Arum berdiri bersama Gina berjarak beberapa meter dari meja tempat para pembacanya duduk saat ini. Pandangan gadis muda di hadapan Arum ini tidak lepas menatap Leo anaknya yang saat ini sedang begitu lahapnya menikmati kue yang diberikan beberapa pembacanya.
"Dia anak Kak Arum?" Tanya Gina dengan nada datar pada wanita yang lima tahun lebih tua darinya ini.
Arum terdiam tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu tentu saja membuat kesal Gina yang memberikan pertanyaan padanya.
"Kenapa Kak Arum diem aja?" Tanya Gina mendesak Arum. Ia kemudian tertawa sinis pada wanita di hadapannya ini. "Apa kakak sengaja mau menyembunyikan tentang dia dan menunggu sampai dia dewasa, untuk kemudian digunakan sebagai alat penguras harta keluarga kami?" tuduh Gina.
Arum langsung saja menggeleng kuat. "Aku sama sekali nggak berniat menganggu keluarga kamu lagi Gina," jawab Arum. "Memang benar apa yang aku lakukan di masa lalu tidak bisa dibenarkan, dan sudah sepatutnya kamu dan keluargamu membenci aku. Tapi berniat untuk berurusan lagi dengan keluarga kalian sama sekali nggak ada Gina," jelas Arum.
Gina menatap tidak percaya mendengar penjelasan Arum. "Setelah banyak kebohongan dan tipu muslihat yang Kak Arum lakukan dulu, mana mungkin aku bisa percaya sama ucapan kakak," ucap Gina yang meragukan perkataan Arum tersebut.
Arum menghembuskan nafas kasar mendengar ucapan Gina tersebut. Namun, ia sama sekali tidak bisa marah walau gadis muda di hadapannya ini tidak mempercayai dirinya sama sekali.
"Aku tahu kamu nggak mungkin mempercayai aku Gina dan aku rasa itu lebih baik. Anggap saja kita tidak pernah bertemu hari ini dan anggap saja kamu tidak pernah melihat dia sama sekali," ujar Arum sambil melihat ke arah anaknya tersebut. Ia kemudian berbalik hendak pergi meninggalkan Gina.
"Apa dia anak Kak Bagas?" Tanya Gina.
Pertanyaan Gina menghentikan langkah Arum yang sudah akan berjalan menjauhi gadis tersebut. Ia segera berbalik dan kembali menatap ke arah Gina dengan tatapan datar.
"Dia anak aku Gina, aku yang melahirkan dan membesarkan dia selama hampir lima tahun ini. Aku berani jamin ketakutan kamu kalau aku menggunakan dia suatu saat nanti untuk mendapatkan uang dari keluarga kalian sama sekali nggak akan terjadi. Jadi anggap saja kamu tidak pernah melihat dia sama sekali," jelas Arum dengan nada tegas.
"Kenapa harus berbelit-belit kak. Aku cuma nanya apa dia anak Kak Bagas?" Tanya Gina sekali lagi mendesak Arum.
Arum segera memberikan gelengan tegas. "Dia bukan anak Bagas, dia anak aku Gina," jawab Arum.
Setelah mengatakan hal itu Arum segera berbalik dan berjalan menuju ke arah meja tempat para pembacanya sedang duduk bersama Leo anaknya. Ia menatap sekitar 20an orang yang berada di meja tersebut.
"Semuanya, maaf ya aku ijin pulang duluan hari ini, soalnya ada beberapa urusan mendesak. Kita atur jadwal meet up kita di lain waktu lagi ya," ujar Arum berpamitan pada semua orang.
Mendengar perkataan Arum membuat beberapa orang mendesah kecewa. Walau kecewa, mereka tetap tersenyum pada Arum dan mengangguk.
"Janji ya Kak nanti bakal ada meet up lagi," ujar salah satu pembaca Arum.
Arum memberikan anggukan mantap. "Kalau gitu aku pamit dulu ya semuanya," ujar Arum berpamitan. Ia kemudian segera meraih pergelangan tangan Leo. "Ayo sayang," bisik Arum pada Leo.
"Hati-hati ya kak," ucap semua yang duduk di situ sambil memberikan lambaian pada Arum.
Arum tersenyum pada semua orang sambil berjalan menjauhi meja tersebut. Ia berjalan menuju meja kasir dan membayar tagihan makan semua untuk acara meet up mereka hari ini.
"Kita mau jalan-jalan kan Bu?" Tanya Leo yang berjalan di samping Arum sambil menggandeng tangan Ibunya.
Arum tersenyum tipis sambil mengangguk pada putranya itu. Ia kemudian segera meraih ponselnya di dalam tas untuk memesan taxi online baginya dan Leo.
Setelah menunggu beberapa menit Arum melihat bahwa mobil taxi online pesanannya sudah hampir tiba sebentar lagi. "Ayo kita kedepan sayang. Mobilnya sudah mau datang," ajak Arum pada Leo.
Begitu Arum sudah akan melangkah bersama Leo, seseorang menahan lengannya sehingga langkahnya terhenti. Arum menatap bingung ke arah orang yang menahan lengannya tersebut. Orang itu adalah Gina Mawardi.
Mengabaikan Arum yang saat ini menatap kebingungan padanya, Gina berjongkok dan menatap Leo sambil tersenyum pada bocah berusia empat tahun itu. "Hallo ganteng," sapa Gina. "Kenalin, nama aku Gina. Kamu bisa manggil aunty Gina," ucapnya dengan nada ramah.
Leo tersenyum. "Nama aku Leo, Aunty Gina cantik" ucap Leo memperkenalkan dirinya pada gadis muda di hadapannya ini.
"Gina?" Ujar Arum penuh tanda tanya.
Gina mengusap lembut puncak kepala Leo, setelah itu ia bangun dari jongkoknya dan berdiri menatap Arum dengan tatapan serius. "Aku udah ketemu dan mengenal Leo, jadi Kak Arum nggak boleh menghalangi aku untuk akrab dan dekat dengan Leo," ucap Gina tegas. "Aku janji bakal rahasiain hal ini dari keluargaku. Tapi syaratnya aku harus tetap bisa bermain sama Leo," pinta Gina.
Arum terdiam karena tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Ia bisa melihat tekad dan keyakinan dari sorot mata gadis muda di hadapannya ini. Arum sangat yakin jika ia menolak membiarkan Gina mengenal dan dekat dengan Leo, maka gadis muda itu akan benar-benar membocorkan tentang keberadaan anaknya ini.
"Apa kamu beneran jamin nggak akan membocorkan tentang Leo pada siapapun?" Tanya Arum memastikan.
Gina memberikan anggukan mantap. "Aku udah tahu soal keberadaan Leo, jadi aku nggak mungkin mengabaikan pria kecil yang begitu tampan ini. Aku harap Kak Arum mau ngebiarin aku tetap dekat dengan dia," pinta Gina dengan nada memohon.
Arum akhirnya memberikan anggukan sebagai jawaban.
Melihat hal tersebut membuat Gina meloncat kegirangan. Ia segera menatap ke arah Leo dan mengusap lembut pipi chubby bocah berusia empat tahun itu. "Mulai sekarang kamu akan sering-sering ketemuan sama aunty," ucap Gina penuh semangat.
"Beneran Bu?" Tanya Leo sambil mendongakkan kepalanya menatap Arum penuh tanda tanya.
Arum tersenyum tipis sambil memberikan anggukan pada anaknya tersebut.
Gina segera meraih tubuh Leo ke dalam gendongannya kemudian menatap ke arah Arum. "Habis ini Kak Arum mau kemana sama Leo? Aku ikut ya," pinta Gina.
"Kami mau jalan-jalan ke mall, soalnya besok Kakak balik Jakarta," jawab Arum. Ia kemudian menatap layar ponselnya. "Taxi onlinenya udah tiba nih," ujar Arum.
"Ya udah, langsung ke sana aja," ujar Gina.
Dengan Leo yang ada di dalam gendongan Gina, mereka berjalan bersama menuju gerbang cafe untuk menghampiri mobil taxi online yang sudah menunggu.