Untitledd

1133 Words
mungkin pikiranku sudah terlalu jauh kalau berpikir bahwa Lulu itu memiliki selingkuhan dan akan menyakiti Dean tapi mungkin pikiranku salah, setelah mungkin formasinya langsung dengan Lulu Akhirnya ku tahu bahwa pria itu adalah teman lamanya dan kata Lulu pria itu merupakan pria yang sedikit kemayu jadi aku tidak usah khawatir dan kata Lulu dia tidak mungkin menghianati sahabatku itu. kemudian aku kembali ke ruanganku setelahnya, di sana sudah tidak ada Dean mungkin karena dia sudah kembali ke ruangannya, kemudian setelah itu aku membereskan barang-barangku untuk pulang hari ini aku sedang mau pulang kerumah Entah kenapa padahal baru hari Senin dan aku sudah tidak betah di apartemen karena terus-terusan mengingat kenangan kenangan bersama Dean disana. aku hanya singgah sebentar di apartemenku untuk mengambil beberapa barang yang akan aku perlukan selama satu minggu kedepan karena aku berniat akan bermalam di rumah orang tuaku selama satu minggu Mungkin dengan cara itu perasaan dan juga pikiranku bisa baik-baik saja untuk kembali lagi ke apartemen. aku tidak memberitahu Dean bahwa aku akan pulang namun walaupun begitu pasti dia akan melihatku di sana. aku melihat ponselku sebentar memeriksa satu demi satu pesan-pesan yang masuk, dan mendapati Nama Cinta Pertamaku itu ada di barisan paling atas dengan notifikasi paling banyak yang aku terima baru-baru saja. Ya aku tahu bahwa Dian itu paling tidak bisa untuk jauh-jauh denganku apalagi sampai marahan, pasti dia akan membujukku entah itu banyak waktu dengan makanan Atau paling tidak dia akan menyuruh ku dengan belanjaan belanjaanku. aku membaca satu persatu pesan yang ia kirimkan kepada aku yang berisikan kata-kata maaf karena telah melarangku untuk dekat-dekat dengan laki-laki lain, Sebenarnya aku langsung mau membalas pesan-pesan tersebut tetapi aku buru-buru karena sebentar lagi Hujan akan turun dan aku paling malas untuk menyetir mobil di tengah tengah derasnya hujan jadi aku membiarkan saja ponsel aku tergeletak begitu saja di samping kursi kemudi sementara aku sibuk untuk menyetir mobil. ***** keadaan rumah saat itu terbilang sangat sepi, adikku berada di kamar sementara orang tuaku juga berada di kamar mereka. yang menyambut ku hanyalah Mba Mina, dia malah kaget sendiri ketika melihatku datang padahal aku tidak pernah Pulang sesering ini sebelumnya. Mbak Mina langsung buru-buru naik ke kamar orang tuaku dan memberi tahu bahwa aku pulang, tidak berselang waktu lama semua keluarga aku sudah berkumpul di tengah-tengah rumah menatapku yang sedang membawa koper sembari memberikan tatapan kebingungan. "Loh... Aliya, bukannya mau lama di apartement?" ucap Mamaku sembari menatapku dengan Tatapan yang keheranan, Aku kemudian menggelengkan kepalaku lalu berjalan menjauh dari mereka untuk menyimpan coper di dekat anak tangga. " Aduh males deh di apartemen pengen disini aja, Bosen di sana nggak ada orang-orang. Kalau bosan nya udah hilang nanti kesana lagi kok." jawabku sembari menjatuhkan bokongku di sofa depan televisi. mama, papa, Dan juga Aletta ikut Duduk bersamaku di sana. begitulah istimewanya rumahku, di tempat ini aku selalu diperlakukan setiap hari seperti Ratu, apalagi semenjak aku menginjak usia 20 tahun dan memilih untuk tinggal sendiri, setiap kali aku pulang pasti aku akan diperlakukan seperti ratu dan juga semua yang aku inginkan pasti dituruti padahal Ya seharusnya mereka biasa saja, toh aku juga masih tinggal di satu Kota yang sama dengan mereka. " karena kebetulan Kamu lagi di sini, mama sama papa tuh pengen ngomong penting tahu sama kamu cuma kayak Mama tuh agak segan gitu kalau harus nelpon kamu. jadi kamu lagi di sini dan kayaknya kamu masih bisa santai santai mungkin sekarang udah waktunya Mama ngasih tahu." ucap Mamaku sembari melipat Tangannya di depan d**a sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. aku menatap Mamaku dengan tatapan bingung karena ini adalah kali pertama Mama terlihat ingin berbicara serius dengan kepada hal sebelum-sebelumnya mama adalah orang yang paling tidak pernah serius yang pernah kulihat. " jadi deg-degan nih mau ngomong apa emang? " tanya aku kepada mamaku. " Mama tuh sebenarnya nggak pengen maksa kamu buat nikah sih, tapi setelah sadar kalau sahabat kamu sendiri itu, Dean sudah menikah di umur kalian yang sekarang ini yang sudah matang, Mama Jadi parno sendiri kalau kamu itu belum menikah. Mama nggak pengen maksa kamu tapi mungkin alangkah baiknya kalau misalnya kamu datang ke sini bawa wa cowok gitu yang mungkin bisa kamu kenalin sama mama sama papa, ya biar kami berdua tahu juga. Lagian selama kamu hidup tuh kamu nggak pernah kali punya pacar atau punya tapi kamu nggak pernah bilang sama mama sama papa jadi mama sama papa tuh penasaran." ucap mamaku, aku hampir saja tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapan Mamaku barusan. Aku ingin sekali memberitahu mereka tentang apa yang aku rasakan saat ini, lucu juga ternyata, aku yang memang sejak dulu tidak pernah pacaran Karena mengharapkan sahabatku sendiri namun sekarang sahabatku akan menikah dengan wanita lain, meninggalkanku sendiri dengan kenangan-kenangan yang sekarang sudah hampir Pupus di tanganku. " aku terserah kamu aja deh soalnya sekarang nggak ada siapa-siapa yang spesial, kemarin tuh Mama sama Papa ngomong ini lagi loh sama aku. aku juga kan udah bilang kamu Pernikahan itu bukan tentang seberapa cepat ya nanti gagal di pernikahan malah nyesel lagi. tapi kalau misalnya mama sama papa udah pengen banget ngelihat aku nikah ya udah terserah jodohin aja kalau capek." ucapku sembari tersenyum jahil, aku ketawa kemudian berdiri. sejujurnya aku tidak betul-betul serius dengan apa yang aku ucapkan barusan dan lagi pula orang tuaku mana punya calon untukku yang berselera tinggi ini. Aku kemudian pamit untuk tidur kepada orang tuaku karena hari sudah semakin malam dan Besok aku harus bekerja, aku baru ingat kalau aku belum balas satupun pesan dari Dian sejak sore tadi. Baru saja aku mau membalasnya tiba-tiba aku menerima sebuah panggilan dan tentu saja itu dari Dean. " lo emang marah Beneran ya sama gue? gue tuh cuma nggak mau lo jatuh di tangan orang yang salah. udah dong marahnya lu kira gue betah apa lama-lama marahan sama lu"ucap Dean dari seberang sana yang sukses membuatku tersenyum. Alma sadar dia itu calon suami orang. " gue nggak marah lah Ah iya biasa aja kali, nggak usah berlebihan lagian juga kalo misalnya gue tiba-tiba ngenalin lo sama orang lain ya Ya udah nggak usah marah. gue kan juga punya kehidupan sendiri kayak lo nanti juga gue bakal nikah, punya anak bahkan sampai punya cucu Harusnya lu nggak usah ngelarang. " jawab kepada Dean yang di seberang sana terdengar menghela napas berat. " lu sendiri ngomong kayak gitu Jadi bikin gue mikir, gue nggak siap ngeliat lo sama orang lain. hati gue kayak sakit." ucap Dean lagi. jantungku berdebar keras ketika mendengarnya berbicara seperti itu, maksudnya apa? apa Dia memiliki perasaan kepada aku? " Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Tanyaku kepada Dean , namun lagi-lagi ia terdengar menghela napasnya di seberang sana. " gue sayang banget sama lo." ucap Dean yang sukses membuatku Diam seribu bahasa di tempat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD