga Edward tidak akan memberikan kesempatan kedua bagi wanita tersebut. Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga tiba-tiba saja Callista berteriak dan meminta Edward menggantikan laju mobilnya. "Ada apa?" tanya Edward dengan raut wajah paniknya. "Di depan ada orang jahat, mereka dikirim Edzard untuk mencelakai mu." Edward tertawa hambar, dia sama sekali tak percaya dengan ucapan Callista. Menurutnya istrinya ini terlalu mengada-ada. Bagaimana bisa dia tahu kejadian yang akan datang? Tanpa menghiraukan ucapan Callista, Edward kembali melajukan mobilnya. "Tuan, percaya padaku! Kau akan dapat masalah di depan." "Aku akan melawannya jika sampai itu terjadi, ok." "Ck." Callista hanya bisa berdecak kesal, dalam hati ia berdoa semoga apa yang ada di dalam novel yang ia baca tidak menjadi kenyataan. Namun nyatanya dirinya sekarang hidup di dalam cerita novel itu, yang artinya semua akan terjadi sesuai alur. Namun .. bisakah Callista mengalihkan alur tersebut. Karena di sana dia tidak ada, apa Callista diciptakan untuk melindungi Edward? Beberapa detik setelah perdebatan antara Edward dan Callista, pria itu mendadak mengerem mobilnya. Sampai-sampai tubuh Callista terhuyung hampir saja terbentur dasboard mobil. "Keluar!!" Beberapa pria bertubuh kekar menghamili mereka berdua dan memaksa keduanya untuk keluar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD