When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Begitu mendengar perkataan Melani, Liana hanya menghela nafasnya panjang. Mau marah juga dirasakannya percuma, paling hanya bikin malu. Tetapi Alex mengambil sikap yang lain. Dia sepertinya gerah dengan sikap Adelia cs. Dilangkahkannya dirinya ke meja yang ditempati oleh keempat perempuan ular tersebut dan menggebraknya keras. Tidak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam telapak tangannya. Aksinya jelas menarik perhatian seluruh penghuni kantin. Tetapi sekali lagi, dia mana peduli? “Kalau Liana ganjen, kalian apa? Murahan?” tanyanya pedas . Keempatnya terkejut dengan sikap Alex. Perempuan-perempuan di hadapannya tergagap tidak bisa menjawab. Mereka menatap laki-laki itu dengan pandangan ngeri. “Memang kalau sudah menghina orang lain, kalian jadi lebih baik?” tanya Alex makin