Heather

1214 Words
Teriakan Sean membuat Ailane malu, jelas-jelas Sean memarahinya di depan semua orang, Kini bukan sepasang mata saja yang memandanginya, melainkan semua yang berada di dalam club' ini melihatnya secara terang-terangan. Melihat dengan tatapan seolah mengejek akan apa yang ia buat. "Keluar Lo pemilik club ini!" Teriak Sean mengalahkan suara musik yang berdentum keras. Vi yang melihat keributan ini ada hubungan nya dengan Ailane langsung berlari ke ruangan Alfredo agar kesalah pahaman ini tak berkelanjutan semakin jauh. Alfredo yang dalam keadaan sadar langsung masuk ke dalam kerumunan orang tersebut. Untung saja Alfredo masih dalam kondisi sadar, biasa nya jam segini Alfredo sudah terkena pengaruh alkohol. "Ada apa ini?" Tanya Alfredo dengan nada marah. Kilatan mata merah Sean tampak menyeramkan bagi Alfredo, tubuh Sean pun jauh lebih tinggi dan besar ketimbang dirinya. Dari setelan Sean saja ia sudah yakin jika pria di hadapannya itu bukan sembarang orang biasa. "Kau yang punya club ini?" Bentak nya membuat Alfredo sedikit menciut. "Sekali lagi aku peringatkan pada mu agar tidak memperkerjakan wanita mu di club busuk mu ini!" Alfredo ikutan tersulut, ia tersinggung dengan ucapan Sean yang mengatakan jika club' nya busuk. Club yang selama ini ia bangun hingga sebesar ini dengan susah payah dihina tak layak oleh orang tak dikenal seperti Sean. "Sebelum nya anda memiliki urusan apa dengan pegawai saya?" Ucap Alfredo menunjukkan ke arah Ailane yang kini tengah Sean rengkuh secara posesif. "Jaga bicaramu! Yang kau masuk pegawai mu ini wanita ku!" Sean tak terima dengan ucapan Alfredo yang terkesan merendah kan Ailane. Sedangkan Ailane, rasanya ia ingin menghilang saja dari permukaan bumi ini. Tak tahu harus menyembunyikan muka nya dimana. Semua orang pasti menganggap dirinya seorang p*****r yang bekerja dengan Sean. Semua orang pasti bisa melihat perbedaan usia mereka meskipun Ailane belum menyebutkan secara pasti berapa jarak usia yang terpaut di antara mereka. Wajah Ailane yang terkesan lugu dan masih mencerminkan seorang remaja berbeda terbalik dengan wajah Sean yang terkesan tegas dan juga memiliki aura seperti pria dewasa yang sudah mapan. Ailane hanya menunduk, tidak mau menatap Alfredo ataupun Sean dan orang-orang yang berkerumun di sekitar mereka. Sebenarnya Sean tidak suka memancing keributan, tapi ia tak mau jika sesuatu yang dimiliki nya dibagi dengan orang lain. Ailane memang bukan barang, ia mencintai Ailane ia tak mau membagikan Ailane kepada siapa pun. Seperti ini saja, jas nya yang besar sudah mampu menutupi tubuh Ailane yang terbalut dress mini kekurangan barang. Tubuh molek Ailane terekspos begitu saja menyebabkan ia mendapat tatapan lapar dari para pria berhidung belang. Sean tadi tak memperdulikan Ailane saat datang di meja nya karena ia masih sibuk memandangi ponsel, hingga saat ia mendongak betapa kaget nya ia saat melihat Ailane lah yang akan melayani mereka semua. Ailane hanya miliknya! Sekali lagi, Ailane hanya milik sekarang Sean Diwangka. Sean mengeluarkan sebuah cek dari salah satu saku nya. Dan menyobak nya satu lembar kemudian ia acungkan tinggi-tinggi agar Alfredo dah bahkan parah pengunjung lainnya bisa melihat nya. Ia bukan orang sembarang, tidak ada yang bisa melawan kehendak seorang Sean. "Sebutkan kau butuh berapa? agar kau bisa melepaskan wanita mu keluar dari sini." Ucap nya dengan nada angkuh. Alfredo yang memang suka mendapatkan uang dengan cara curang apapun tak akan menolak kesempatan ini. Ia tak perlu melakukan kecurangan apapun, Sean yang datang sendiri dan menyerahkan uang nya dengan sukarela. "Seratus juta." Sebut Alfredo dengan nada meremehkan. Dalam hati nya ia membatin pasti Sean akan memohon-mohon terhadap nya agar mengurangi jumlah nominal yang ia sebut kan tadi. Seratus juta bukan uang yang sedikit. Seperti mendapat kan rejeki dari langit Alfredo harus memanfaatkan momen ini sebaik-baik nya agar diakhir tidak menyesal. Sean tertawa. "Seratus juta?" Ia kemudian menuliskan sesuatu di atas cek itu dan melemparkannya tepat di muka Alfredo. Alfredo mengambil cek itu, mata nya melotot. Di cek itu tertera jika Sean menuliskan cek itu sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Ia melebihkan lima puluh juta rupiah, ia tahu harga diri Alfredo dengan cek itu tentu lebih besar dari cek nya. "Seratus lima puluh juta kurang?" Setelah mengucapkan kalimat itu ia kembali menuliskan cek lagi senilai lima puluh juta dan melemparkannya kembali kepada Alfredo. Dua ratus juta bukan uang yang banyak jika Sean harus menghamburkan nya ketimbang ia tak rela Ailane menjadi makanan bersama para pria berhidung belang tersebut. 'gila gaya banget si orang itu.' 'pasti malu banget deh Alfredo dikasih jauh lebih besar ketimbang yang dia minta.' 'udah kaya ganteng lagi, siapa sih yang gamau sama dia?' 'mungkin itu sewaan pribadi nya deh, sampe di bela kaya gitu.' 'aku juga mau kalo cuma ngasih badan tapi di bela kaya gitu.' Bisik-bisik yang mereka lontarkan samar-samar terdengar di telinga Ailane. Ia ingin marah, karena banyak orang yang berfikir ia adalah sewaan pribadi Sean. Setitik pikiran untuk memiliki Sean belum oernah terlintas di pikiran Ailane apalagi untuk menjadi sewaan pribadi Sean. Sekali lagi ia tegaskan, Sean lah yang mengejar nya terlebih dahulu. Ia tak pernah memberikan badan nya agar di bela oleh Sean. Ingin ia menyuarakan apa yang sebenarnya terjadi jika ia bukan seperti apa yang mereka maksud. Tapi ia terlalu malu untuk mendongak dan menyuarakan isi hati nya. Lebih baik ia diam, agar tidak membuat suasana semakin runyam dan tak terkendali. "Saya ingatkan sekali lagi, saat aku tau wanitaku bekerja kembali di club busuk mu, aku tak segan-segan menyuruh orang suruhan ku untuk menutup tempat murahan ini!" Ancam Sean terhadap Alfredo. Alfredo tak terlalu memperdulikan Sean, ia hanya memperdulikan dua lembar cek senilai dua ratus juta yang berada di tangan kiri dan tangan kanannya. Setelah sudah mempermalukan Alfredo, ia menarik tangan Ailane untuk keluar dari club' ini. Semua orang memberikan jalan kepada mereka. Tentu masih ada yang mencibir mereka mengatakan Ailane tak cukup cantik untuk menjadi seorang wanita sewaan bagi pria sekelas Sean Diwangka. Ia melihat ke sudut pemikiran lain, Sean menyelamatkan dari pria yang berusaha ingin memegang tubuh nya. Tak seharusnya ia marah, ia boleh marah tapi tak harus semarah ini. Jika tak ada Sean, mungkin ia akan menjadi mainan untuk pria pada meja itu. Sean menyeretnya keluar kembali dari dunia malam yang sangat berbahaya ini. Kenapa ia harus marah? Pada awal nya ia juga tak begitu yakin saat ingin masuk ke dalam club' ini. Ia hanya tergiur uang semata yang akan ia peroleh. Ia tak memiliki fikiran jika ada peluang orang akan memegang nya layaknya sebuah boneka yang tak memiliki harga diri. Rambut Ailane tiba-tiba ditarik oleh seseorang dari belakang. Ia menoleh ternyata itu Vi. Byurrrr! Satu gelas minuman disiramkan Vi pada nya membuat wajah serta gaun nya basah dari tetesan minum yang menetes dari rambut nya. "Dasar Lo gatau terimakasih! Udah untung gue bawa Lo kesini, malah bikin keributan aja." Sean hendak maju memperingati Vi, Vi yang beringsut langsung pergi dan meninggalkan Ailane dalam kondisi basah kuyup. Sean mengeluarkan sebuah sapu tangan dan mengelap wajah serta leher Ailane yang basah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Makasih om," hanya itu kalimat yang mampu Ailane ucapkan. Setalah selesai, Sean kembali menggandeng tangan nya menuju mobil dan segera mengantarkan Ailane pulang. Lagi-lagi tak ada kalimat yang diucapkan oleh Sean. Sepanjang perjalanan hanya hening, dan alunan musik pelan yang terputar dari radio mobil. Dinginnya malam hari ditambah baju nya yang basah kalah dingin dengan keheningan yang tercipta karena Sean sama sekali mengabaikan nya. Semarah ini Sean terhadap nya. Tapi Sean siapa? Dan kenapa dirinya harus takut karena dihiraukan Sean?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD