***
Arya keluar dari kamarnya setelah menyelesaikan project kuliah dari dosennya. Ia keluar karena suntuk berada di dalam kamar terus-menerus. Cakra berjalan ke depan di ruang keluarga bermaksud untuk mencari keberadaan Agni karena ingin meminta tolong dibuatkan kopi. Namun sedari tadi dirinya tidak menemui batang hidung Agni di sekeliling ruang keluarga, bahkan di dapur, maupun di belakang rumah juga tidak ada.
Arya akhirnya memilih membuat kopi sendiri karena berpikir mungkin Agni sudah tidur. Ia kemudian keluar rumah untuk mencari udara segar sambil membawa segelas kopi panas yang ia pegang. Ia berjalan ke arah gazebo rumahnya, dari kejuauhan dirinya tak sengaja melihat Agni yang sedang duduk di gazebo juga. Arya langsung menghampiri Agni yang tengah duduk sendirian di gazebo.
"Lagi di sini lo rupanya, pantesan gue cariin nggak ada di dalam rumah dari tadi." ucap Arya menghampiri Agni.
"Ada apa memangnya Mas Arya? Ada yang bisa saya bantu Mas?" tanya Agni menoleh ke arah Arya yang berdiri di depannya.
"Nggak papa sih, gue tadi cuman mau minta tolong buatin kopi aja." balas Arya sembari berjalan dan duduk di samping Agni.
"Ya udah kalo gitu saya ke dalam dulu ya Mas." Agni sudah bersiap berdiri untuk masuk ke dalam rumah.
"Eh mau ngapain masuk?" tanya Arya.
"Mau bikinin Mas Arya kopi, tadi Mas Arya bilang mau minta bikinin kopi kan?" Agni memastikan pendengarannya tidak salah. Memang sih pendengarannya tidak ada yang salah, namun sepertinya sedang tidak fokus, padahal jelas-jelas Arya menghampiri Agni sambil membawa segelas kopi di tangannya.
"La ini kopi..." Arya memperlihatkan segelas kopi yang sedang ia genggam ke hadapan Agni.
Agni menyengir malu karena ia tidak melihat gelas yang digenggam oleh Arya saat ini karena kurangnya cahaya lampu disekitarnya.
"Oh iya Mas, maaf nggak lihat hehehe." ujar Agni sambil menundukkan kepalanya malu.
"Ya udah duduk sini lagi aja, kerjaan lo juga udah lo selesaiin kan?" tanya Arya memastikan Agni malam ini sudah tidak melakukan kegiatan apa-apa lagi.
"Iya Mas sudah beres pekerjaan saya hari ini." balas Agni.
"Lo ngapain tumben di sini sendirian?" tanya Arya setelah ia selesai menyeruput kopi panasnya yang kin sudah berubah menjadi hangat.
"Pengen nyari udara segar aja Mas, hehe." jawab Agni meringis.
"Mas Arya sendiri ngapain ke sini malam-malam?" Agni bertanya dengan hal yang sama seperti yang ditanyakan oleh Arya barusan.
"Jawabannya sama sih, pengen nyari udara segar aja, soalnya di kamar suntuk banget gue abis ngerjain project dari dosen." balas Arya.
Arya menjawab pertanyaan Agni dengan jawaban yang sama seperti tadi yang dilontarkan oleh Agni namun dengan versi yang lebih panjang dari jawaban Agni barusan.
Sesekali telapak tangan Agni menyingkirkan nyamuk yang selalu mendekati dirinya. Memang benar adanya jika di luar rumah banyak sekali nyamuk jadi tak heran jika tangannya merasa gatal apabila ada nyamuk yang hinggap untuk menghisap darahnya.
"Banyak nyamuk memang di sini." ujar Arya membenarkan banyak nyamuk yang berkeliaran di luar rumahnya terutama di malam hari seperti ini.
"Iya Mas dari tadi dateng terus nyamuknya." ucap Agni sedikit kesal ketika menyingkirkan nyamuk agar tidak mendekat ke arahnya.
Mereka berdua mengobrol santai hingga tengah malam, banyak cerita yang mereka obrolkan walaupun sebenarnya diantara mereka berdua masih terdapat kecanggungan yang lumayan besar.
"Lo nggak tidur? Liat tuh mata lo udah merah gitu." tanya Arya, sebenarnya ia tahu jika Agni sudah mulai mengantuk tapi dia tidak tahu mengapa alasan Agni tetap duduk di depan seperti menanti seseorang padahal dirinya sendiri sudah mengantuk.
"Nanti dulu Mas belum ngantuk." jawab Agni, padahal jawabannya itu sebenarnya tidak sepenuhnya benar, Agni sebenarnya sudah merasakan kantuknya mulai datang tetapi entah mengapa dirinya masih tetap ingin di sini.
"Oh iya Mas, Mas Cakra hari ini lagi lembur ya? Tumben sudah jam segini belum pulang." tanya Agni basa-basi menanyakan Cakra yang belum pulang dari kantornya.
"Mungkin, tapi kalo jam segini belum pulang sih kayaknya dia nggak pulang ke rumah." jawab Arya santai.
"Nggak pulang? Memangnya kalau nggak pulang Mas Cakra tidur dimana Mas? Di kantornya?" tanya Agni dengan rasa penuh penasarannya.
"Hotel, kebetulan keluarga kita punya hotel, jadi ya kalau pengen menginap selain di rumah ya menginap di hotel deh." balas Arya sambil memberikan informasi baru untuk Agni jika keluarganya memiliki hotel.
Saat mendengar ucapan yang varusan di ucapkan oleh Arya,, Agni benar-benar merasa kagum. Menurutnya keluarga ini benar-benar sangat keren, bukan hanya memiliki urmha yang mewah, keluarga ini ternyata juga memiliki hotel yang pastinya mewah juga.
"Wah keren ya keluarganya Mas Arya." Agni tidak bisa menyembunyika rasa kekagumannya hingga dia memuji keluarga Arya di depan Arya langsung karena benar-benar luar biasa.
“Keren kenapa?” tanya Arya yang sepertinya tak mengerti maksud dari pujian Agni.
“Ya keren Mas saya lihatnya, rumahnya mewah, punya hotel lagi.” balas Agni.
"Biasa aja ah, eh iya tadi lo kenapa nanyain Mas Cakra? Lo nungguin dia pulang?" tanya Arya tiba-tiba hingga membuat Agni terlihat kikuk bingung mau menjawab apa.
"Enggak kok Mas cuman nanya aja soalnya biasanya jam segini sudah pulang hehe." Agni berusaha untuk tidak gugup saat menimpali pertanyaan Arya barusan.
Arya tidak bersuara lagi ketika mendengar jawaban terakhir Agni.
“Mas, maaf saya izin ke dalam dulu ya.” pamit Agni kepada saudara-saudarnya yang sudah berkumpul di dapur, maupun teras.
Arya pun mengangguk dan mengizinkan Agni kembali ke kamarnya karena ia juga sudah menyadari jika Agni sudah benar-benar mengantuk.
Agni masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamarnya, ia bersiap diri untuk tidur. Ia tidak menyangka sebetulnya bisa tinggal di rumah mewah seperti ini meskipun dirinya hanya sebagai seorang pembantu biasa di rumah ini. Bahkan sekelas kamar tidur asisten rumah tangga saja sudah bagus dan bahkan pula berbeda jauh dengan kamarnya yang berada di kampung sana. Sepertinya Agni akan betah bekerja di sini, terlebih lagi ia disambut baik di keluarga ini, ya walaupun mungkin ada satu orang yang nampaknya kurang suka dengan kehadirannya. Siapa lagi orang itu kalau bukan Cakra. Sikap Cakra begitu dingin namun terlihat berwibawa ketika ia perhatikan secara pelan-pelan. Agni berpindah posisi mencari posisi tidur yang mebuatnya nyaman. Kasurnya yang luas itu membuat dirinya bisa leluasa berpindah posisi. Sedari tadi dirinya memikirkan Cakra membuat Agni semakin mengantuk hingga tak sadar dirinya sudah terlelap di atas kasur empuknya kini.