Ulang tahun Zevanya akhirnya tiba. Tidak dirayakan secara mewah, hanya beberapa teman kantor termasuk Naina dan Theo yang hadir untuk memberi selamat dan tentu saja kejutan indah untuk seorang Zevanya. Rumah disulap layaknya klub malam, di mana lampu yang awalnya terang kini sengaja diredupkan dan ditambah lampu diskotek serta musik yang memekakkan telinga. “Zee, selamat hari lahir,” ucap Naina dengan nada kuat. Sengaja karena suara bising musik benar-benar membuat mereka harus berteriak saat berbicara. “Ow ... terima kasih, Nai.” Zevanya memeluk Naina erat. “Gue nambah umur setahun dan itu artinya gue udah masuk usia tiga puluh satu tahun.” “Lo tua dari gue.” Naina terkekeh. Melepaskan pelukan dari Zevanya dan mencubit pipi sahabatnya yang terlihat cemberut itu. “Hei, ayolah ... lo