Naina mengerjap berkali-kali, membuka pelan netra indahnya untuk menyesuaikan akan bias cahaya yang menusuk terlalu kentara. Saat mata indah itu sudah terbuka lebar, keningnya mengerut sempurna. Kebingungan menjerat batin lantaran merasa sangat asing pada tempat di mana tubuhnya berbaring. Segera bangkit dari posisi berbaring, tapi kepalanya terasa pusing hendak mual. Kembali berbaring tanpa memaksakan diri untuk mengubah posisi. Lalu, mulut menganga lebar setelah menyadari tubuhnya hanya ditutupi oleh selimut tanpa pakaian sama sekali. “Ya, Tuhan.” Bibir bermonolog ria. Menoleh ke samping dan mendapati seorang lelaki yang tertidur telungkup. Naina menggelengkan kepala, memejam mata dan berharap semua hanya mimpi di siang bolong. Namun, saat lelaki di sebelahnya itu bergerak sembari