When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Liana menghela nafasnya, kesal tapi bingung harus berbuat apa. Mau menjelaskan bagaimana caranya? Dia pasti kalah suara. Dia ingat bagaimana Larisa harus menundukkan kepalanya karena hujatan kanan kiri dari rekan kerja mereka, bahkan dirinya pun ikut sebagai tukang kompornya. Liana tersenyum miris. Dirasakannya seperti menerima hukum tabur tuai. Dia dapat bayarannya tunai. Dirinya yang membuat orang-orang menghujat Larisa, sekarang merasakan sendiri tidak enaknya di posisi itu. Dan yang lebih menyakitkan adalah ditusuk oleh mereka yang dulunya bestie, Liana berkata dalam hati dengan miris. Padahal baru tadi pagi dia merasa bahagia karena Dewa mengabarkan kalau Resty sudah paham dan ingin berbaikan dengannya. Liana pikir ini semua sudah selesai karena hanya bertujuan menghancurk