"Traceability. Kenapa itu bisa menjadi penting dalam sebuah perusahaan Frozen shrimp food? Pertama, jelas karena kita ingin tahu kejelasan data yang akurat saat hasil jadi yang nantinya berhubungan dengan dana. Kedua, dari berbagai macam ekspor yang telah berjalan selama ini, apakah kita tahu dari mana asalnya? Setelah bercampur dari beberapa macam bahan baku, tidak menutup kemungkinan jika suatu saat terdapat komplain. Untuk menghadapi komplain, akan sangat mudah jika kita dari awal sudah melakukan proses pengurutan bahan di produksi. Untuk bisa menemukan data yang valid maka dibutuhkan pengolahan yang valid dan cepat pula. Semua akan berjalan lebih mudah dengan Traceability yang baik."
Suara Nabila masih terngiang di imajinasi Rangga. Setelah hari tes itu, kepala Rangga terus saja terisi dengan Nabila. Memori dari Nabila, terperangkap di pikirannya.
Cara penyampaian Nabila, sikap anggun dan percaya dirinya dan bahkan, kepintarannya. Ditambah lagi, pesona fisiknya yang sangat menarik. Orang awam tidak akan tahu jika dia seorang janda.
Nabila kebanyakan bisa menjawab pertanyaan dari pak direktur. Saat itu, Rangga sama sekali tidak bertanya. Ia hanya menilai. Semua pertanyaan murni dari pak direktur yang benar-benar memilih orang yang sangat berpotensi untuk posisi itu.
Rangga juga sengaja tidak bertanya karena ingin menunjukkan pada semua orang bahwa Nabila adalah orang yang memang memiliki pengetahuan dan potensi. Jika ia membuat pertanyaan, mungkin bisa saja banyak orang yang berpikir bahwa Rangga dan Nabila sudah berkompromi sebelumnya.
Sehingga Rangga harus membuktikan pada semua orang, bahwa Nabila bukanlah seperti yang mereka pikir. Nabila sama sekali tidak pernah menggodanya. Karena memang dari awal, Rangga sendiri yang sudah menyuruhnya untuk datang ke kantornya.
Rangga merebahkan tubuh di ranjang empuknya. Ia melihat langit-langit yang terdapat gambar wajah Nabila, yang terekam melalui otaknya. Kedua telapak tangannya menopang kepalanya. Dari tadi, ia juga tidak berhenti tersenyum sendiri memikirkan Nabila. Nabila... Benar-benar seorang perempuan yang tidak bisa ditebak.
Semua hal menarik memang ada pada Nabila. Ia sendiri tidak menyangka jika Nabila bisa tampil secara mempesona seperti itu. Tentu saja, kecantikan Nabila memang sebuah bonus dari segalanya.
Ternyata pilihannya tidak salah, saat ia membawa Nabila ke dalam ceritanya agar semua orang tahu siapa Nabila, dan juga dirinya. Malam itu ia tidak bisa tidur. Hormon dopamin bekerja dengan sangat baik tiba-tiba di dalam tubuhnya.
"Jadi, Ini akan berjalan sangat mudah. Iya kan?" Suara Chris tiba-tiba muncul di kamar Rangga.
Rangga yang masih terhanyut dalam lamunannya, terjingkat mendapati Chris sudah berdiri di sampingnya. Karena Rangga ingat betul, jika tadi ia sudah menutup pintu kamarnya. Tapi, sekarang Chris sudah berada di dalam kamarnya. Rangga kemudian segera duduk.
"Sejak kapan kau masuk kamarku?!" tanya Rangga dengan nada berseru karena kaget.
"Dari tadi. Kau saja yang tidak menyadarinya," jawab Chris santai. Ia lalu berjalan dan duduk di sofa yang ada di dekat ranjang Rangga.
"Enak saja kau masuk tanpa ijin ke kamarku?!" tukas Rangga kesal.
"Memangnya kenapa? Aku tidak tertarik dengan apa yang kau lakukan!" jawab Chris dengan nada santai. Rangga tidak menjawabnya. Ia hanya kembali mengambrukkan dirinya kembali ke ranjangnya. Chris lalu memperhatikannya.
"Rang! Aku menunggumu," kata Chris. Rangga menoleh ke arah Chris.
"Apanya?"
"Pertanyaanku di awal tadi. Semuanya bisa sangat mudah, bukan?" tanya Chris lagi.
"Apa maksudmu?" tanya Rangga tentang maksud Chris.
"Tes-nya!" ujar Chris dengan penekanan. "Apalagi?!" Chris menaikkan sedikit nadanya.
"Miss Nabila yang paling cocok untuk posisi itu." Sekali lagi Chris menegaskan.
"Oh... Ya. Tentu saja," jawab Rangga dengan tersenyum.
Chris memperhatikan Rangga dengan aneh.
"Kalau dari awal bisa semudah ini, kenapa kau harus memintaku datang untuk menjadi juri?! Bukankah kau sendiri sudah cukup menilainya?" ujar Chris.
"Karena aku ingin menunjukkan pada semua orang, kalau Nabila memang patut untuk menduduki posisi penting."
"Kenapa kau harus melakukan itu?"
"Banyak yang menilai buruk dan memandang sebelah mata untuk Nabila. Jadi aku..."
"Bukan itu maksudku," potong Chris tiba-tiba. Membuat Rangga berhenti berbicara. Rangga lalu menoleh ke arah Chris. "Kenapa kau harus membuktikan pada orang-orang dengan masalah miss Nabila itu? Maksudku, kenapa kau peduli?!" tanya Chris lagi.
Rangga diam. Ia sendiri nampaknya bingung untuk menjawab pertanyaan Chris. Chris hanya menyedekapkan kedua tangannya dan mengkerutkan alisnya. Mencoba menebak sendiri apa yang sedang Rangga rasakan saat ini.
"Jadi, kau benar-benar jatuh cinta pada Miss Nabila ya?" tanya Chris kembali.
Anehnya, Rangga hanya diam dan tidak menjawabnya. Berbeda saat Chris mulai menggoda Rangga dengan Tyas. Kali ini, Rangga benar-benar tidak melakukan penolakan sama sekali. Rangga justru sebaliknya, ia memberikan bahasa tubuh yang menandakan 'iya'.
"Jadi, Miss Nabila ya?" ungkap Chris dengan mengingat sosok Nabila sambil memegangi dagunya tanda berpikir.
"Apa yang kau pikirkan tentang dia?!" tanya Rangga dengan setengah mengernyitkan wajahnya.
"Tenanglah. Aku tahu kau suka padanya. Jadi, aku tidak akan mengambilnya darimu," kata Chris lagi.
"Bagus kalau menang begitu," ujar Rangga. Chris semakin heran melihat sikap Rangga itu. Rangga nampaknya benar-benar serius pada Nabila.
"Wah, aku tidak menyangka jika ada perempuan lain selain Tyas," ujar Chris menggoda Rangga lagi. "Kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?!" lanjut Chris bertanya lagi. Rangga segera memicingkan matanya ke arah Chris.
"Pertama, sudah aku bilang aku sama sekali tidak memiliki perasaan pada Tyas. Kau boleh mengambilnya," tukas Rangga pada Chris. Chris hanya melotot terkejut mendengar pernyataan Rangga itu.
"Kedua, aku tidak tahu malapetaka apa yang akan menimpaku jika aku harus menceritakan kehidupanku padamu," kata Rangga pada Chris. Chris tertawa lepas mendengarnya. Hal itu semakin membuat mereka bertambah dekat.
"Jadi, kau sudah menentukan pilihanmu sekarang? Soal Nabila?" tanya Chris lagi.
"Kenapa tidak?"
"Baguslah kalau kau sudah memikirkan untuk memiliki pasangan dan tidak hanya terobsesi dengan pekerjaan," cela Chris kembali. Rangga hanya kembali menyunggingkan satu senyumannya.
"Lagipula, kalian memang cocok," ujar Chris yang membuat Rangga tersenyum lebar.
"Menurutmu begitu?" tanya Rangga dengan masih tersenyum.
"Kau pikir, aku tidak bisa serius?" kata Chris lagi.
"Memang benar apa katamu dulu, dia adalah perempuan yang sangat susah ditebak," ujar Chris singkat.
"Bagus kalau kau berpikir begitu,' ujar Rangga lagi.
"Tunggu, aku masih merasa aneh. Kenapa miss Nabila, mau bekerja sebagai buruh jika sebenarnya dia sangat pintar?" tanya Chris pada Rangga.
"Menurutku ia hanya terlalu polos. Dia tidak sadar jika kepolosannya itu yang justru membawanya terjerumus di kehidupannya sekarang," terang Rangga. Walaupun Chris tidak tahu apa maksud Rangga, tapi ia hanya menerima ulasan Rangga.
"Ternyata kau sudah cukup lama dekat dengan Nabila?" tanya Chris pada Rangga.
"Tidak cukup lama, sampai aku tahu kalau dia butuh seorang penyelamat," kata Rangga. Mendengarnya Chris segera menaikkan salah satu alisnya tanda tak paham.
"Apa maksudmu? Penyelamat apa?"
"Nabila, adalah seorang janda," ujar Rangga, dengan nada berat.
"Benarkah?!" seru Chris sangat terkejut.
"Memangnya, kemana suaminya? Meninggal?" tanya Chris.
"Entahlah? Mungkin dia memang menginginkan hal itu." tukas Rangga merasa malas menjawabnya.
Jika Rangga mengingat cerita Nabila tentang mantan suaminya, ia memang merasa sangat tidak terima. Tentang perlakuannya pada Nabila dan anak Nabila, Vano. Rangga juga merasa mantan suaminya sangat bodoh bisa meninggalkan Nabila yang terlalu baik itu.