Rain

2844 Words
Aliya menatap jalanan di hadapannya, pikirannya melayang-layang. Dean memang sudah tahu bahwa ia menyukai pria itu, hanya saja, sejauh ini tidak ada tanda-tanda dari Dean bahwa mereka akan melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius, atau memang Dean hanya menganggap semua yang di katakan oleh Aliya itu adalah sebuah lelucon. Tanpa sadar, di tengah sibuknya Aliya dengan pikiran-pikirannya, ia tiba-tiba mengingat sosok Gellar. Apa kabar ya dia? . Pikir Aliya, pikirannya tiba-tiba melayang-layang mengingat sosok Gellar yang menemaninya selama ia berada di Bali untuk menghilangkan kegalauannya akibat Dean yang sebentar lagi akan menikah dengan Lulu. Aliya banyak berharap dalam hati, ingin bertemu dengan Gellar ya setidaknya hanya untuk berterimakasih, karena pria itu sudah mau menemaninya untuk menghilangkan kesedihan. Pergi tanpa pamit bukanlah cara Aliya untuk berpisah dengan seseorang, Gellar memang orang asing, namun bagi Aliya, Gellar adalah seorang penyelamat untuk nya. Andai saja malam itu Gellar tidak datang secara tiba-tiba, Aliya pastikan bahwa mungkin sampai hari ini ia belum bisa mengikhlaskan sahabatnya itu. “Mbak, nanti temenin Aletta kontrol ya soalnya habis ini mama sama papa bakal sibuk banget, ada proyek baru. Kalau ga di temenin sama kamu pasti dia suka seenaknya gak mau ngobatin kaki nya.” Ucap wanita paruh baya itu, ia menengok ke anak bungsu nya yang sedang tidur di samping kakak nya. Walau tak nampak sakit sama sekali. “Kalau sendirian aku mana bisa ma, dia berat. Apalagi gak pakai kursi roda.” Jawab Aliya. “Iya, nanti minta tolong aja sama Dean buat anter.” ***** Hari itu adalah hari di mana jadwal Aletta untuk mengecek perkembangan kaki nya, Aliya sibuk di kantor tapi mau tidak mau ia harus menemani gadis itu dan kalau tidak ia bisa saja kena omelan dari mama nya. Setelah Aliya absen sore, ia buru-buru menelepon Dean, meminta pria itu menemaninya mengantar Aletta, karena akan sangat menyiksa bagi Aliya jika ia sendiri yang membantu gadis itu berjalan. “NGGAK USAH LARI-LARIAN AL NANTI LO JATOH!” Teriak Dean dari arah lobby ketika meliihat sahabatnya berlari dengan heels yang setinggi 5 cm ke arah nya,. Beberapa menit setelahnya, dua anak manusia itu duduk di dalam mobil menuju rumah Aliya. Keadaan begitu hening, yang ada di antara mereka hanyalah suara tape mobil Dean yang tiba-tiba memutar lagu Lany, Cheating on you. Lagu kesukaan Aliya, dari awal rilis sampai sekarang. “Anjir tuh sih Freya-” Aliya merubah posisi jok mobil Dean dari yang tadinya sangat tegap kini sedikit mundur dan dapat membuat Aliya duduk dengan santai hingga sampai di rumahnya. Aliya bersandar, kemudian menggeser sedikit tubuhnya hingga bisa dengan leluasa menatap Dean yang sedang memegang setir mobil, kemeja nya sudah di copot, menyisahkan kaos hitam kesayangannya. “Seatbelt Al.” Tegur Dean. Aliya seakan mengabaikan Dean dan dengan asyik nya ia melanjutkan ceritanya. “Ternyata udah nikah dong, tadi kan kayak ngisi data gitu, ta-” “Cepetan di pakai seatbelt nya!” Pintah Dean, pria itu bahkan tidak menoleh ke sahabat nya. Matanya fokus pada antrian mobil menuju pintu keluar kantor. Aliya menatap sinis sahabatnya itu kemudian memperbaiki posisi duduk nya dan memasang seatbelt sesuai dengan perintah Dean. “Lanjut.” “Tadi kan, gue sama yang lain kayak ngisi data gitu, data terbaru buat LPJ, siapa-siapa aja kan ya, yaudah tuh isi isi eh pas sampai di bagian Freya, dia centang yang udah menikah. Pas di kumpul, orang yang mau bawa ke bagian keuangan kayak melotot terus heran gitu, gua sama yang lain juga heran tuh orang kenapa ngeliat Freya sampai segitu, ternyata pas di cek, dia ngomong kayak… Freya?! Kamu udah nikah tapi gak laporan ke kantor?! Wah asli sih, seisi ruangan langsung heran, si Freya langsung pucat. Lo tau kan Freya kena kontraknya gak boleh nikah selama 2 tahun, nanti perpanjangan kontrak nya baru boleh. Wah gila, sekarang tuh anak kayak nya lagi laporan, kayaknya bakal di keluarin juga sih.” “Lah, dia kan udah nikah lama. Sekarang lagi hamil 8 minggu, lo gak nyadar apa, dia gendutan? Padahal selama setahun kerja dia paling anti banget sama yang namanya Gendut , pas kerja satu divisi sama gua juga dia kalau di ajak makan pasti pesennya salad. Biar ga naik berat nya.” Sambung Dean setelah mereka menunjukan id card pada sebuah alat hingga portal menuju jalan keluar terbuka. “HAH?! SERIUS LO? KOK GUA GAK TAU?!” “Bisa-bisa nya lo gak tau padahal udah 6 bulan kerja satu divisi sama lo, gua waktu itu liat di insta story nya. Suami nya yang punya The Melt Town , ramai kok nikahannya. Tapi kayak nya emang di sembunyiin sih, beberapa anak-anak di kantor di hide katanya.” “Anjir, sumpah! Gua gak tau sama sekali, ya!” “Yaudah lah salah dia juga, mempermainkan kontrak.” “Anjir bahasa lo, jiji.” ***** Dean berdiri di samping Aliya ketika Aletta di periksa oleh dokter, sesekali Dean melirik ponselnya yang baru saja bergetar, penasaran degan isi pesan yang di kirimkan oleh orang itu membuat Dean meminta izin keluar, barang kali ada sesuatu yang penting. Aku kejebak hujan. Dan I don’t know why, gak ada taxi yang lewat. Setelah membaca pesan singkat dari mantan calon istrinya itu, tanpa basa basi Dean langsung beranjak dari tempat nya, berlari menuju parkiran mobil dan tidak peduli dengan deras nya hujan saat itu. Dean langsung berangkat menuju lokasi yang di kirimkan Lulu, sedikit berlebihan memang, tapi sejujurnya Dean memang merasa sangat khawatir dengan Lulu. Membayangkan Lulu terjebak di suatu tempat yang asing bagi nya, sendirian di tengah lebat nya hujan seperti sekarang membuat Dean tidak bisa tenang kalau tidak segera menjemput Lulu, bukan perkara ia ingin kembali dengan gadis itu, hanya saja ia setidaknya harus memastikan bahwa Lulu aman. “Maaf ya aku lama.” Ucap Dean ketika berhasil menemukan Lulu yang sendirian di sebuah halte bus kosong. Sebagian baju nya sudah mulai basah akibat hujan, dengan sigap Dean membuka dashboard mobilnya, memberikan jaket pemberian Aliya pada ulang tahunnya yang ke 23, Jaket kesayangannya yang bahkan Dean sendiri tidak pernah mau memakainya. Alasannya sederhana, barang nya dari Aliya, sampai tua gua gak bakal pakai. sayang soalnya. “Gak apa-apa, makasih banget ya. Maaf, aku ngerepotin kamu mulu.” Jawab Lulu. Tidak ada yang bisa Dean lakukan untuk menghilangkan rasa berdebar pada jantung nya setiap kali menyadari bahwa sekarang, ia berada di sebelah Lulu. Jantungnya berdegub kencang, sama seperti kali pertama ia yakin bahwa She is the last one . Dean kehabisan cara, untuk membuat segalanya terasa kembali normal untuk nya, paling tidak ia harus sadar bahwa ia dan Lulu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Just friend, and no more. ***** Aliya menatap jalanan di hadapannya, pikirannya melayang-layang. Dean memang sudah tahu bahwa ia menyukai pria itu, hanya saja, sejauh ini tidak ada tanda-tanda dari Dean bahwa mereka akan melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius, atau memang Dean hanya menganggap semua yang di katakan oleh Aliya itu adalah sebuah lelucon. Tanpa sadar, di tengah sibuknya Aliya dengan pikiran-pikirannya, ia tiba-tiba mengingat sosok Gellar. Apa kabar ya dia? . Pikir Aliya, pikirannya tiba-tiba melayang-layang mengingat sosok Gellar yang menemaninya selama ia berada di Bali untuk menghilangkan kegalauannya akibat Dean yang sebentar lagi akan menikah dengan Lulu. Aliya banyak berharap dalam hati, ingin bertemu dengan Gellar ya setidaknya hanya untuk berterimakasih, karena pria itu sudah mau menemaninya untuk menghilangkan kesedihan. Pergi tanpa pamit bukanlah cara Aliya untuk berpisah dengan seseorang, Gellar memang orang asing, namun bagi Aliya, Gellar adalah seorang penyelamat untuk nya. Andai saja malam itu Gellar tidak datang secara tiba-tiba, Aliya pastikan bahwa mungkin sampai hari ini ia belum bisa mengikhlaskan sahabatnya itu. “Mbak, nanti temenin Aletta kontrol ya soalnya habis ini mama sama papa bakal sibuk banget, ada proyek baru. Kalau ga di temenin sama kamu pasti dia suka seenaknya gak mau ngobatin kaki nya.” Ucap wanita paruh baya itu, ia menengok ke anak bungsu nya yang sedang tidur di samping kakak nya. Walau tak nampak sakit sama sekali. “Kalau sendirian aku mana bisa ma, dia berat. Apalagi gak pakai kursi roda.” Jawab Aliya. “Iya, nanti minta tolong aja sama Dean buat anter.” ***** Hari itu adalah hari di mana jadwal Aletta untuk mengecek perkembangan kaki nya, Aliya sibuk di kantor tapi mau tidak mau ia harus menemani gadis itu dan kalau tidak ia bisa saja kena omelan dari mama nya. Setelah Aliya absen sore, ia buru-buru menelepon Dean, meminta pria itu menemaninya mengantar Aletta, karena akan sangat menyiksa bagi Aliya jika ia sendiri yang membantu gadis itu berjalan. “NGGAK USAH LARI-LARIAN AL NANTI LO JATOH!” Teriak Dean dari arah lobby ketika meliihat sahabatnya berlari dengan heels yang setinggi 5 cm ke arah nya,. Beberapa menit setelahnya, dua anak manusia itu duduk di dalam mobil menuju rumah Aliya. Keadaan begitu hening, yang ada di antara mereka hanyalah suara tape mobil Dean yang tiba-tiba memutar lagu Lany, Cheating on you. Lagu kesukaan Aliya, dari awal rilis sampai sekarang. “Anjir tuh sih Freya-” Aliya merubah posisi jok mobil Dean dari yang tadinya sangat tegap kini sedikit mundur dan dapat membuat Aliya duduk dengan santai hingga sampai di rumahnya. Aliya bersandar, kemudian menggeser sedikit tubuhnya hingga bisa dengan leluasa menatap Dean yang sedang memegang setir mobil, kemeja nya sudah di copot, menyisahkan kaos hitam kesayangannya. “Seatbelt Al.” Tegur Dean. Aliya seakan mengabaikan Dean dan dengan asyik nya ia melanjutkan ceritanya. “Ternyata udah nikah dong, tadi kan kayak ngisi data gitu, ta-” “Cepetan di pakai seatbelt nya!” Pintah Dean, pria itu bahkan tidak menoleh ke sahabat nya. Matanya fokus pada antrian mobil menuju pintu keluar kantor. Aliya menatap sinis sahabatnya itu kemudian memperbaiki posisi duduk nya dan memasang seatbelt sesuai dengan perintah Dean. “Lanjut.” “Tadi kan, gue sama yang lain kayak ngisi data gitu, data terbaru buat LPJ, siapa-siapa aja kan ya, yaudah tuh isi isi eh pas sampai di bagian Freya, dia centang yang udah menikah. Pas di kumpul, orang yang mau bawa ke bagian keuangan kayak melotot terus heran gitu, gua sama yang lain juga heran tuh orang kenapa ngeliat Freya sampai segitu, ternyata pas di cek, dia ngomong kayak… Freya?! Kamu udah nikah tapi gak laporan ke kantor?! Wah asli sih, seisi ruangan langsung heran, si Freya langsung pucat. Lo tau kan Freya kena kontraknya gak boleh nikah selama 2 tahun, nanti perpanjangan kontrak nya baru boleh. Wah gila, sekarang tuh anak kayak nya lagi laporan, kayaknya bakal di keluarin juga sih.” “Lah, dia kan udah nikah lama. Sekarang lagi hamil 8 minggu, lo gak nyadar apa, dia gendutan? Padahal selama setahun kerja dia paling anti banget sama yang namanya Gendut , pas kerja satu divisi sama gua juga dia kalau di ajak makan pasti pesennya salad. Biar ga naik berat nya.” Sambung Dean setelah mereka menunjukan id card pada sebuah alat hingga portal menuju jalan keluar terbuka. “HAH?! SERIUS LO? KOK GUA GAK TAU?!” “Bisa-bisa nya lo gak tau padahal udah 6 bulan kerja satu divisi sama lo, gua waktu itu liat di insta story nya. Suami nya yang punya The Melt Town , ramai kok nikahannya. Tapi kayak nya emang di sembunyiin sih, beberapa anak-anak di kantor di hide katanya.” “Anjir, sumpah! Gua gak tau sama sekali, ya!” “Yaudah lah salah dia juga, mempermainkan kontrak.” “Anjir bahasa lo, jiji.” ***** Dean berdiri di samping Aliya ketika Aletta di periksa oleh dokter, sesekali Dean melirik ponselnya yang baru saja bergetar, penasaran degan isi pesan yang di kirimkan oleh orang itu membuat Dean meminta izin keluar, barang kali ada sesuatu yang penting. Aku kejebak hujan. Dan I don’t know why, gak ada taxi yang lewat. Setelah membaca pesan singkat dari mantan calon istrinya itu, tanpa basa basi Dean langsung beranjak dari tempat nya, berlari menuju parkiran mobil dan tidak peduli dengan deras nya hujan saat itu. Dean langsung berangkat menuju lokasi yang di kirimkan Lulu, sedikit berlebihan memang, tapi sejujurnya Dean memang merasa sangat khawatir dengan Lulu. Membayangkan Lulu terjebak di suatu tempat yang asing bagi nya, sendirian di tengah lebat nya hujan seperti sekarang membuat Dean tidak bisa tenang kalau tidak segera menjemput Lulu, bukan perkara ia ingin kembali dengan gadis itu, hanya saja ia setidaknya harus memastikan bahwa Lulu aman. “Maaf ya aku lama.” Ucap Dean ketika berhasil menemukan Lulu yang sendirian di sebuah halte bus kosong. Sebagian baju nya sudah mulai basah akibat hujan, dengan sigap Dean membuka dashboard mobilnya, memberikan jaket pemberian Aliya pada ulang tahunnya yang ke 23, Jaket kesayangannya yang bahkan Dean sendiri tidak pernah mau memakainya. Alasannya sederhana, barang nya dari Aliya, sampai tua gua gak bakal pakai. sayang soalnya. “Gak apa-apa, makasih banget ya. Maaf, aku ngerepotin kamu mulu.” Jawab Lulu. Tidak ada yang bisa Dean lakukan untuk menghilangkan rasa berdebar pada jantung nya setiap kali menyadari bahwa sekarang, ia berada di sebelah Lulu. Jantungnya berdegub kencang, sama seperti kali pertama ia yakin bahwa She is the last one . Dean kehabisan cara, untuk membuat segalanya terasa kembali normal untuk nya, paling tidak ia harus sadar bahwa ia dan Lulu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Just friend, and no more.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD