When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Arya berdiri di depannya, tepat saat Dewa keluar dari Deliz. Dewa sempat tergagap sebentar, kemudian hanya menjawab, “iya, Pak.” “Oh, sama mereka?” pertanyaan Arya yang baru saja keluar membuat hati Dewa berdegub kencang. Dia pun menoleh ke belakang. Alex, Reina dan Larisa masih di area Deliz tetapi belum keluar dan melihat keberadaan mereka. Dewa pun segera menarik Arya menjauhi Deliz. Bisa dibayangkan, dua laki-laki gagah berjalan dengan bergandengan tangan. Tentu jadi tontonan para pengguna trotoar. “Wa, lepasin tangan saya,” bisik Arya yang mulai merasa jengah sama situasi yang dialaminya. Dewa melirik ke belakang, memastikan tidak ada Larisa di dekat Deliz. Baru setelah merasa yakin, dilepasnya pegangan tangan mereka. “Ada apa, Wa?” tanya Arga, kesal dengan sikap Dewa yang