Bagian sepuluh

1365 Words
Athena memastikan topi dan masker ia pakai dengan baik karena akan bahaya jika ada orang yang mengincarnya lagi seperti tadi siang, bahkan mengingat kejadian penembakan tadi masih membuat Athena merasa takut. Austin berpakaian santai di belakang Athena juga memakai sebuah topi berwarna hitam, terlihat gagah karena bahu besarnya hanya tertutupi oleh kaos. “Tipe seperti apa dirimu?” tanya Athena memilah pakaian di depannya. Austin meraih satu baju secara acak, mencocokkan pada tubuhnya lalu menggeleng. “Entahlah, aku tidak tahu selera fashionku seperti apa. Terserah dirimu memilih pakaian untukku, berikan padaku setelahnya untuk dicoba.” Sesaat Athena memperhatikan tubuh Austin, mengangguk sekilas sebelum memilih pakaian seperti apa yang cocok dengan lelaki besar di belakangnya itu. Beberapa jenis pakaian lelaki Athena pilih, dari pakaian casual sampai formal, sekitar sepuluh pasang baju telah Athena pilih dalam waktu lima belas menit, perempuan itu lantas mendorong Austin ke tempat ganti. “Mari kita lihat apakah baju yang aku pilih cocok untuk kau pakai atau tidak.” Tanpa banyak bertanya Austin membawa semua pakaian yang Athena pilih ke ruang ganti, satu persatu Austin harus mencoba dengan Athena sebagai juri untuk memberi respon kecocokan. “Hei, miss! Kau melupakan sesuatu.” ucap Austin. “Apa, aku sudah memilihkan cukup banyak pakaian. Kau butuh seperti apa lagi?” “Kau melupakan bagian dalamannya.” jawab Austin. Athena mendelik, menepuk keningnya sekilas. “Aku tidak tau ukuran mu, kau pilih saja nanti setelah selesai dengan pemilihan pakaian inti lebih dulu.” Athena tidak mau malu, banyak orang di tempat tersebut. Lagi pula sejak kapan ia mau memilihkan pakaian untuk lelaki, terlebih kalau itu pakaian dálam. Ugh! Sangat memalukan jika penggemarnya tau hal ini. “Athena, ini tidak mudah. Mengapa aku tidak bisa memakainya.” seru Austin dari dalam. “Apa kau anak kecil! Mengapa memakai pakaian saja tidak bisa kau lakukan!” sahut Athena. “Sungguh ini sulit, aku tidak bisa memakainya.” Mendengus, Athena melihat kanan dan kiri sebelum masuk ke dalam ruang ganti, cepat Austin mendorong bahu Athena sampai wanita itu di buat kaget. “Apa-apaan kau ini?” “Cukup peduli juga dirimu rupanya, apa kau mau membantuku memakai pakaian ini bergantian?” Austin masih menahan kedua pundak Athena, sialnya lagi Austin kini hanya memakai celana robeknya dengan resleting setengah terbuka. Cepat Athena menepis tangan Austin, “Kau bukan anak kecil, cepat ganti lalu pilih mana yang cocok untukmu, untuk sementara kita tidak bisa terlalu lama berada di tempat ini.” Athena berniat keluar, Austin menarik perempuan itu lagi, tanpa permisi masker yang menutupi sebagian wajah Athena diturunkan oleh Austin, bibirnya terasa panas ketika mencium wanita di depannya ini. Satu detik, dua detik, Athena harus menyudahi kegilaan Austin, posisinya sekarang ada di tempat umum, samar-samar terdengar orang berbicara di luar ruang ganti, Austin menarik pinggang Athena semakin dekat dengan tubuhnya, refleks kedua tangan Athena yang tadinya berniat menahan diri justru menyentuh kulit keras Austin yang menggoda. “Jangan bersuara kalau kau tidak mau ada orang lain mengetahui dirimu ada di sini, di ruang ganti lelaki.” bisik Austin tersenyum menang. “Lalu mengapa kau menarikku ke dalam sini kalau tau ada orang lain di luar?” Austin menyeringai, “Jangan membuatku berada di pihak yang bersalah, kau sendiri yang melangkah masuk kemari, Athena.” jawab Austin, “pilihkan pakaian mana yang harus aku gunakan.” dengan santai Austin merentangkan tangan bersiap agar Athena memakai pakaian untuknya. Menghembuskan nafas singkat, satu baju secara acak Athena ambil, ia lebih baik segera menyudahi kegiatan ini, entah ada berapa orang di luar yang nantinya bisa mengetahui dirinya ada di dalam ruang ganti bersama lelaki, akan ada berita buruk yang akan menimpanya jika itu terjadi. Selesai dengan baju pertama, Austin melihat pantulan dirinya di cermin, “Kita juga perlu mencoba celananya.” ucapnya. “Kau berniat melepaskannya di sini?” Athena membelalakkan mata melihat Austin menurunkan celana. “Why not? Tenang saja, aku tidak akan benar-benar menunjukkan sesuatu yang menantang dibaliknya secara langsung di depanmu saat ini.” goda Austin. Oh gosh, lelaki macam apa sebenarnya Austin. Cukup lama Athena di dalam ruang ganti dengan Austin sampai di luar tidak terdengar suara orang berbicara, tirai dibuka sedikit untuk memastikan tak ada orang baru Athena keluar. “Sebaiknya kau selesaikan sendiri, aku akan pilihkan beberapa pakaian yang lain.” “Kau akan membantuku lagi?” sahut Austin. “Jika kau ingin aku mencekikmu sampai di rumah maka silahkan saja.” ketus Athena, lelaki itu benar-benar menguji keimanan, bagaimana bisa Austin masih bisa tenang seperti itu sementara Athena sendiri tak bisa menyembunyikan debaran menggila di dadanya. Tubuh Austin yang besar dan sesuatu di balik celananya yang menonjol, argh! Athena bisa dibuat gila karena sikap Austin yang tidak tahu malu itu. Hampir dua jam Athena menemani Austin untuk memilih pakaian, berlanjut memilih dalaman, Athena sengaja tidak ikut karena di tempat itu ada banyak lelaki, jelas ia masih punya malu. Tapi apa yang terjadi, Austin justru dengan sengaja menariknya untuk ikut agar ia bisa memberikan pendapat. “Bagaimana kalau aku membeli ini, menurutmu bagaimana, apa aku cocok menggunakannya?” “Kau jangan gila, ada banyak orang di sini. Cepat pilih mana yang kau suka dan segera pergi.” bisik Athena. Beberapa lelaki melihat ke arah Austin, tapi Austin malah tersenyum. “Maaf, kekasihku terlalu pemalu.” katanya, ingin sekali Athena menginjak kaki Austin lalu menarik lelaki ini segera keluar. Hari ini bukan hanya pakaian yang Athena beli untuk Austin, ia juga perlu membeli aksesoris lain untuk Austin seperti jam tangan dan juga sepatu, itu untuk menunjang penampilan Austin lebih baik lagi, anggaplah Athena sedang berbaik hati karena ia rela mengeluarkan ribuan dolar pada lelaki asing yang baru Athena kenal belum lama ini. “Kau sudah punya kartu identitas?” tanya Athena. “Dave sedang mengurusnya, kau jangan khawatir.” Austin memasukkan barang ke dalam bagasi mobil. Austin melihat Athena telah duduk di kursi samping kemudi, ia pun menyusul untuk mengemudikan kendaraan. “Kemana tujuan kali ini?” “Aku lapar, lebih baik kita ke restoran lebih dulu.” jawab Athena. Sesaat Athena memberanikan diri membuka ponsel, terlihat artikel baru muncul membicarakan penembakan tadi siang, orang dengan wajah tertutup tertangkap oleh kamera cctv berniat mencelakainya. Penasaran dengan komentar di artikel tersebut, Athena membacanya beberapa, sebagian besar mengkhawatirkan keselamatannya tapi sebagian lagi mempertanyakan tujuan penyerangan itu terjadi. Athena juga tidak tahu siapa yang berusaha untuk membunuhnya. Tangan Austin meraih paksa ponsel Athena, meletakkannya ke dalam tas perempuan itu, “Jangan kau lihat, itu hanya akan membuatmu semakin takut dengan ancaman yang mereka berikan.” “Tapi tetap saja, yang mereka incar adalah keselamatanku, mau mengelak seperti apapun masih ada rasa ketakutan dalam diriku, bagaimana kalau penyerangan yang sama terjadi dua kali?” “Itu bisa terjadi, melihat namamu sangat tenar pasti ada yang tidak suka. Sama seperti sebuah pohon, semakin tinggi maka semakin kencang angin yang menerjangnya, kau butuh akar yang kuat untuk tetap bertahan.” Austin membelokkan kendaraan di sebuah parkiran restoran, tapi tidak langsung turun begitu mobil telah terparkir. Austin menatap Athena, menggenggam satu tangan wanita itu dalam tangan besarnya, “Tetap lakukan yang terbaik, tunjukkan pada duniamu bahwa kau hebat, bahkan jika dirimu bersedia, aku bisa membantumu untuk berlatih sedikit seni beladiri agar kau tau cara bagaimana bertahan saat dalam kondisi terdesak.” “Kamu yakin akan mengajariku bela diri? Bukankah kau sekarang ada di sampingku untuk menjagaku?” “Athena, dengar aku.” wajah Austin serius, “sekarang aku disampingmu, tapi apa kamu yakin dua puluh empat jam aku selalu ada disampingmu? Tentunya tidak, akan ada waktu di mana dirimu dan aku memiliki jeda waktu untuk tidak bersama. Orang yang berniat mencelakaimu pasti dengan senang hati memanfaatkan posisi tersebut untuk menyerangmu lebih dekat.” Athena terdiam. “Dave sudah mengatakan padaku jika dirimu tidak tahu sama sekali mengenai bela diri, maka dari itu aku berbaik hati menawarkan untuk mengajarimu di waktu senggang yang kamu miliki, bagaimana?” “Baiklah, aku rasa itu bukan ide yang buruk. Sekarang ayo, aku sudah lapar.” Athena keluar lebih dulu dari mobil, begitu pula dengan Austin. Tapi tanpa mereka duga di tempat yang sama seseorang berdiri mematung melihat Austin berjalan melewatinya. “Dia masih hidup?” gumam orang itu tepat ketika melihat sosok Austin menghilang di balik pintu lift yang tertutup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD