Six

2512 Words
Happy Reading^-^ Maaf kalau nemu typo yah Catherine mengernyit dan melepaskan genggaman Terrel pada tangannya. Dia mundur beberapa langkah dan menatap tak suka pada lelaki di depannya. Rasa bencinya terhadap lelaki itu membuat Catherine sendiri tidak ingin menatap wajahnya. Kenapa semua lelaki hanya bisa membuat wanita merasa kesal? "Jangan menyentuhku. Aku tidak suka itu," desis Catherine dan melanjutkan langkahnya. Catherine tidak mempedulikan Terrel yang memanggilnya. Dirinya terus berjalan menyusuri jalan sampai di apartemennya. Catherine mengunci pintu itu sebelum masuk kedalam kamar. Mungkin sikapnya terhadap Terrel itu buruk, tapi Catherine sendiri tidak menyukai lelaki itu. Kenangan manisnya dulu dengan Terrel justru menjadi hal yang paling dia benci. Lalu bagaimana dengan Calvin? Catherine kembali menekuk wajahnya. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Paris. Dia sangat ingin melihat apa yang di lakukan Calvin bersama dengan wanita itu. Kenapa Calvin bersikap baik padanya? Apa sebenarnya kekasihnya itu masih mencintai wanita itu? Mengingat hal itu membuat Catherine semakin kesal.  Catherine melenggang menuju dapur. Dia membuka lemari dingin dan mengambil sebotol air putih. Setelah menuangkannya di dalam gelas, dia meneguknya sampai habis dan sedikit membanting gelas itu diatas meja saat meletakkannya. d**a Catherine naik turun karena emosinya. Apa yang harus dilakukannya pada Calvin setelah lelaki itu kembali? Tentu Catherine akan melihat kenyataannya. Apakah benar lelaki itu pergi bersama dengan Caitlin atau tidak. Tapi telepon itu membuktikan jika mereka sedang bersama saat itu. Wanita itu berteriak frustasi. Dia merasa sangat kesal sampai ingin meminum semua air putih yang ada di dalam lemari esnya. Caitlin berjalan kearah kamar dan mencari ponselnya. Tanpa melihat waktu, Catherine langsung menghubungi Calvin untuk menanyakan hal itu. Dia tidak bisa diam lebih lama lagi untuk menunggu jawaban dari kekasihnya. Kening wanita itu berkerut saat kekasihnya tidak juga mengangkat telepon darinya. Sebenarnya apa yang sedang di lakukan Calvin?! batin Catherine dan melemparkan ponselnya sembarang diatas ranjang. Dia pun berbaring dengan suasana hati yang dongkol bahkan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. "Calvin, sebenarnya aku masih mencintaimu. Bagaimana denganmu?" tanya Caitlin dan memeluk lelaki itu. Calvin tersenyum dan membalas pelukan Caitlin, "Aku juga mencintaimu, sangat." Mereka tersenyum bersama dan saling berciuman. Catherine terkejut melihat mereka. Kedua tangan Catherine mengepal dan airmatanya menetes keluar. Dia tidak menyangka ternyata Calvin menduakannya. Catherine berlari kearah mereka dan mendorong Caitlin membuat Calvin dan Caitlin terkejut. Catherine juga langsung memukul d**a Calvin. "Lelaki b******k! Sialan kau! Kenapa kau melakukan ini padaku!" teriak Catherine dan tidak berhenti memukuli Calvin. Calvin memegang kedua tangan Catherine untuk menghentikan Catherine. Catherine terkejut melihat cara Calvin menatapnya seolah lelaki itu sangat membencinya. d**a Catherine terasa sesak. "Calvin," gumam Catherine pelan. Calvin mendorong Catherine saat melepaskan tangan wanita itu. Dia memeluk Caitlin membuat Catherine tanpa sadar tertawa miris. Dia membuang wajahnya kasar di depan sepasang manusia yang membuatnya ingin memukul mereka berdua.  "Kau tidak apa-apa?" tanya Calvin dengan nada khawatir. "Tidak. Tapi, kakiku sakit," jawab Caitlin dengan manja membuat Catherine ingin merobek mulut wanita itu. Calvin langsung menatap tajam kearah Catherine. Dia mendorong Catherine hingga terjatuh membuat Catherine merasa sakit berkali-kali lipat. Dia tidak menyangka Calvin akan menyakiti perasaan dan tubuhnya. "Jangan menggangguku lagi. Hubungan kita memang sudah berakhir karena kau adalah wanita yang sangat membosankan!" gertak Calvin dan memeluk Caitlin. Mereka pun meninggalkan Catherine seorang diri. "Calvin," gumam Catherine sembari menatap punggung lelaki itu yang semakin menjauh. "Calvin," gumam Catherine.  Wanita itu menjadi gusar dalam tidurnya. Dirinya terus memanggil Calvin seolah mimpi itu benar-benar terjadi. Catherine mulai menangis sesenggukan dan masih menutup matanya.  "Keth," panggil Alexa khawatir. Dia langsung meletakkan tasnya asal dan mendekat kearah ranjang. Alexa menjadi khawatir melihat Catherine menangis saat tidur. Sepertinya temennya itu mimpi buruk sampai belum bangun padahal Catherine harus bekerja. Alexa terus mencoba untuk membangunkan Catherine hingga temannya itu benar-benar terbangun. "Keth, kau kenapa?" tanya Alexa bingung setelah Catherine membuka matanya. "Lex," panggil Catherine dan langsung memeluk Alexa. "Kau mimpi buruk?"  Catherine menganggukkan kepalanya dan masih memeluk Alexa. Selang beberapa menit dia melepaskan pelukannya. Merasa enggan untuk menceritakan mimpinya, Catherine justru bangkit dari ranjang dan pergi ke kamar mandi begitu saja.  Sepuluh menit kemudian dia keluar dan melihat Alexa sedang berbaring di ranjang. Dengan malas Catherine mencari pakaian ganti dan kembali ke kamar mandi. Dia harus bekerja hari ini untuk melupakan mimpi buruknya.  "Kau mimpi buruk?" tanya Alexa dan bangkit duduk saat melihat Catherine sedang siap-siap. "Iya," jawab Catherine singkat. "Apa?" "Aku tidak ingin menceritakan mimpiku, kau tahu itu. Jika aku menceritakannya, mimpi itu akan jadi kenyataan," jawab Catherine dan Alexa hanya menghela napas mendengar jawaban temannya. "Aku pergi dulu," pamit Catherine. "Kau tidak sarapan dulu?" tanya Alexa saat Catherine membuka pintu kamar berniat untuk keluar. "Nanti saja," jawabnya lalu pergi. Alexa menghela napas melihat sikap Catherine. Temannya itu berubah menjadi orang lain setiap kali ada yang di sembunyikan. Sedangkan Catherine berjalan dengan malas menuju halte bus. Pikirannya sudah sangat kacau sepagi ini.  ~ Ruangan itu menjadi ramai setelah jam istirahat makan siang. Brittany dan lainnya terlihat asyik merapikan meja mereka sebelum pergi makan siang kecuali Catherine. Saat Brittany dan lainnya akan keluar ruangan, dia menoleh kearah Catherine yang sedang diam sembari menatap layar komputernya. "Hei, Keth, kau tidak makan siang? Sejak tadi pagi kau terus saja diam. Ayo," ajak Brittany. Tak ada jawaban dari Catherine membuat Brittany mendengus kesal. Dia pun tidak mempedulikan Catherine dan melanjutkan langkahnya bersama lainnya. Di dalam ruangan Catherine hanya diam memikirkan Calvin. Lelaki itu tidak juga menghubunginya sejak semalam. Apa benar sudah terjadi sesuatu diantara Calvin dan Caitlin? Catherine meraih ponselnya dan memperhatikan layar gelap itu. Cukup lama dia memperhatikan layar itu, akhirnya dirinya memutuskan untuk mencoba menghubungi Calvin lagi. Dirinya sangat berharap lelaki itu akan mengangkat telepon darinya. Catherine terus memperhatikan layar ponsel itu hingga panggilannya berakhir dan Calvin tidak juga mengangkatnya.  "Apa kau sangat sibuk dengan wanita itu sampai melupakanku?" tanya Catherine pada ponselnya, "Benar. Kau memang sangat sibuk bersenang-senang dengan mantan kekasihmu itu," sambungnya dan membanting ponsel itu lalu menundukkan wajahnya diatas meja.  "Kau banyak berubah sekarang," gumam Catherine pelan. Selang beberapa menit ponsel itu berdering membuat Catherine langsung menegakkan tubuhnya dan mengangkat telepon dari Calvin. "Halo, Calvin." "Maaf Keth, aku baru bisa menghubungimu. Aku sudah sampai di Edmonton. Apa kau di kantor?" tanya Calvin. "Aku membencimu!" teriak Catherine. Calvin justru tertawa pelan mendengar teriakan Catherine. Dia mengetuk sebuah pintu membuat seseorang yang ada di dalam itu tertegun dan menoleh kearah pintu. Kelegaan itu datang begitu saja seolah hujan yang mengguyur tubuh Catherine. Wanita itu berlari kearah Calvin dan memeluknya. Calvin tersenyum sembari membalas pelukan Catherine. "Kenapa kau baru menghubungiku. Aku sangat membencimu," gumam Catherine. "Aku juga mencintaimu," balas Calvin membuat Catherine tertegun.  Catherine melepaskan pelukannya dan menatap kearah lain. Mimpi itu kembali menyerang pikirannya. Dia sangat ingin bertanya banyak hal pada Calvin tentang apa yang sudah terjadi di Paris. Calvin menaikkan alisnya melihat perubahan sikap Catherine. "Ada apa?" tanya Calvin. Catherine menggeleng kepalanya pelan. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berbicara pada Calvin mengenai apa yang lelaki itu lakukan di Paris. Catherine tersenyum tipis dan menatap Calvin. "Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Catherine. "Baik. Semuanya berjalan lancar." Catherine tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Kau ... tidak membawa oleh-oleh untukku?" "Ada, di mobil." "Benarkah?" tanya Catherine, "Aku ingin melihatnya," ucapnya dan berjalan keluar. "Keth, tunggu!" Calvin mengejar Catherine keluar dari kantor. Dia tidak bisa membiarkan Catherine ke mobilnya sekarang ini karena ada Caitlin disana. Catherine pasti akan salah paham padanya. Sepanjang jalan Calvin terus memanggil Catherine namun wanita itu tidak mempedulikannya. Saat sampai di depan pintu kantor, Catherine menghentikan langkahnya tiba-tiba melihat seseorang keluar dari mobil Calvin. Catherine tercengang melihat wajah wanita itu. Ternyata benar dugaannya, Calvin memang pergi dengannya. Itu berarti telepon malam itu adalah kenyataannya.  "Keth," panggil Calvin dan ikut berhenti di samping Catherine. "Jadi ... ini ... oleh-oleh untukku?" tanya Catherine dan melirik kearah Calvin. "Keth, kau salah paham. Aku bertemu dengan Caitlin saat di perjalanan-" "Lalu bagaimana dengan telepon waktu malam itu?" tanya Catherine memotong penjelasan Calvin. "Telepon?" Calvin mengernyit bingung. "Kau masih berpura-pura tidak tahu? Sudahlah," Catherine memutar tubuhnya berniat untuk kembali ke ruangannya. "Keth," panggil Calvin dan mengejar Catherine. Calvin mencekal lengan Catherine namun wanita itu langsung menyentaknya, "Lepaskan!" teriak Catherine. Suaranya melengking di lobi perusahaan yang cukup sepi karena seluruh karyawan masih menikmati istirahat makan siangnya. "Keth, apa kau berpikir kalau aku melakukan sesuatu dengannya di Paris?" "Iya! Kenyataannya memang seperti itu." "Keth." "Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Aku sudah pernah mengatakannya padamu bukan kalau aku tidak menyukai sikapmu yang sekarang. Kau sudah berubah Calvin. Kau sudah bukan seperti dulu lagi dan aku tidak suka sikapmu yang sok baik pada semua perempuan. Aku membencinya!" teriak Catherine. Kedua mata Catherine sudah menyerbak. Untuk kesekian kalinya dirinya berpikir bahwa berhubungan dengan Calvin adalah sebuah kesalahan. Lelaki itu sudah seperti Terrel dimatanya. Catherine melepaskan cincin itu lagi dan melemparkannya kearah Calvin membuat lelaki itu tercengang. "Jangan hubungi aku lagi. Semuanya sudah berakhir sampai disini. Kau bisa bersenang-senang dengan dia, tapi jangan pernah muncul di depanku lagi. Aku sudah tidak ingin bertemu denganmu!" teriaknya dan pergi meninggalkan Calvin. Calvin mematung melihat punggung Catherine yang semakin menjauh. Dia terus memperhatikan punggung itu sampai bayangannya sudah tak bisa dia jangkau. Calvin menundukkan tatapannya dan melihat cincin itu tergelatak diatas lantai. Ini kedua kalinya Catherine melepaskan cincin itu dari jarinya sedangkan wanita itu sudah berjanji tidak akan melepaskannya begitu saja.  Lelaki itu menundukkan tubuhnya dan mengambilnya. Mencengkeramnya dengan kuat dan keluar dari kantor itu. Tatapannya menjadi kosong dan mengabaikan Caitlin yang memanggilnya. Calvin masuk kedalam mobil dan mengunci pintunya membuat Caitlin tertegun.  "Calvin buka pintunya," pinta Caitlin sembari mengetuk kaca mobil. Namun Calvin tidak mempedulikannya. Dia justru menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi denn cepat hingga membuat Caitlin hampir terjatuh sama seperti saat dulu Catherine yang terjatuh akibat terserempet mobilnya. Calvin melaju dengan cepat sembari tatapannya hanya lurus kedepan. Dia mencengkeram cincin itu dan satu tangannya memegang stir mobil. Catherine sudah mematahkan hatinya. Wanita itu dengan mudah memutuskan hubungan dengannya tanpa mendengarkan lebih dulu penjelasan darinya. Bibir Calvin terkatup rapat dan rahangnya mengeras mengingat ucapan Catherine. Baiklah, dirinya tidak akan menemui wanita itu lagi sebagai kekasih maupun mantan kekasihnya. Waktu berlalu dengan cepat. Catherine langsung pulang dari kantor. Dia berjalan cepat memasuki apartemennya. Tanpa mengatakan apapun pada Alexa, dia membuka lemari dan mengemasi pakaiannya. Catherine memasukkan semua pakaiannya kedalam koper dan juga barang-barangnya. Hubungannya dengan Calvin sudah benar-benar berakhir kali ini. Lelaki itu sudah mengecewakannya sehingga Catherine sudah tidak bisa tinggal di apartemen itu lagi. Alexa tertegun melihat Catherine keluar dari kamarnya dengan membawa koper. Dia bangkit dari sofa saat Carherine melewati ruang tengah. Alexa menghampiri temannya itu dan ingin menanyakan sesuatu kenapa Catherine pergi begitu saja dari apartemen. "Keth, kau kenapa?" tanya Alexa dan tertegun melihat Catherine sudah menangis. "Aku akan pindah. Aku tidak mau tinggal disini lagi," jawab Catherine dan mengusap airmatanya. "Keth, apa terjadi sesuatu diantara kalian?" "Aku sudah tidak ingin membahas masala itu," jawab Catherine dan melanjutkan langkahnya. Alexa menjadi bingung dan menyusul Catherine. Dia meraih tangan sahabatnya itu dan berharap Catherine mau menceritakan sesuatu tentang apa yang sudah terjadi dengan Calvin.  "Keth," panggil Alexa. "Lepaskan Lex, aku harus cepat-cepat pergi dan mencari apartemen baru." "Memangnya kau akan tinggal dimana?" tanya Alexa. "Dimana saja asal tidak disini," gumam Catherine dan melanjutkan langkahnya. Dia masuk kedalam mobil dan menekan tombolnya tanpa menunggu Alexa menyusulnya. Catherine menghentikan sebuah taksi. Dia pun mengintruksikan sopir taksinya untuk pergi ke hotel. Catherine akan mencari apartemen yang letaknya lebih dekat dengan kantornya sehingga dia tidak perlu naik kendaraan lagi. Sepuluh menit kemudian mereka pun sampai di sebuah hotel. Catherine turun dari taksi dan pergi masuk kedalam hotel itu. Setelah melakukan reservasi untuk semalam, Catherine pun masuk kedalam kamarnya. Dia menghela napas pelan saat menutup pintunya. Dirinya memperhatikan kamar hotel itu. Tiba-tiba airmatanya kembali keluar mengingat pertengkarannya dengan Calvin beberapa jam yang lalu. Apakah saat ini dirinya menyesal karena sudah memutuskan hubungan diantara mereka? Catherine tidak tahu hal itu tapi dia merasa sakit dengan perasaannya terhadap Calvin. Dia masih mencintai lelaki itu tapi Calvin justru menyakitinya. Catherine berbaring diatas ranjang. Dia memeluk guling dan kembali menangis. Dirinya bahkan tidak mempedulikan kondisi perutnya yang kosong sejak pagi tadi. Rasanya enggan untuk menyantap sesuatu. Satu jam Catherine tiduran diatas ranjang akhirnya dia tertidur pulas.  ~ Catherine meringis merasa seluruh tubuhnya sakit. Dia bangkit duduk dan melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Catherine tidak menyangka dia tertidur semalaman. Dirinya pun bangkit dari ranjang dan sedikit meringis merasa seluruh badannya ngilu. Mungkin karena sejak kemarin dia tidak makan sesuatu. Setelah mencuci wajahnya Catherine pun mengganti pakaiannya. Hari ini dia merasa enggan untuk mandi karena merasa sedikit tidak enak badan. Catherine memperhatikan wajahnya yang terlihat pucat di depan kaca. Dia pun memakai lipstik untuk menyamarkan warna bibirnya. Setelah merasa penampilannya sudah rapi, Catherine pun meraih tasnya dan keluar dari hotel.  Catherine berdiri di depan halte bus untuk menunggu bus datang. Dia merogoh tasnya saat mendengar ponselnya berdering. Ternyata Alexa yang menghubunginya. Catherine pun langsung mengangkat telepon itu. "Iya," jawab Catherine dengan suara serak. Dia merasa tenggorokannya sangat kering dan sakit.  "Kau dimana sekarang? Kenapa sejak semalam kau tidak mengangkat telepon dariku?" "Aku tidur di hotel. Sore nanti aku akan mencari apartemen." "Keth," panggil Alexa dengan nada memohon. "Aku tutup dulu teleponnya. Aku harus pergi bekerja sekarang," ucap Catherine dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Catherine memasukkan kembali ponselnya kedalam tas. Dia mulai naik kedalam bus itu dan duduk di salah satu kursi. Tatapannya jatuh kearah keluar kaca bus. Catherine bersender di kaca itu dan menutup matanya. Dia merasa sangat lemas sembari memeluk tubuhnya yang terasa nyeri.  Saat bus itu sudah berhenti di depan halte kantor Catherine, dia hampir terjatuh saat turun dari bus. Untung saja ada seseorang yang membantunya. Catherine hanya tersenyum tipis sembari mengucapkan terima kasih dan menyeberang jalan. Dia berjalan masuk kedalam kantor tanpa mempedulikan semua karyawan yang terlihat sibuk sedang membicarakan kabar baru.  Catherine duduk di kursinya dan menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat tidak semangat hari ini. Dirinya juga mengabaikan Brittany yang memanggilnya beberapa kali.  "Keth, kau tahu. Aku dapat kabar mengejutkan!" teriak Brittany dan berdiri di depan meja Catherine diikuti Adhiambo. "Benar Keth, ini kabar sangat menakjubkan." "Aku belum lihat secara langsung, tapi katanya Presdir baru kita sangat tampan. Kau tahu, kita mendadak dapat bos baru hari ini." Brittany mendesah kasar dan menggoyang-goyangkan pundak Catherine. Namun dia terkejut saat Catherine justru pingsan. Mereka berdua mulai panik dan keluar. "Tolong," teriak Brittany, "Rico, tolong bawa Catherine ke klinik. Dia sepertinya sakit," pinta Brittany pada lelaki yang lewat di depannya.  Rico pun masuk ke dalam ruangan dan menggendong Catherine menuju klinik. Pemandangan itu membuat seseorang yang baru saja melewati ruangan itu menghentikan langkahnya. Tatapannya memperhatikan wajah Catherine yang memucat tanpa mempedulikan setiap orang yang menundukkan kepala dan menyapanya.  "Tunggu," ucapnya dan menghentikan Rico yang menggendong Catherine diikuti Brittany. "Se-" Brittany menahan ucapannya karena merasa mengenal wajah lelaki yang sekarang menjadi bosnya itu. Berbeda dengan Rico, lelaki ity justru menundukkan kepalanya dan memberi salam. "Dia akan dibawa kemana?" tanyanya. "Dia sedang sakit Sir, jadi saya akan membawanya ke klinik." Tatapan Calvin memperhatikan Catherine. Dia tidak suka melihat lelaki itu menggendongnya. Tanpa mempedulikan tatapan karyawan disekitarnya, Calvin mengambil alih dan menggendong Catherine membuat Rico dan Brittany terkejut melihatnya. "Panggilkan dokter," perintahnya dan membawa Catherine ke ruangan barunya.  ~ TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD