When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Security itu menjawab, “bilangnya ibunya Bu Liana, kerja di bagian desain.” Arya dan Dewa terbelalak. Keduanya langsung panik, memandang petugas jaga itu horor. “Pak, ini jadi masuk lift?” tanya perugas yang namanya Catur ini, mulai pegal memegangi pintunya. Tetapi Arya dan Dewa tidak memperdulikannya. Keduanya malah menarik keluar Catur. “Kapan ibunya Liana datang?” “Sekitar jam sembilan, baru saja, Pak,” jawab Catur. Arya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Jam sembilan lebih tiga puluh menit. Seharusnya masih di sekitar kantor jika wanita ibu dari Liana tersebut naik kendaraan umum. “Tadi ibu itu terakhir ada di mana?” tanya Dewa kepada Catur. “Di Pos Security yang di depan, Pak,” jawab Catur. “kamu hubungi pos depan, Tur. Kalau masih di sana, suruh tahan,” kat