When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Adelia tersenyum ke arah Larisa dengan sinis seraya duduk di meja mereka tanpa ijin. Keempat temannya yang lain pun mengikuti tingkahnya. ‘Enggak ada sih, cuma menjilat ludah sendiri aja,” Adelia berkata meremehkan. Larisa bergidik melihat sikap Adelia. Hatinya gelisah ingin segera meninggalkan tempat ini. Resty jengah melihat sikap semena-mena Adelia yang lebih besar daripada Liana dan Resty. “Lebih baik dia yang menjilat ludah sendiri tetapi bener kerjaannya,” jawab Reina sekaligus balik menghina. Melani yang menanggapi penghinaan itu dengan cepat. “Baru jadi wakil kepala divisi saja sombong! Aku bisa minta papaku membeli perusahaan dan memecatmu dengan tidak hormat!” serunya kesal, tersinggung dengan komentar Reina.. Reina tersenyum meremehkan keempat perempuan julid itu.