Ungapan Rasa

1080 Words
            “U okay?” Tanya Dean dengan suara pelan yang bahkan bisa di bilang berbisik ketika ia dan sahabatnya duduk di sebuah kursi. Aliya mengangguk, namun gadis itu hanya fokus pada kebab mini di hadapannya. Ia bahkan tidak menoleh kepada Dean bahkan ketika pria itu batuk.                 “Lo gapapa?” Tanya Dean sekali lagi, dan Aliya juga mengangguk sekali lagi.                 “Nggak lo gak apa-apa. lo pasti ada apa-apa sampai murung kayak gini, mata lo sembab habis nangis makanya lo pakai kacamata hitam tadi. U okay? Lo gak sakit kan? Lo kenapa? Kenapa lo gak bilang apa-apa sama gue?” Tanya Dean, ia meletakan sebelah tangannya di punggung Aliya sembari mengusap punggung gadis itu perlahan. Aliya menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan.                 “Gapapa.” Jawab Aliya singkat. Dean tahu kalau sahabatnya itu berbohong kepadanya, ingin sekali Dean memeluk Aliya saat ini andai saja kedua calon mertuanya tidak berada di tempat yang sama.                 “Gue suka sama lo.” ***** “UUHHHUUUKKK.” Dean tersedak cukup parah sampai-sampai ia menjatuhkan gelas di tangannya yang berisi air. Aliya menegakan badannya, kemudian membungkuk mengambil gelas yang tadi jatuh. Sementara calon mertua Dean langsung berdiri, menghampiri calon menantunya.             “Dean? Dean kenapa nak?” Tanya sang calon ibu mertua. Dean panik dan langsung mengusap air yang bahkan keluar dari lubang hidungnya karena tersedak.             “Asal lambung Dean naik bu. Dean permisi dulu ke depan, mau muntah.” Ucap Dean, kedua orang tua itu mengangguk, sementara Aliya hanya mematung sembari tetap memegang gelas Dean di tangan kirinya. Sudut matanya menangkap sosok laki-laki tinggi yang sudah sekian tahun mengisi hatinya sedang berjalan ke arah luar, melewati sebuah pintu besar yang menghubungkan ruang tunggu dan ruang utama restaurant catering ini.             “Aliya? Deannya di susul itu. kasihan, bawain air sekalian.” Ucap calon ibu mertua Dean sembari memberikan Aliya sebotol kecil air mineral. Aliya menerimanya, lalu pamit keluar, mencari Dean yang entah di mana.             Dari jauh Aliya melihat Dean yang sedang tertunduk di pinggiran parkiran mobil, tepat di samping mobilnya sendiri. Aliya mendekat ke arahnya, menyerahkan botol yang berisi air mineral tadi kepada Dean.             “Nih.” Ucap Aliya sembari menyodorkan minuman tadi kepada Dean. Dean cukup kaget melihat kehadiran sahabatnya yang secara tiba-tiba, ia berdiri, berdiri tepat di hadapan Aliya dengan tatapan bingung.             “Asam lambung lo beneran naik? Muntah gak? Mau obat?” Tanya Aliya dengan tampang lugunya. Dean menatap Aliya dengan tatapan bingung, mencari kesalahan dari tatapan gadis itu.             “Kayaknya deh, atau gua salah denger?  Tadi lo bilang kalau lo sayang sama gue? Gue salah kan ya? Anjir kayaknya gua butuh ke THT nih, akhir-akhir ini gue emang sering banget salah dengar sesuatu. Habis dari sini lo temenin gue ke Dokter Handoko ya, gak lucu juga kalau pas lamaran nanti gua budek, salah denger sesuatu sampai gua mengacau.” Ucap Dean, Aliya menarik napas dalam-dalam kemudian menggelengkan kepalanya pelan.             “Nggak. Lo nggak salah denger, telinga lo normal, dan apa yang lo dengar itu emang benar adanya, iya gua sayang sama lo, gua cinta sama lo, udah sekian tahun gua simpan sendiri. Lo tau? Laki-laki yang tempo hari gua ceritain sama lo itu, adalah lo sendiri. Lo orangnya. Lo gak tau kenapa gua sampai betah banget nge jomblo? Itu semua gara-gara gua suka sama lo Dean. Gua gak bisa suka sama orang lain selain lo, aneh gak sih? Aneh lah! Gua tau ini aneh banget, tiap kali gua deket sama cowok lain, gua ngerasa… gua selingkuh dari lo, padahal anjir! Kita ini sahabatan, jahat emang perasaan ini. Dan kemarin, gua pikir, dengan nerima saran perjodohan dari orang tua gua, gua bakal bisa ngelepasin lo, ternyata nggak. Makin gua mendekat ke cowk itu, gua juga makin ngerasa gua selingkuh, gua gak bisa. Iya… lo gak salah denger, gua, Aliya, sahabat lo, suka sama lo.” Ucap Aliya sembari mengusap wajah nya kasar.             “Hah?! Lo udah gila ya? Lo… lo serius ngomong gini di acara food tasting nikahan gua Al? kok? Ahh! Kenapa? Kenapa harus gua?! Lo tau sendiri kan gua orang yang paling gak mau bikin lo sakit hati! Kalau gini caranya ya sama aja dong Al, gua yang nyakitin lo. Gua juga gak mungkin ninggalin Lulu di saat-saat kayak sekarang. Ahh! Lo… lo gila!” Ucap Dean yang terdengar begitu frustasi saat itu.             “Lo mau apa sekarang Al? kasih tau gua, apa mau lo? Gak mungkin juga kan lo gak mau sesuatu sampai-sampai lo ngasih tau gua nya sekarang banget di acara food tasting nikahan gua? Apa? kasih tau gua Aliya Erzitta!” ucap Dean yang kali ini suaranya terdengar naik beberapa oktaf di banding tadi.             “Nggak, gua gak ada niatan apa-apa, gua ngasih tau lo sekarang ya karena gua Cuma ngerasa aja kalau sekarang tuh golden time banget buat ngasih tau lo. Gua demi tuhan gak ada niatan apa-apa, gua gak mau ngerebut lo juga dari calon istri lo, Cuma gua mikir aja, gua mikir sampai gua pengen muntah. Gua mikir konsekuensi kalau gua gak ngasih tau lo sekarang dan juga gua mikir apa konsekuensi kalau gua ngasih tau lo sekarang. Someday… lo bakal nikah sama Lulu, punya anak, dan gua juga pasti bakal kayak gitu Cuma gak tau, mau sama siapa dan kapan. Gua Cuma gak mau kalau someday anggaplah kapan gitu, pas lebaran lo pulang ke rumah nyokap lo bareng istri bareng anak lu, dan gua juga gitu, gua gak mau nanti kita berpapasan dan gua masih di hantui rasa bersalah. Gua gak mau, seenggaknya, sebelum lo nikah, sebelum lo jadi imam dari wanita lain, gua… gua Cuma mau lo tau, kalau gua, Aliya, sahabat lo, suka sama lo. Udah gitu aja.” Jawab Aliya. Dean mengusap wajahnya kasar, melempar botol minuman tadi ke sembarang arah tanpa peduli dengan peraturan yang ada.             “terus gua harus apa Al?” Tanya Dean. Alma mengangkat bahu pertanda tidak tahu, Alma mundur beberapa langkah kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan d**a.             “Nggak, lo gak harus apa-apa. lo lanjutin nikahan lo, she is the one for you, gua tau, lo sayang banget sama dia, lo cinta banget sama dia, gua sama Lulu sama-sama perempuan, dan… lo jangan biarin dia sampai tau tentang ini. Gua balik ya? Sampaiin salam gua ke calon mertua lo, bilang sama mereka gua tiba-tiba ada kerjaan mendadak, jadi harus ke kantor.” Ucap Aliya, ia berjalan menjauh dari arah Dean sembari melambaikan tangan, sementara Dean, Dean diam mematung menatap punggung Aliya yang semakin lama, semakin menghilang dari pandangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD