P.35 Try to Forget

1266 Words
Reno membersihkan tubuhnya di bawah guyuran shower. Dia berusaha mati-matian untuk mengingat kejadian semalam yang membuatnya hilang akal. Tapi tak ada satupu petunjuk yang dia ingat kecuali kenikmatan yang dia rasakan. “Gila, masa iya aku mesti bolak balik ke klub buat ngetes tuh cewek siapa,” gumam Reno masih dengan guyuran shower di tubuhnya. “Asli semalam itu ga bisa dibayangin dan diceritain nikmatnya, ada cewek yang bisa sempurna kaya gitu. Meskipun otakku isinya Gladis tapi aku yakin kalo cewek itu bukan Gladis,” lirih Reno yang akhjrnya mengakhiri mandinya dan mengeringkan tubuhnya. Reno melihat ponselnya dan dia melihat banyaknya panggilan dari Loka dan Kelly. Sampai akhirnya dia menelpon Loka. “Busyet Bos, kalau mau check in pamit napa, kita nyariin puyeng tau, ga tau apa sekarang marak penculikan,” omel Loka yang endingnya udah ga masuk akal. Reno bukannya terharu malah ngakak dengernya. “Dikata aku bocah pake acara penculikan segala,” balas Reno. Akhirnya dia menyebutkan tempat dia berada sekarang dan minta dijemput segera. Pas dia udah siap, Reno turun ke lobby karena harus mengembalikan kunci hotel, lalu dia langsung terpikirkan untuk menanyakan masalah nama pengunjung hotelnya. “Ini saya kembalikan kuncinya, sekalian check out,” ucap Reno kepada resepsionis yang hanya tersenyum dan mengangguk. “Ada tanggungan yang mesti saya penuhi?” ucap Reno dan resepsionis itu menggeleng. “Semua sudah lunas Pak,” jawabnya. “Loh, kok bisa kan saya belum bayar,” ucap Reno beralasan. Lalu resepsionis mengecek kondisi pembayarannya dan dia mengangguk yakin. Melihat ada kondisi yang kurang kondusif manager hotel datang. “Ada yang bisa saya bantu Pak?” tanya manager hotel. Reno menjelaskan apa yang ingin dia ketahui, dengan alasan dia yang memesan kamar tapi kenapa orang lain yang membayar. Manajer ikut memeriksa kamar yang dimaksud dan dia memandang Reno lekat. Dia memberi kode kepada resepsionis itu dan akhirnya manajer hotel tersenyum. “Maaf Pak, tapi sepertinya kami salah memberikan kamar selama ini, karena kamar yang bapak pesan adalah kamar tamu VIP kami dan beliau sudah membayar tarif kamar itu selama setahun penuh,” ucap Manajer hotel. Reno langsung diam mendengarnya, bukan karena merasa gagal mendapatkan informasi tapi kini dia paham siapa orang yang dia tolong semalam. Hotel ini juga bukan hotel yang biasa, hotel ini sudah kelas menengah ke atas. “Bos, sudah beres urusannya,” Loka datang menghampiri membuat Reno membuyarkan pikirannya. “Baiklah, kalau tidak ada yang harus saya selesaikan, saya permisi dulu,” ucap Reno dan mendapat anggukaan ramah dari manajer hotel tersebut. Di dalam mobil Reno masih nampak berpikir apa yang bisa dia gali dari informasi tadi. Loka yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh bosnya langsung mode keponya beraksi. “Ada yang salah Bos?” tanya Loka membuat Reno menghela napas. “Apa kita bisa ke laboratorium sebentar?” pinta Reno yang membuat Loka tambah bingung. “Buat apa?” tanya Loka dan Reno langsung berpikir, “Aku mau memastikan sesuatu soal semalam, karena seingatku semalam aku tidak mabuk parah tapi entah kenapa aku tidak bisa mengingat apapun kejadian semalam kecuali,” Reno menggantung ucapannya semalam. “Kecuali apa Bos?” ucap Loka. “Kecuali apa yang ada dalam pikiranku dan apa yang aku lakukan semalam sama wanita itu,” ucap Reno lirih. Loka langsung menghela napas, “Bos kan udah biasa kaya gitu, masalahnya dimana?” enteng banget Loka menjawabnya. “Semalam aku merasa seperti aku melakukannya sama Gladis tahu,” seru Reno yang membuat Loka langsung menghentikan mobilnya. “Seriusan? Kok bisa?” tanya Loka ikut penasaran dan kemudian menjalankan lagi mobilnya. “Itu makanya aku mau ke Lab buat cek, kayanya ada obat lain yang masuk dalam diriku karena kalo ga gitu ga mungkin aku merasa bener-bener kaya menyentuh Gladis, bahkan suaranya dan cara dia manggil bener-bener Gladis,” seru Reno nampak frustasi dan mengacak-acak rambutnya. “Kalopun beneran Gladis kan bagus Bos,” Loka malah memperkeruh suasana. Reno langsung menjambak, “Aku malah bisa gila kalau itu beneran Gladis,” ucap Reno. “Alasannya?” Loka memang tak mengerti apa yang dimaksud oleh bosnya. Reno langsung menghempaskan tubuhnya di kursi mobilnya. “Empat tahun jadi sesuatu yang percuma Ka, jika aku melakukannya dengan Gladis sekarang. Kamu tahu selama ini aku menahan diriku dan menggoda wanita lain, itu bukan tanpa tujuan, aku ingin menghindari hasratku untuk menyentuh Gladis secara berlebihan,” jelas Reno yang membuat Loka diam. “Jika selama ini kamu lihat aku pernah check in walaupun ga sering, itu bukan berarti aku melakukannya dengan wanita tersebut, tapi semua itu cuma make out,” pengakuan Reno membuat Loka terbelak. “Jadi semalam itu hal yang pertama buat kamu?” Loka tak bisa untuk tak mempertanyakan hal itu. Reno mengangguk. “Dan kamu mesti tahu, aku merasakan aura Gladis dalam gadis itu dan seriusan itu membuatku tak bisa menahan diri lagi. Jujur aku ga menyesali melakukannya meskipun aku masih pengen melakukan yang pertama sama Gladis,” jeda Reno. “Hanya saja aku membuat wanita itu kehilangan mahkotanya yang palling berharga,” Loka langsung tersedak tanpa alasan tapi kemudian dia mengacungkan dua jempol kepada Reno. “Serius kalian bener-bener gila semalam, aku bisa bayangkan betapa hebatnya semalam,” Loka mengatakan dengan antusias tapi bagi Reno itu terdengar seperti sindiran. Dan jitakan tangan Reno pun melayang di kepala Loka. “Sialan, ini cukup kita aja yang tahu ga perlu kamu ngember kemana-mana,” ancam Reno dan Loka mengacungkan jempolnya. *** Gladis yang langsung memutuskan untuk kembali ke Jerman di hari yang sama setelah kejadian itu, kini hanya diam dan merekam semua kejadian itu dalam memorinya. Mungkin orang lain akan mengira dirinya sudah gila dan memang dia akui dia gila, tapi jika mengingat hasilnya malam itu sedikitpun dia tidak menyesalinya. “Setidaknya kamu punya memori yang indah untuknya Glad, sehingga kamu nantinya tahu siapa yang memang ada dalam hatinya,” gumam Gladis. Gladis menelan dua pil kontrasepsi yang sedari tadi dia pegang dan mendorongnya dengan air mineral. Dia memasuki kamarnya dan berbaring di ranjang Pagi harinya dia bangun dengan perasaan lega dan berbeda dari biasanya. Kini Gladis sudah meyakini jika dia akan melupakan Reno tapi dengan cara yang berbeda. Kini bersiap ke kampus dan melangkah dengan penuh percaya diri. “Pagi Dis, ceria banget kayanya,” sapa Chrys yang melihatnya jalan di koridor. “Hai, pagi Chrys, iya dunk kan kita kudu semangat menjalani hari,” balas Gladis yang merasa dia menang dari Chrys. Bagaimanapun juga dia berpikir untuk melakukan ide gila itu karena dia tahu jika selama ini Chrys dekat dengannya agar wanita itu bisa melaporkan apapun kepada Reno. Jujur saja ada kecemburuan di sana tapi dia tak mau mengalah begitu saja dan tidak mendapatkan hal yang bisa membuatnya sadar siapa yang ada dalam pikiran Reno sebenarnya. “Oh ya, aku boleh jujur ga sama kamu?” kata Gladis tiba-tiba dan menghentikan langkahnya. Chrys yang bingung dengan sikap Gladis hanya bisa mengangguk. “Ada apa?” tanya Chrys bingung. “Kayanya aku mau serius melupakan Reno deh, menurutmu gimana?” tanya Gladis dengan senyuman mengembang. Chrys yang tak menaruh curiga hanya bisa berkomentar biasa saja seolah dia tak bahagia dengan kabar itu. “Lah, kenapa, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu masih mencintai Reno?” tanya Chrys datar. “Memang, tapi kayanya aku mau melupakan dia dengan caraku sendiri, salah satunya dengan menjalin hubungan dengan lelaki lain.” Gladis mengatakan dengan santai untuk melihat reaksi Chrys. “Lagipula aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan dari seorang Reno, jadi mencintainya selamanya mungkin akan terlihat berlebihan jika aku tak mencoba menjalin hubungan dengan yang lelaki lain.” ***** Nah kan,,, Beneran nih di Gladis bakal melupakan Reno? Gimana dengan Reno??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD