Kerumunan orang bercakap-cakap dan sedang bergerombol di depan Rangga, membuat mata lelah melihatnya. Terlihat sangat ramai karena hari ini adalah hari tes yang diadakan Rangga.
Rangga berada di suatu ruangan besar, di dalam perusahaan. Ia duduk di salah satu empat kursi besar yang disiapkan untuk juri. Dua kursi berjejer berdekatan untuknya dan Chris. Sedang dua lagi, terpisah sedikit jauh darinya untuk pak direktur dan putrinya yang ingin ikut hari ini.
Rangga tidak menyangka jika yang mengikuti tes lumayan banyak. Ini pasti membutuhkan waktu seharian. Pikirnya.
Dari tadi matanya mencari seseorang yang masih belum muncul juga. Satu hari sebelumnya Rangga mengamati Nabila yang terlihat masih belum yakin untuk mengikuti tes ini.
Walupun Rangga sudah memberikan puluhan dorongan pada Nabila. Tapi, Rangga tetap tidak bisa memaksa Nabila jika Nabila tidak mau ikut. Keputusan tetap ada pada Nabila. Rangga jadi khawatir apakah Nabila jadi ikut atau tidak.
"Sudah waktunya! Apa yang kau tunggu?" tanya Chris tiba-tiba.
Chris bisa menjadi juri karena ia sering terlibat bisnis dengan pak direktur. Pak direktur juga mengetahui jika Chris berteman sangat dekat dengan Rangga. Rangga juga tentunya sudah minta ijin pada pak Bagas, jika Chris akan datang membantu.
"Sebentar lagi. Tolong bersabarlah," jawab Rangga dengan nada memohon.
"Aku lihat pesertanya sudah banyak. Lagipula, ini sudah waktunya," keluh Chris sekali lagi.
Rangga tidak menjawabnya. Dari tadi, ia hanya terus bolak balik melihat jam tangannya. Rangga juga hanya bisa bergumam dalam hati, bahwa ada satu peserta yang kurang.
"Mr Sadler?" sapa pak Bagas yang mendadak berada di dekat mereka.
Rangga dan Chris yang baru menyadari kehadiran pak direktur itu segera berdiri dan menyambutnya. Di belakang pak direktur, tentu ada putri kesayangannya. Tyas berada di sana juga dengan tatapan canggung.
"Oh yes Mr. Bagas!" Chris balik menyapa dan menjabat tangan pak direktur. "Bagaimana kabar anda?" Chris balik bertanya.
"Sangat baik," jawab pak direktur.
"Oh apakah ini Miss Tyas?" tanya Chris lagi dengan memperhatikan Tyas.
Tyas tersenyum. Ia juga menjabat tangan Chris sambil mengangguk ramah. Hanya tertuju pada Chris.
"Benar Mr. Sadler. Bagaimana kabarmu?" tanya Tyas.
"Seperti yang kamu lihat. Aku sangat baik. Sudah lama tidak bertemu, kamu bertambah cantik saja," ujar Chris pada Tyas.
"Terima kasih," balas Tyas dengan tersipu malu.
"Anda sudah datang pak?" Rangga baru bisa menyela mereka.
"Ya," jawab pak direktur singkat. "Ini sudah waktunya kan?" tanya pak direktur yang semakin membuat Rangga cemas.
"Iya pak. Sebentar lagi akan saya mulai," jawab Rangga yang semakin merasa gelisah. "Silahkan anda menunggu di sana." Sambil menunjuk satu kursi yang disediakan Rangga untuk pak Bagas.
Pak Bagas, awalnya masih merasa ragu dengan kalimat Rangga. Pasti dalam hatinya, ia juga menanyakan hal yang sama. Tunggu apa lagi?
"Baiklah," jawab pak Bagas akhirnya.
Pak Bagas, masih tetap akan memberikan kesempatan pada Rangga, demi perusahaan ini. Karena bagaimanapun, Rangga adalah manajer muda yang berprestasi. Ia selalu memberikan kontribusi yang sangat baik untuk perusahaan.
Pak Bagas lalu pergi, menuju tempatnya. Diikuti dengan Tyas yang masih canggung berpandang-pandangan dengan Rangga. Chris yang menyadari hal tersebut, gatal untuk bertanya.
"Ada masalah apa kau dengan pacarmu?" tanya Chris menggoda.
Rangga menghela nafas berat sambil memejamkan matanya dengan kesal. Chris selalu saja menggoda Rangga sebagai pacar Tyas. Padahal Chris yang terbilang sahabat lama Rangga, sudah tahu bahwa Tyas hanya sekedar teman dekat bagi Rangga. Rangga, tidak memiliki perasaan apa-apa pada Tyas.
"Sudah berapa kali kubilang kalau Tyas itu..."
"Bukan pacarmu," potong Chris. "Ya...ya... Aku tahu," goda Chris sambil terkekeh pelan. "Tapi ada apa dengan kalian? Sepertinya tidak akrab. Apa kalian bertengkar?"
"Ya, begitulah," kata Rangga dingin.
"Lihatlah, caranya mencuri pandang untuk memperhatikanmu," ujar Chris pada Rangga.
Rangga masih hanya diam. Ia juga melihat ke arah Tyas sebentar, lalu kembali mengalihkan pandangannya lagi darinya. Ia sama sekali tidak memikirkan hal itu. Yang dipikirkan Rangga saat ini adalah, kenapa Nabila sampai sekarang masih belum datang juga?!
"Dia berjalan kemari! Pasti ingin mengajakmu kencan!" Chris menyenggol bahu Rangga memberi isyarat, Tyas yang baru saja melihatnya.
"Apa ini lelucon bagimu?!" balas Rangga mulai terpancing kesal.
Chris semakin terkekeh. Chris memang teman yang suka mengusili Rangga dengan candaannya. Sebuah kepuasan bagi Chris yang bisa membuat Rangga marah.
"Rangga." Tyas yang tiba-tiba berada di depan meja Rangga. "Kata papa, kapan kamu mulai tesnya?" tanya Tyas dengan nada datar. Ia bertanya juga dengan ekspresi wajah yang datar.
"Sebentar lagi," jawab Rangga memberikan ekspresi yang sama.
Tyas merasa geram dengan itu. Tyas mengetahui bahwa Rangga dari tadi menunggu kehadiran Nabila. Tyas juga sudah mengitari pandangannya ke seluruh ruangan dan peserta. Ia juga masih belum melihat Nabila di tes kali ini.
Tyas semakin kesal dengan sikap dingin Rangga terhadapnya. Tyas tahu jika mungkin Rangga masih marah padanya masalah rumor yang beredar tentangnya dan Nabila. Tapi sebagai teman, tidak seharusnya Rangga mengacuhkannya seperti ini.
Apalagi Tyas adalah teman dekat yang lebih dulu dikenalnya daripada Nabila. Pikir Tyas.
Rangga kembali menengok ke arah pintu masuk, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memasuki ruangan. Rangga pelan-pelan berdiri dengan tatapan terpukau melihat perempuan itu.
Tyas dan Chris yang melihat sikap aneh Rangga ikut memandang ke arah penglihatan Rangga.
Rangga merasa sangat mengenal perempuan itu, hanya saja... ia tidak mengenali penampilannya.
Nabila berdiri di sana. Bukan hanya Rangga, tapi Tyas juga ikut menganga melihat perubahan Nabila.
Nabila memakai baju dress berwarna cream dengan sangat anggun. Sepatu senada yang ia kenakan pun sepatu yang tampak elegan. Wajahnya yang biasanya tampak polos kini tertutup dengan makeup minimalis yang super cantik.
Bibirnya yang hari-hari kelihatan pucat, diolesi warna yang seirama dengan kulitnya yang bersih dan cerah. Matanya terbaluri dengan eye shadow dan eye liner, membuat matanya yang indah kini semakin indah karena pandangannya yang tajam.
Banyak pasang mata yang menyorot padanya. Sebagian besar bertanya apakah ia salah satu karyawan produksi di perusahaan ini? Karena biasanya yang tahu Nabila, pasti akan tidak menduga penampilan Nabila hari ini.
Nabila yang masih berdiri di sana, melihat sekitar, mengitari pandangannya mencari Rangga. Satu tatapannya berhenti begitu melihat Rangga ada di hadapannya. Nabila lalu berjalan tegap ke arah Rangga.
"Maaf saya terlambat," kata Nabila begitu sudah ada di hadapan Rangga.
Rangga hanya diam tersenyum terpesona dan tidak lepas memperhatikan Nabila. Tyas di sana juga masih mematung dan menyimpan beribu umpatan yang tak bisa ia keluarkan. Nabila kini benar-benar telah mencuri Rangga darinya.
Chris berdehem beberapa kali melihat pemandangan itu. Ia merasa harus mengembalikan fokus Rangga. Nabila yang sadar melihat ke arah Chris, tampak mengingat-ingat sesuatu.
"Mr. Sadler?" sapa Nabila setelah mengingat Chris.
Chris menoleh ke arah Nabila. Ia justru heran kenapa perempuan cantik ini, bisa memanggil namanya? Tunggu, ia mengamati Nabila lebih teliti lagi. Chris terperangah ketika tahu siapa dibalik make up cantik itu.
"Miss Nabila?!" seru Chris. "Wow! Kamu tampak sangat berbeda dari sebelumnya," ungkap Chris ikut terkagum. Nabila tersenyum malu.
"Kenapa anda disini?" tanya Nabila pada Chris.
"Aku dan Rangga, kami berteman sudah sangat lama. Aku hanya dimintai tolong di sini," jelas Chris.
Chris sendiri, baru mengetahui hubungan Rangga dan Nabila setelah beberapa pekan lalu berkenalan dengan Chris. Nabila pun nampak sedikit terkejut mengetahui Rangga dan Chris berteman. Sedangkan Tyas yang dari tadi ternganga, tercekat melihat Nabila berbicara pada Chris.
"Kamu kenal dia?" tanya Tyas pada Chris yang menunjuk Nabila. "Dan kamu... bisa bahasa Inggris?" Kali ini, Tyas bertanya langsung pada Nabila.
"Hanya kebetulan," jawab Nabila penuh percaya diri pada Tyas.
Rangga masih diam. Ia dari tadi, hanya tersenyum dan tak lepas terpesona oleh Nabila. Sekarang, saatnya ia segera mengambil sikap.
"Oke. Kalau begitu, kita mulai sekarang!" seru Rangga dengan menepukkan kedua tangannya sekali. Ia sudah merasa mantap memulai acara ini.
"Tunggu!" sanggah Chris pada Rangga. Membuat Rangga menoleh ke arahnya. "Jadi, kau dari tadi hanya menunggu Miss Nabila?" tanya Chris yang heran.
Rangga dengan tatalan penih semanhat itu, melihat ke arah Chris dan tidak langsung menjawabnya. Kemudian ia melihat ke arah Nabila lagi. Rangga lalu tersenyum dan menjawab Chris.
"Tentu saja," kata Rangga dengan masih tersenyum ke arah Nabila.
Nabila yang merasakan itu menjadi salah tingkah seketika. Tanpa sebab, jantungnya berdegup lebih cepat dari orang normal. Mendadak, ia merasa tersipu. Apa yang sedang terjadi padanya?