Athena tiba di apartemen, di depan gedung tempat tinggalnya ada beberapa paparazzi yang membidik gambarnya dari kejauhan, Athena yang sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu sengaja menyuruh Austin untuk menjaga jarak selayaknya seorang bodyguard.
Austin langsung melepaskan setelan resminya sebagai bodyguard, meletakkan begitu saja di atas sofa.
“Setelah kejadian yang kamu alami tadi apa masih ada kesibukan yang akan kamu hadiri lagi?”
Athena menoleh, “Besok pagi aku akan pergi ke Houston, aku memiliki jadwal untuk konser tunggal di sana selama dua hari, waktu yang aku miliki selama di Houston kurang lebih lima hari sebelum ke Boston.”
“Kau sangat sibuk, tidakkah kamu lelah dengan pekerjaanmu?”
“Ini konsekuensi yang aku pilih sebagai salah satu publik figur, lagi pula aku menyukainya jadi bagiku lelah yang aku dapatkan terbayar tuntas dengan hasil yang aku terima.” Athena mengurai rambutnya yang bergelombang dengan warna kecoklatan.
Austin pun tidak bertanya lagi, lelaki itu lebih memilih menuju ke kamar untuk berendam, toh pekerjaannya juga tergantung kemana Athena akan pergi.
“Austin.” panggil Athena.
Lelaki yang dipanggil namanya itu pun menoleh, Athena mendekatinya. “Apa kau tidak mengingat sedikit saja mengenai siapa dirimu, mungkin kalau kamu ingat sesuatu nantinya aku akan minta bantuan orang lain untuk menyelidikinya.”
Austin tersenyum, seandainya saja ia ingat pastilah tidak ada di depan Athena saat ini. “Menurutmu apa aku akan disini denganmu bila isi ingatanku kembali?” balas Austin, “Sudahlah, sebaiknya tak perlu bertanya hal yang sudah pasti kamu ketahui. Kau membantuku mencari identitasku atau tidak aku juga tidak begitu peduli, cepat atau lambat aku juga akan mendapatkan ingatanku kembali.” setelah itu Austin berjalan meninggalkan Athena, pintu ditutup dari dalam meski tidak Austin kunci.
Bell apartemen berbunyi, Athena bergegas melihat siapa yang datang barulah pintu ia buka. “Hei, kau baik-baik saja? Aku sempat khawatir melihat berita bahwa dirimu mendapat serangan dadakan.” Athena di buat pasrah tubuhnya diguncang oleh sahabatnya.
“Miley, I’m okay. Lihatlah kau justru yang membuatku pusing kalau begini.” protes Athena.
“Maaf, aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja.” ucap Miley, seolah belum puas dengan kalimat Athena, perempuan itu memutar tubuh Athena memastikan tidak ada goresan di tubuh perempuan itu, “ingatlah, tubuhmu adalah aset berharga, terluka sedikit saja itu akan meninggalkan bekas di kulitmu yang cantik.”
“Oh, C’mon! Apa kurang jelas aku sebaik ini?” sahut Athena.
Miley menghela nafas, tak sengaja kepalanya menoleh melihat setelan baju bodyguard milik Austin yang tergeletak di bahu sofa, “Milik siapa ini, kau membawa lelaki ke apartemen mu? Apa dia kekasihmu, apa Dave tau kau membawa lelaki ke apartemen ini? Athena, kau harus berhati hati dalam bertindak, kau bisa celaka jika salah jalan.”
Athena memutar bola matanya jengah, ia tahu Miley bersikap seperti ini karena peduli dengan kondisinya sampai beberapa pertanyaan perempuan itu lontarkan.
“Kamu perlu tahu bahwa Dave yang membawanya ke sini.”
“Jadi maksudmu kau tinggal dengan lelaki yang Dave bawa? Dimana dia sekarang, aku ingin melihat seperti apa lelaki yang tinggal dengan sahabatku.”
“Miley, ayolah. Lelaki yang Dave bawa bukan kekasihku, dia hanya seorang bodyguard pribadi yang Dave pilihkan secara khusus, lalu untuk sementara dia akan tinggal di apartemenku karena Dave belum menemukan tempat tinggal untuk Austin.”
Kedua alis Miley terangkat, “Jadi namanya Austin, aku penasaran dengan bodyguard barumu. Dimana dia, aku ingin melihat seperti apa wajahnya sampai Dave memilihnya secara khusus untukmu.” Miley celingukan tapi matanya tidak menemukan di mana keberadaan Austin.
“Tunggu saja, mungkin dia sedang mandi.”
Pintu kamar yang Austin tempati terbuka, lelaki itu dengan kondisi shirtless keluar dari sana memamerkan tubuhnya yang besar berotot, Miley sampai di buat takjub mengetahui ada sosok lelaki tampan di apartemen Athena.
“Jadi ini yang kamu maksud sebagai bodyguard barumu, kau tau Athena, dia sangat tampan.” bisik Miley.
Athena tau Austin tampan, tapi ia kesal jika Miley ikut tertarik dengan Austin sampai memandangnya lapar seperti sekarang.
“Kau punya cadangan handuk?” tanya Austin kemudian.
“Miley, sebentar.” pamit Athena, sekilas Athena melirik Austin yang masih dengan santai memamerkan tubuhnya yang memang Athena akui itu sangat menggoda dan ia telah beberapa kali menyentuh tubuh Austin, pahatan tubuhnya sangat padat.
Sambil membawa dua handuk Athena berikan pada Austin, “Masuklah dan keluar jika kau sudah memakai kembali pakaianmu.” ucapnya sembari mendorong Austin masuk ke dalam kamar lagi, tak lupa Athena menutup pintu.
“Hei, kau yakin itu bodyguard, bukan kekasihmu? Dia sangat tampan, kamu menyembunyikan identitas sebagai kekasihmu dengan kata bodyguard, hm?” ucap Miley menggoda Athena sambil jari telunjuk menjawil dagu Athena dengan jahil.
“Sungguh dia bukan kekasihku, kamu bisa tanyakan pada Dave. Austin bahkan baru tiba kemarin di apartemen ini, tapi memang aku akui apa yang kamu katakan benar mengenai wajahnya, dia tampan tapi kau jangan menatapnya dengan tatapan laparmu?” ujar Athena.
Miley terkekeh, perempuan itu meraih tasnya kembali, “Baiklah aku tidak akan mengganggu kalian, aku percaya dia bodyguard mu tapi aku tidak percaya jika dirimu mampu tinggal satu atap dengan bodyguard yang mempesona sepertinya.”
“Miley, get out here! Aku tidak sedang ingin menerima tamu sepertimu.” usir Athena, mau tak mau Miley tertawa terbahak-bahak sampai Athena menutup pintu apartemennya begitu memastikan Miley telah ia usir keluar.
“Oh gosh, mengapa mendadak dia sangat cerewet.” Athena menyugar rambut, menatap sekilas pintu kamar yang tertutup, Austin pasti sedang mandi sekarang
Ruang apartemen mendadak sangat hening, terlebih Athena juga penasaran mengenai identitas Austin, lelaki itu sedang tidak ingat masa lalunya, bagaimana kalau ternyata Austin adalah salah satu kriminal yang kabur dari penjara, atau mungkin seorang pembunuh bayaran.
Menggelengkan pelan kepalanya, Athena memilih duduk memikirkan penembakan tadi siang yang hampir membunuhnya, kejadian serupa bisa saja terjadi di tempat berbeda dan mau mengelak seperti apa tetap saja rasa takut itu ada di benak Athena akan teror yang ia dapatkan.
Sekitar sepuluh menit kemudian Austin berjalan keluar dengan satu handuk berusaha mengeringkan rambut yang masih basah, lelaki itu berjalan mendekat tanpa memakai baju, hanya celana panjang dan itu pun modelnya robek di bagian lututnya.
“Apa kau sengaja memamerkan tubuhmu pada orang lain?”
Kedua alis Austin terangkat ketika mendadak saja Athena bertanya demikian, “What?”
“Kamu, Austin. Jangan bertelánjang dáda seperti ini.”
“Apa masalahmu, Athena. Hanya kau dan aku, wanita tadi juga sudah pergi, kan? Lagi pula beberapa jam lalu kita juga saling tidak berbusana, lalu mengapa kau keberatan saat aku hanya memakai celana tanpa atasan?”
Athena mendelik, “Kau hanya akan menimbulkan spekulasi buruk orang lain karena dekat denganku.” ujar Athena.
“Oh benarkah, apa hanya itu alasanmu atau kau cemburu orang lain terpesona olehku?”
Athena bergerak mundur begitu Austin mengikis jarak di antara mereka, satu tangan Austin menahan lengan Athena, satu tangan lain menyentuh dagu wanita di itu agar mendongak kearahnya.
“Kau cemburu, kan. Katakan dengan jelas agar aku tau seperti apa perasaanmu ketika orang lain tertarik padaku secara terang-terangan menunjukkannya di depanmu.”
Tatapan mata Athena tak bisa berbohong jika dirinya memang tidak suka melihat Austin memamerkan tubuh berototnya di depan orang lain, terlebih seorang wanita karena Athena tau benar seberapa besar pesona lelaki ini.
Karena jika tidak, Athena juga tidak mungkin mudah terpesona oleh daya tarik Austin yang begitu kuat, entah siapa lelaki ini tapi Austin punya kelebihan pada pandangannya yang dalam.
“Katakan, Athena.” kukuh Austin agar Athena mau berkata jujur.
“Aku hanya khawatir mengenai tato naga di bahumu memiliki simbol tersendiri yang bisa membuatmu tertarik dalam masalah. Kalau dirimu dapat masalah maka aku juga akan terseret ke dalamnya, jadi sebaiknya untuk sementara selain aku jangan kau tunjukkan tato itu pada orang lain.” ujar Athena dengan cepat, ini jalan pintas untuk mengalihkan pembicaraan Austin yang tadi, alasan Athena barusan sangat lancar walau belum terpikirkan sebelumnya.
Alis Austin terangkat sebelah, tangannya melepaskan Athena lalu kembali mengusap kepalanya dengan handuk agar rambutnya cepat kering.
“Kalau begitu sebaiknya kau membelikanku lebih banyak pakaian agar aku tak perlu bertelánjang dáda di depanmu.” ucap Austin.
Kedua bola mata Athena terbuka lebar, seketika ia ingat jika Dave hanya meninggalkan dua pasang pakaian untuk Austin selain pakaian seragam bodyguard.
“Kenapa kau tidak mengatakannya, kalau begitu bersiaplah, sekarang juga kita keluar untuk membeli persediaan bajumu.” ucap Athena.