P.34 Shock

1539 Words
Dua wanita itu duduk di dalam satu kafe dan terlihat sekali mereka berbincang dengan serius. Wanita yang berambut pendek terlihat kesal tapi juga bingung dalam satu waktu. Dia kembali memandang wanita yang ada di depannya dan memastikan wanita yang tak lain berstatus sepupunya itu tidak gila. “Kamu sudah yakin dengan semua ini?” tanya wanita rambut pendek itu sekali lagi. Dan wanita satunya mengangguk yakin. “Dis, ini keputusan tergila yang kamu buat dan menurutku kamu harus yakin bakal beneran rela dan ikhlas. Gimana jika nantinya bukan Reno yang jadi suami kamu, hemmm,” cecar wanita berambut pendek itu. “Cello, aku udah ga peduli sama yang namanya pernikahan, kalaupun nanti aku menikah dan bukan Reno orangnya bukannya suamiku nanti harus nerima aku apa adanya,” jelas Gladis. “Lagipula hari ini mana ada sih, lelaki yang perjaka pas nikah, kecuali kalau tuh cowok hidup di lingkungan asrama yang ga pernah gaul ma cewek tuh, baru kemungkinan masih perjaka,” tambah Gladis. “Iya dan kamu juga belum tentu dapet perjakanya si Reno,” sindir Cello yang tak lain adalah sepupu Gladis, wanita yang sedari tadi dia mintai tolong. “Aku tahu,” ucap Gladis sambil menyesap kopinya. Cello menggelengkan kepalanya tak percaya dengan kelakuan sepupunya ini. “Kamu yakin dia tidak akan curiga soal ini?” kembali Cello meragukan rencana Gladis. Wanita itu menggeleng, “Kamu ingat sama temen kita yang dulu suka bantuin pas jaman kita sekolah yang masuk sekolah kita karena beasiswa,” kata Gladis tapi Cello tak bisa mengingatnya. “Kenapa emangnya?” tanya Cello. Gladis tersenyum mendengar ucapan Cello yang lupa soal temannya itu. “Beberapa waktu lalu aku ketemu dia di Singapore, namanya Mita,dia jadi tkw di sana dan sambilannya dia kerja di salah satu klub di pinggiran kota sana,” jelas Gladis. “Lalu, kaitannya sama semua ini,” Cello tak paham kemana arah pembicaraan ini. “Tanpa sadar aku mengetahui jika Kelly mengincar Mita, minggu depan Reno ada temu bisnis di Singapore dan aku yakin banget kalau mereka bakal nyariin si Mita,” Gladis memberi clue. Cello nampak berpikir dan akhirnya dia mulai paham, “Dan di saat Kelly sibuk dengan Mita, kamu minta aku membuat Reno mabuk dan bersama denganmu?” ucap Cello memastikan dan Gladis mengangguk. “Kamu bisa minta bantu Theo soal ini, aku bayarin deh check in semalem,” tawar Gladis dan Cello mencebik. “Kamu kira aku ga mampu bayar check in,” sindir Cello dan Gladis tertawa. “Okay, itu plan A dan plan B nya adalah?” ucap Cello yang memang terbiasa punya banyak rencana. “Langsung suntik Aphrodisiac aja,” sahut Gladis enteng sambil meminum kopinya dan Cello langsung terbelak. *** “Dis, beneran cuma sampai ranjang doank kan? Sisanya kamu yang maen kan?” ucap Theo yang masih khawatir. Gladis mengangguk, “Janji cewekmu ga bakal cuil atau ilang dan ternoda, kan aku ada dalam kamar itu juga,” ucap Gladis. “Kamu jangan keenakan lo Beb,” ancam Theo yang malah mendapat tawa dari Cello. “Ya kalo Gladis telat aku sih ga tanggung jawab kalo jadi kebablasan,” goda Cello yang membuat Theo ngoceh dan marah-marah tak jelas. “Eh, itu mereka datang,” ucap Gladis membuat Theo dan Cello ikut memperhatikan. “Sumpeh demi apapun, pantesan cewek-cewek pada mau ngantri digodain, ga punya cacat sis, dan elu termasuk cewek gila yang ninggalin cowok macem mereka,” omel Cello yang tanpa sadar membuat Theo manyun. “Makan ati ma mereka, puas elo, ingat Theo lu, bibirnya aja udah monyong kaya alligator,” balas Gladis cepat. Cello langsung memeluk Theo erat, “Cuma akting Sayang, lagipula aku mau menyadarkan gadis gila di sampingku ini,” rayu Cello dan Theo hanya tersenyum menanggapinya. Mereka akhirnya bersiap di posisi masing-masing, Cello yang mengawali perkenalan dan Gladis sudah berpesan kepada bartender untuk memberikan sedikit efek obat kepada minuman yang Reno pesan. Hampir dua jam akhirnya Reno mulai berpisah dari Kelly dan saat itulah Cello melancarkan aksinya pura-pura diperkosa oleh Theo. Saat Reno menolong Cello dan berjalan ke mobil, Gladis menolong Theo dan segera berkendara ke hotel. Theo sudah ada di salah satu kamar hotel dan Gladis segera menyusul ke kamar yang sudah mereka rencanakan. “Makasih ya sudah nolongin, mau minum ga? Aku ganti baju dulu biar kamu bisa pulang dan pakai bajumu lagi,” ucap Cello dan Reno hanya mengangguk menurut. Cello memberikan air putih tanpa curiga dan di dalamnya sudah diberi sedikit obat oleh Gladis. Cello meninggalkan Reno ke kamar mandi dimana Gladis bersembunyi. “Kamu ga berlebihan kan ngasih obatnya?” bisik Cello dan Gladis menggeleng. Keduanya mengintip Reno yang mulai gelisah, Cello berusaha kabur dari kamar itu dan membiarkan mereka berdua tanpa dilihat oleh Reno. “Kamu kenapa?” suara Gladis yang dibuat-buat dan seketika Reno langsung berdiri melihatnya tampil seksi. “Astaga, kenapa dikasih umpan sama ikan dendeng macam gini,” gumam Reno yang sebenarnya tak sadar wanita itu adalah Gladis. Wanita itu hanya menahan senyum mendengar gumaman Reno dan dia berusaha makin berani untuk mendekat. Entah setan mana yang merasuki dirinya, tapi kali ini Reno sudah tidak bisa lagi menahan diri. Selama empat tahun ini, dia sudah menahan diri untuk tidak menyentuh wanita secara berlebihan. Tapi dia tidak tahu jika malam ini dia hasratnya begitu tinggi dan dia merasa sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia yakin dirinya masih dalam kondisi setengah sadar dan dia juga yakin yang dia lihat adalah orang lain. Tapi entah bayangan apa yang muncul kala itu tapi nama Gladis, sentuhannya bersama Gladis lah yang membuatnya menggila. Dan mungkin juga rasa rindunya kepada Gladis yang membuatnya makin hilang akal. Dia langsung menarik wanita itu yang tak lain adalah Gladis. Dalam hatinya Gladis meminta maaf kepada Reno harus melakukan hal ini, tapi dia berjanji suatu saat dia akan jujur masalah ini. Kini biarlah dia menyimpan semua keindahan dan kenikmatan ini dalam ingatannya. Reno merasa wanita yang dia sentuh sama seperti Gladis, tapi dia yakin jika itu hanya halusinasinya saja. Tapi dia menikmati semua fantasi itu dan makin dalam dia menyentuh wanita di hadapannya itu bayangan Gladis semakin muncul. “Aku tak bisa menghentikannya lagi, cukup katakan stop sekarang atau aku tak akan bisa berhenti,” desis Reno yang sudah mulai berhasrat ingin lebih. “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan kepadaku, aku akan menerimanya,” bisik Gladis tak kalah mesra. “Glad, aku harap itu adalah dirimu,” lirih Reno dan langsung menggendong Gladis ke ranjang. Gladis yang mendengar gumaman Reno membuatnya makin bersemangat dan ada buncahan rasa bahagia dalam dirinya. Jadi selama ini Reno masih menginginkan dirinya. Reno mulai mencium bibir merah muda Gladis, dia melakukannya semakin dalam saat Gladis mulai membuka mulutnya. Lelaki itu tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan sukse membuat keduanya mengerang nikmat. Reno kembali menurunkan ciumannya dan beralih ke leher Gladis. Entah apa yang ada dalam pikiran Reno tapi ada perasaan dalam dirinya yang dia sentuh adalah Gladis. Karena itulah dia merasa sangat bersemangat dan memiliki hasrat yang sudah tak bisa dibendung lagi. Reno menggigit pelan dua gundukan kenyal yang Gladis miliki membuat Gladis mengerang dan makin membuat Reno menggila. Kini dia sudah tidak bisa menahannya lagi dan sudah memposisikan dirinya untuk memasuki Gladis lebih dalam. Awalnya Reno melakukannya dengan perlahan, tapi karena gemas dengan suara rintihan dan erangan Gladis, dia langsung menerobos tanpa aba-aba. Dia tidak melihat air mata dan kesakitan yang Gladis alami. “Oh, Glad, aku rasa aku sudah gila kali ini,” seru Reno ketika dia berhasil masuk ke pertahanan Gladis. Air mata Gladis berganti dengan senyum bangga karena yang ada dalam pikiran Reno kali ini adalah dirinya. Jepitan dalam diri Gladis membuat Reno menggila dan bergerak cepat. Kini keduanya sama-sama bergerak untuk mencapai kenikmatan mereka masing-masing. Lenguhan, rintihan, desahan Gladis serta lirih memanggil namanya membuat Reno makin menggila. “Gladis, oh Gladis, you driving me crazy,” pekik Reno ketika dia merasa akan mencapai kenikmatan. Keduanya makin bergerak cepat dan menggila. “Ren, Reno,” pekik Gladis. “Glad, Gladis,” akhirnya Reno mengeluarkan isi dalam tubuhnya dalam sekali dorongan. Dan entah apa yang membuat keduanya masih menggila hingga melakukan hal tersebut berkali-kali. Setelah beberapa jam mereka bergulat di atas ranjang. Akhirnya keduanya kelelahan dan terlelap. Menjelang pagi hari, Gladis terbangun dengan rasa perih dan sakit di area kewanitaannya. Dia melihat Reno yang nyenyak di sampingnya. Gladis tersenyum bahagia. “Terima kasih untuk malam yang indah, Reno Satria Abrisam,” bisik Gladis dan mengecup pipi Reno lembut. Gladis menjauhkan tubuhnya karena melihat Reno mulai menggeliat. Perlahan dia turun dari kasur dan berdiri. Dia menahan sakit dan berusaha sekali tidak mengeluarkan rintihan. Setelah selesai berpakaian dia pergi dari kamar itu dengan perasaan lega, bangga sekaligus takut. *** Reno menggeliat pelan dalam tidurnya, dia merasa badannya lelah tapi tidurnya lebih nyenyak dari biasanya. Dia mendengar bunyi ponselnya dan perlahan dia membuka matanya. Dia mengedarkan pandangannya dan sadar jika ini bukan kamarnya. Secepat kilat dia langsung duduk dan melihat betapa kacaunya ranjang yang dia tiduri. “Astaga, apa yang telah aku lakukan semalam?” gumam Reno. Dia panik karena tidak menemukan siapapun di dalam kamar ini. Ketika dia bangun, selimut yang menutupi tubuhnya tersingkap dan matanya terbelak melihat noda yang ada di kasur. “Kamu pasti sudah gila Reno Abrisam,” geram Reno sambil menjambak rambutnya panik. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD