Lembar Keenambelas

1011 Words
*** Sore ini sepulangnya dari kantor, Cakra tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ia pergi terlebih dahulu ke cafe yang biasa ia kunjungi ketika pikirannya sedang jenuh. Arya memesan menu kopi americano kesukaannya. Cakra memilih pergi ke cafe sendirian tanpa ditemani oleh siapapun karena memang sedang ingin sendiri saat ini. Beberapa saat kemudian pesanan kopinya datang. Cakra menyeruput kopi panasnya perlahan. Ia duduk di kursi luar yang langsung menghadap pemandangan lapangan golf di depannya yang biasa ia kunjungi ketika ingin bermain golf. Namun karena dirinya hari ini hanya ingin bersantai saja, akhirnya Cakra memilih untuk mampir ke kafe yang tempatnya tepat berada di depan lapangan golf tersebut "Cakraaa." panggil seseorang dengan suara laki-laki yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Cakra duduk. Cakra menoleh ke samping, ke arah sumber suara tersebut, ia melihat Bima, sahabatnya yang juga biasa bermain golf bersama. Bima menghampiri Cakra, terlihat Bima seperti orang yang barusan saja bermain golf dari style pakaiannya. "Abis main golf lo?" tanya Cakra ketika Bima sudah sampai di hadapannya. "Iya tadi abis main golf, makanya mampir ke sini, eh malah ketemu lo di sini." balas Bima. "Udah lama banget lo nggak ke sini, berapa bulan ya, ada lah dua atau tiga bulan lo nggak main golf." ujar Bima. "Iya gue lagi sibuk ngurusin kerjaan sama ngurusin hotel jadi belum ada waktu buat main golf, mungkin nanti kalau udah agak senggang gue main golf." balas Cakra menjelaskan mengapa dirinya sudah lama tidak bermain golf. "Lo sendirian di sini?" tanya Bima sambil celingak-celinguk mencari siapa yang bersama Cakra saat ini. "Ya sendirian lah, sama siapa lagi emangnya." balas Cakra. "Hahaha ya siapa tau sama pacar atau calon istri lo gitu." ujar Bima sambil tertawa. "Ngaco lo, pacar aja gue nggak punya." Cakra menggelengkan kepalanya. "Makanya nyarilah Cak, lo tuh udah jomblo lama masak nggak mau nyari cewe buat dijadiin calon istri." ucap Bima meledek Cakra. "Lagian lo kenapa sih malah bahas cewek, nyari topik lain gitu lah." balas Cakra ingin mengubah topik obrolannya. "Hehe santai bro, sebenernya ada yang mau gue sampein sih ke lo." ucap Bima sambil tangannya mengambil tas yang ia letakkan di sampingnya. "Mau ngomong apa lo? Jadi curiga gue nih" tanya Cakra penasaran melihat Bima yang sepertinya malu-malu ketika ingin mengatakan sesuatu yang akan Bima bicarakan. Bima tampak mengambil sesuatu yang berada di dalam tasnya. Bima menyerahkan sesuatu tersebut kepada Cakra. "Apaan nih?" Cakra mengambil barang tersebut sambil bertanya kepada Bima. Ternyata Bima menyerahkan sebuah undangan pernikahan kepada Cakra. Terlihat jelas nama Bima tertulis di undangan tersebut bersama nama pasangan yang akan menikah dengan Bima. "Lo mau nikaahh??!!" tanya Cakra tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Cakra tidak percaya dengan undangan pernikahan milik Bima yang kini berada di genggamannya. Bagaimana mungkin seorang Bima yang ia kenal sebagai laki-laki playboy kini dengan berani meminang seorang perempuan untuk menemani hari-hari Bima selamanya. Bima hanya menganggukkan kepalanya dan tertunduk malu. "Gila, kita udah lama nggak ketemu, tau-tau pas ketemu sekarang langsung ngasih undangan aja lo ya." ucap Cakra heran. "Hahahah lagian lo terlalu sibuk sama kerjaan lo sih." balas Bima sambil tertawa. "Iyain aja deh yang mau nikah." ucap Cakra. Mereka berdua berbincang-bincang cukup lama hingga akhirnya Bima memilih berpamitan pulang terlebih dahulu karena lelah setelah bermain golf. "Jangan lupa dateng lo Cak, bawa pasangan kalo bisa biar nggak keliatan jomblo banget gitu hahaha." Bima meledek Cakra terlebih dahulu sebelum ia pergi meninggalkan kafe. "Terus-terusin aja lo ngeledek gue." balas Cakra. "Hahahah bercanda bro, ya udah gue balik dulu ya." ujar Bima berpamitan kepada Cakra. "Oke hati-hati Bim." balas Cakra. Bima meninggalkan Cakra yang sepertinya masih ingin menghabiskan waktu lebih lama di kafe ini. Cakra menghabiskan kopinya, setelah bertemu dan berbincang cukup lama tadi dengan sahabatnya yaitu Bima, pikirannya enath mengapa menjadi sedikit lebih tenang. Setelah dirinya menghabiskan segelas kopi americano tersebut, Cakra langsung memutuskan untuk pergi dari kafe itu. Cakra keluar dari kafe, kebetulan suasana langit sudah berubah menjadi mendung, ia lalu bergegas menju mobilnya ketika rintik hujan mulai turun membasahi jalanan. Cakra masuk ke dalam mobilnya, ia mengemudikan mobilnya santai, hujan mulai membasahi jalanan dengan sangat deras. Walaupun ia menggunakan mobil, tapi tetap saja rasanya tak nyaman mengemudi dengan keadaan sedang hujan. Akhirnya Cakra memutuskan untuk mampir ke hotel keluarganya yang tempatnya tak jauh dari kafe yang ia datangi tadi. Cakra memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk hotel. Seperti biasa, ia disambut oleh penjaga pintu hotel tersebut dengan sangat ramah. "Selamat malam Pak Cakra, saya bantu untuk memarkirkan mobilnya ya Pak." Karyawan yang bekerja di hotel tersebut meminta ijin untuk membantu memarkirkan mobil Cakra. "Terimakasih." Cakra mengucapkan ucapan terimakasih kepada karyawan tersebut karena membantu untuk memarkirkan mobilnya. Cakra langsung masuk ke dalam hotel itu dan langsung menuju kamarnya, kamar khusus yang ia tempati ketika ingin menginap di hotel ini. *** Sesudah keluarga Hutama menyelesaikan makan malamnya, Agni bergegas untuk membersihkan semua piring dan gelas kotor, Agni segera mencuci piring dan gelas tersebut. Ia baru sadar sedari tadi belum melihat Cakra pulang. Terakhir ia lihat yaitu pagi tadi ketika Cakra akan berangkat ke kantornya. Ia melihat lauk makanannya pun juga masih tersisa banyak karena Cakra belum makan malam. Selesai mencuci piringnya, Agni kembali lagi ke meja makan untuk merapikan yang lainnya. Di meja makan masih ada Bi Jum yang sedang membereskan yang lain. "Mas Cakra belum pulang ya Bi?" tanya Agni berjalan mendatangi Bi Jum untuk membantu membereskan makanan yang lain. "Iya belum, mungkin Mas Cakra ngelembur ." balas Bi Jum. Agni menganggukkan kepalanya memahami ucapan Bi Jum, mungkin memang benar hari ini Mas Cakra sedang lembur. "Udah Bi ini biar Agni aja yang beresin semuanya, Bi Jum istirahta aja, udah malem." ucap Agni meminta Bi Jum untuk segera beristirahat karena sudah malam. "Ya udah Bi Jum tinggal ke dalam dulu ya." bals Bi Jum. Setelah merapikan semuanya, Agni tidak langsung pergi ke kamarnya, ia memilih untuk keluar rumah dan menuju gazebo yang terletak di halaman samping rumah dekat kolam renang. Agni duduk di gazebo tersebut sembari pandangannya melihat kolam renang di depannya. Sungguh rumah ini merupakan rumah impian Agni, rumah ini terlihat sangat megah dari luar maupun dari dalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD