Back

1062 Words
            “Terus mama sama papa mana? Ketemu gak sama mama sama papa? Cakep gak? Orangnya kayak gimana?” Tanya Aliya, Aletta tertawa mendengar pertanyaan kakak nya tersebut. Bukan Aliya namanya kalau tidak menjadi pemilih.                 “Gak, orang mama papa aja masih di kantor, ganteng, tinggi nya sama atau lebih tinggi dari mas Dean, badannya kayak berisi gitu tapi gak berisi, ngerti gak? Kayak orang yang suka olahraga, idung nya mancung, bibirnya tipis, alisnya tebel, bentukannya kayak arab tapi bukan arab. Cakep deh so manteb kalau sama lo, lumayan keponakan gua bisa cakep nanti, gak kayak lo.” Ucap Aletta, Aliya langsung menghadiahi lemparan bantal kepada adiknya itu, sementara Aletta hanya tertawa terbahak-bahak.                 “Terus namanya siapa?” Aliya semakin penasaran, bukan karena wajah nya, Aliya hanya penasaran bagaimana bentuk laki-laki yang di pilihkan oleh orang tua nya itu.                 “Yah anjir, gua lupa nanya. Lo kan udah di kasih nomernya sama mama, masa gak tau namanya sih?”                 “Ya orang di kontaknya aja ketulis Calon menantu , gua juga belum sempat nge chat dia, jadi yaudah, gitu deh. Bodo ah.” Ucap Aliya, ia kemudian meninggalkan adiknya sendirian sementara ia memilih untuk mandi dan menyegarkan pikiran. *****                 Untuk masalah perjodohan, sebenarnya Aliya tidak terlalu peduli, ia biasa saja, semenjak Dean memutuskan untuk menikahi Lulu dan ia menyerah untuk berusaha mengambil hati sahabatnya itu, Aliya malah seakan merasa hampa, ia sama sekali tidak tertarik untuk bahkan hanya sekedar berkenalan dengan laki-laki lain, sementara orang tuanya yang dari awal tidak terlalu mempermasalahkan jika putri sulung mereka itu tidak mau menikah dulu, tapi entah kenapa akhir-akhir ini mama nya malah gencar mencarikan pasangan untuk putri sulung nya itu. Aliya keluar dari kamar mandi dan mendapati adik nya sedang tertidur lelap, biasanya jika suasana hati Aliya sedang buruk ia akan mengamuk ketika melihat Aletta tidur di sana, namun entahlah, hari itu bahkan Aletta tidak punya tenaga bahkan hanya untuk sekedar berteriak.                 Baru saja Aliya selesai memakai setelan tidur nya, tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di layar ponselnya, sebuah nomor yang belum ia simpan tiba-tiba mengiriminya sebuah pesan text via w******p. Saya tadi ke rumah kamu, Tapi kayaknya kamu belum pulang.             Tanpa bertanya bahkan Aliya sudah tahu, siapa orang tersebut. Aliya melihat profile pria itu namun kosong, tidak ada nama, bahkan tidak ada display picture. Oke sama persis dengan Aliya, Aliya juga melakukan hal seperti itu hanya karena malas menanggapi klien-klien genit yang selalu mengiriminya pesan text setiap kali mereka selesai rapat.                 Oh iya, orang rumah cerita kok. Balas Aliya. Setelah itu tidak ada balasan lagi dari pria terebut, sementara Aliya juga hanya memilih untuk tidur, tidak berusaha mencari tahu lagi info lebih dalam mengenai pria yang akan di jodohkan dengannya itu.                 Keesokan hari nya, Aliya bangun cukup terlambat, bahkan sangking terlambatnya Aletta yang notabene nya adalah orang yang  paling malas di rumah itu sudah berangkat ke kampusnya, sementara Aliya masih duduk manis sarapan bersama orang tua nya.                 “Emang gak apa-apa mbak kamu telat?” tanya ibu dari gadis itu.                 “Iya ma, gapapa, gak telat kok ini masih ada sejam, cukuplah kalau ngebut.” Ucap Aliya, ia pun berdiri kemudian meraih tas dan juga kunci mobilnya lalu pamit kepada orang tua nya.                 “Gak bareng Dean ta mbak?” Tanya papa nya.                 “Gak dulu pa, nanti mau mampir ke mall dulu kalau pulang.” Jawab Aliya, setelahnya dia pun bergegas untuk berangkat menuju kantornya, jauh dari perkiraan Aliya ternyata dia tidak se terlambat yang ia pikirkan, bahkan sesampainya di kantor ia masih sempat untuk mampir ke kafetaria, minum americano kesayanagnnya pagi-pagi sebelum memulai pekerjaannya.                 Baru saja Aliya menyalakan laptop nya, deringan ponselnya justru membuatnya kaget, karena melihat nama Dean di sana. Aliya sudah tahu jelas pasti pria itu akan protes karena mereka tidak berangkat bersama padahal Aliya sudah berjanji kemarin bahwa mereka akan berangkat bersama. Ponselnya di biarkan begitu saja, mood Aliya terlalu bagus hanya untuk mendengarkan ocehan Dean pagi-pagi.                 Al, gue mau ketemu sama Lulu, nanti malem. Ponselnya memang berhenti berdering, namun seketika setelahnya Aliya malah mendapat pesan yang justru seketika membuat mood Aliya yang tadinya bagus, tiba-tiba down dan membuat gadis itu langsung malas untuk mengerjakan pekerjaannya. Aliya menghela napas lega, kemudian setelahnya ia mengusap wajahnya secara kasar, rasanya menyebalkan sekali ketika tahu orang yang ia cintai tiba-tiba memberitahunya bahwa ia akan bertemu kembali dengan wanita yang sempat menyakitinya.                 “Anjir! Dia serius se bego itu? pengen ngamuk anjir dia bego banget.” Ucap Aliya kepada dirinya sendiri, ingin sekali ia melarang Dean, namun Aliya kembali sadar bahwa hubungan mereka tidak lebih dari sekedar sahabat, Aliya juga tidak ada hak untuk melarang Dean bertemu dengan mantan calon istrinya itu.                 “Kalau dia balik gimana? Kalau dia jadi nikah sama Lulu gimana?” Tanya Aliya pada dirinya sendiri, rasanya panik, namun Aliya tidak bisa berbuat apa apa selain berdoa agar sahabat nya itu di berikan pilihan yang benar-benar baik. Setelah menenangkan dirinya sebentar, Aliya kemudian bekerja seperti biasa, namun memang hari itu terasa lambat untuknya, ia ingin menemui Dean di kantor namun Aliya bahkan tidak bisa menemui Dean karena pria itu begitu sibuk. Hingga Aliya sangat sulit untuk menemuinya.                 “Mbak Al, hari ini jadi ke PI? Aku nitip ya. Sibuk banget nih aku harus kerja lemburan.” Ucap Nana, manusia yang bisa di bilang juga dekat dengan Dean, tidak, bukan karena dia gebetan Dean, namun Nana lebih tepat nya malah seperti sekretaris Dean, kemana-mana selalu ikut kerja dengan Dean.                 “Gak jadi na, besok aja. Btw Dean mana? Udah balik kah?” Tanya Aliya, sorot mata nya menatap satu ruangan mencari satu orang yang seharian penuh tidak berhasil ia temui.                 “Katanya mau ke Sushi Tei mbak, kirain sama mbak tadi.” Jawab Nana. Mendengar nama restaurant tersebut membuat pikiran Aliya langsung melayang.                 That’s our favorite place, so why you bring her to that place? . ucap Aliya dalam hati. Tanpa pamit ia meninggalkan Nana, lalu bergegeas pulang, galau di jalan jauh lebih baik daripada harus terlihat sedih di hadapan orang-orang di kantor. Membawa Lulu ke tempat itu berarti ada kemungkinan mereka akan kembali, Aliya tahu Dean, Dean tidak akan membawa seseorang ke tempat kesukaannya jika tidak mengharap hal yang baik, dan malam ini, Dean membawa Lulu yang sudah menyakitinya, ke tempat itu.                 “Emang gak tau diri tuh orang.” Desis Aliya, yang tanpa sadar menekan tombol klakson agak lama saat mobilnya berhenti ketika rambu lalu lintas sedang menyala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD