When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Larisa menghela napas. Senyum mirisnya terbit di sudut bibirnya. Ada apa lagi ini? Keluh Larisa dalam hatinya. “Kamu resign, Sa? Kenapa?” lagi, pertanyaan yang sama keluar dari orang yang berbeda. “Masa saya harus ngulang bicara lagi, Pak?” Larisa bicara kepada Dewa dengan tatapan memohon. Pandangan mata yang seolah ingin bilang, Bapak aja yang ngomong ya? Dewa tersenyum melihat tatapan itu. “Ya sudah, Sa. Sana balik kerja,” titah Dewa yang langsung dibalas anggukan lega gadis itu. “Saya permisi, Pak,” pamit Larisa kepada kedua laki-laki itu. Tanpa menunggu jawaban keduanya, dia langsung ambil langkah seribu. Sedang Arya langsung memberondong Dewa dengan beberapa pertanyaan tentang keputusan Larisa. “Kog kamu setujui permohonan resign Larisa?” protes Arya dengan mimik wajah kesal