18. Cemburu (lagi)

1190 Words
“Bisakah kalian lebih dekat?” intruksi seorang fotografer. Jia Li semakin merapatkan tubuhnya pada David, walau tidak ada penolakan dari pria itu tapi Jia Li tahu apa yang sedang David pikirkan. Tatapan pria itu tidak lepas dari Mayleen dan Sean yang tengah tertawa. Jia Li mengusap lengan David mencoba meredam amarah pria itu. Benar saja kini David menatapnya. “Kau tidak mau membuat Mayleen cemburu?” bisik Jia Li. “Tidak. Terima kasih.” David kembali manatap kamera, ia ingin pemotretan ini cepat selesai sehingga ia bisa membawa Mayleen jauh-jauh dari Sean. “Kita cukupkan hari ini,” ujar sang fotografer. David melenggang pergi begitu saja meninggalkan Jia Li yang tampak kesal. Jia Li melipat kedua tangannya, pandangan gadis itu tidak lepas dari David, Mayleen dan Sean. “Belum menyerah?” tanya managernya. Jia Li menatap perempuan di sampingnya dengan kesal. “Bukan urusanmu.” Jia Li pergi dari lokasi pemotretan dengan suasana hati kacau. Suara ponselnya membuat Jia Li mencebik kesal. ‘Kenapa Xiao Yi selalu menghubungiku, apa pria itu tidak punya pekerjaan?’ batinnya.  Jia Li mereject panggilan itu dan bergegas pergi. Namun sayang saat ia keluar dari gedung pemotretan Xiao Yi sudah menunggunya dengan mobil sport merah. Kali ini pria itu datang tanpa pengawalan. Xiao Yi membukakan pintu untuk Jia Li tetapi gadis itu enggan untuk masuk. “Untuk apa kau di sini?” Suara dingin dengan nada pedas dari Jia Li tidak membuat Xiao Yi terlihat kesal. Pria itu malah tersenyum lebar seolah kata-kata itu adalah pemanis di hari-harinya. “Tentu menjemput wanita cantikku.” Jia Li mencebik kesal. Jia Li masuk ke dalam mobil. Xiao Yi berlari memutari mobilnya dan duduk di belakang kemudi. “Mau makan malam romantis?” tanya Xiao Yi sambil menyetir. “Tidak terima kasih.” “Kau yakin? Biasanya wanita sangat suka sesuatu yang romantis,” ujar Xiao Yi sesekali melirik Jia Li. “Kenapa tidak makan malam saja dengan wanita lain yang suka makan malam romantis.” Xiao Yi tertawa. “Sepertinya kau tidak suka dengan romantic dinner. Bagaimana dengan malam yang hangat? Apa kau akan menolaknya?” Jia Li memalingkan wajahnya yang memerah. Pria itu tidak tahu malu, bisa-bisanya dia mengatakan hal semesum itu. “Kau diam berarti ia.” Jia Li menatap tajam pria di sampingnya. “Maksudmu? Jangan harap kau mendapatkan yang kau mau.” “Meski aku menyetujui perjanjian kita?” Jia Li terdiam, ia baru ingat dengan perjanjian konyol yang ia buat. “Jangan bilang kau lupa?” “Tidak. Aku tidak lupa. Jadi apa kau menerimanya?” Jia Li berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Perasaan aneh itu kembali menyusup ke dalam hatinya. “Aku setuju. Aku akan mendektainya dan kau harus bersedia bersamaku selama dua malam.” Jia Li menatap Xiao Yi tajam, perjanjian yang tidak seimbang. Namun Jia Li tidak bisa menolak lagi, ia sudah terlanjur mengatakannya. “Aku setuju,” ujar Jia Li. Pria itu menyeringai senang. Xiao Yi menghentikan mobilnya di depan sebuah hotel. Jia Li menatap pria di sampingnya. “Aku tidak bermaksud mengundangmu, tapi jika kau mau, malam ini kau bisa menginap,” ujar Jia Li membuat senyum lebar terpatri di wajah tampan Xiao Yi. “Aku senang kau menawariku tempat bermalam, jika kau memaksa akan akan menginap.” Xiao Yi membuka sabuk pengamannya. “Tapi aku tidak memaksa,” ujar Jia Li membuat pria itu mendengus kesal. “Baiklah, mungkin lain kali saja. Ini juga sudah malam, selamat tidur princess.” Xiao Yi keluar dari mobil merah  dan membukakan pintu untuk calon tunangannya. Jia Li tersenyum tipis melihat perlakuan manis Xiao Yi. Walau Jia Li sering melakukan hal yang tidak baik padanya tapi Xiao Yi selalu sabar menghadapi sifat Jia Li.  Tidak terhitung sudah berapa kali ia menolak pria itu dan selama itu pula Xiao Yi selalu mendekatinya bahkan tidak tanggung-tanggung pria itu datang ke rumahnya untuk bertemu kedua orang tua Jia Li. Yang sialnya lagi kedua orang tua gadis itu sangat menyukainya. Mereka akan segera bertunangan dan sebelum itu terjadi Jia Li harus bisa mendapatkan hati David agar bisa terlepas dari pertunangan bodoh itu. Ini adalah kesepakatan Jia Li dan Xiao Yi, jika sampai hari pertunangan mereka tiba Jia Li masih belum bisa mendapatkan David maka Jia Li harus menerima pertunangan mereka. Jia Li memasuki hotel yang ia pesan untuk menginap selam syuting di Haikou, dan besok ia akan bertolak kembali ke Sanya tentu bersama dengan Xiao Yi.   *** “Jadi kau akan pulang bersama siapa?” tanya Sean membuat Mayleen gagu. Gadis itu tidak bisa memilih antara Sean dan David. Bagaimana pun juga Mayleen sudah berjanji pada Sean untuk menuruti perkataanya. Tapi di satu sisi ia takut David marah dan membencinya. “Aku….” Suara dering ponsel memotong perkatan Mayleen. Sean menatap layar ponselnya dengan wajah kesal. Ia tersenyum menatap Mayleen. “Aku ada urusan, mungkin lain kali aku akan mengantarmu pulang.” Sean menarik tangan Mayleen dan mendaratkan sebuah kecupan di dahi Mayleen. Mata David membulat melihat Sean menyentuh miliknya. Dengan kesal David mendorong tubuh Sean dan menarik Mayleen pergi dari tempat itu. David benar-benar marah. Rahangnya mengeras menahan rasa kesalnya. Di luar gedung Manager Li sudah menunggu kedatangan David dan Mayleen. Dengan kasar David mendorong Mayleen masuk ke dalam mobil. Mayleen menatap David yang sejak tadi bungkam. Tidak biasanya pria itu diam. Li pun juga tidak ikut bersuara membuat suasana di dalam mobil hening. “David.” Mayleen memegang lengan David berharap pria itu mau menatapnya. David menatap tangan Mayleen yang menyentuhnya sebelum menatap gadis itu tajam. Tidak ada tatapan lembut seperti biasanya. Mayleen tersenyum kaku dan melepaskan tangannya pelan-pelan. David kembali memalingkan wajahnya ke luar jendela. Mereka seperti orang asing yang berada di dalam satu mobil. Mobil hitam itu terparkir di halaman luas sebuah rumah besar. David keluar dari mobil dengan langkah terhentak. Manager Li yang melihat tingkah labil itu hanya menggeleng. Dipanggilnya Mayleen untuk mendekat saat gadis itu keluar dari mobil. “Bisakah kau menenangkannya? Hormon David sepertinya sedang meningkat,” ujar Manager Li alas. David sudah seperti anak remaja yang labil. “Dia sangat marah padaku,” ujar Mayleen. Ia belum bisa memahami sifat David, terkadang pria itu sangat pemarah namun di satu sisi juga peduli dan lembut. “Tidak, dia hanya kesal saja. Bisakah kau membujuknya?” Mayleen ragu, tapi ia akan mencobanya. Gadis itu mengangguk membuat Li tersenyum senang. Li Wenhua kembali masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah itu. Mayleen melambaikan tangannya saat mobil berwarna hitam itu keluar dari halaman rumah. Mayleen mengetuk pintu kamar David, gadis itu harus membujuknya. Lama ia mengetuk namun tidak ada tanggapan dari dalam. Mayleen menatap pintu di hadapannya, ia duduk di lantai sambil menyandarkan dirinya di tembok. Memeluk kedua kaki yang tertekuk. Sesekali gadis itu menguap tanda mengantuk. Mayleen membenamkan wajah diantara kakinya, perlahan matanya terpejam. Suara derit pintu yang terbuka membuat gadis itu kembali terjaga. Mayleen mendongkak menatap David berdiri di ambang pintu sambil menatapnya datar. Ia berdiri berhadapan dengan David. “Mulai malam ini dan seterusnya kau tidur di kamarmu sendiri. Jangan tidur di depan pintu mengerti?” Blam… Pintu kembali tertutup sebelum Mayleen sempat membuka mulutnya. Gadis itu tidak menghiraukan apa yang David katakana. Ia kembali duduk di tempatnya semula dan menyamankan posisinya untuk tidur. Mayleen memilih untuk tidur di depan pintu kamar David dari pada tidur di kamarnya. Ia merasa aman jika berada di dekat pria itu. Mayleen kembali menutup matanya yang terasa semakin berat. Berbeda dengan Mayleen yang tengah tidur pulas, David justru tidak bisa memejamkan matanya. Perasaannya kacau dan tidak menentu. Bayangan Sean dan Mayleen terus berputar di kepalanya.   David mendudukkan badannya di tepi ranjang. Diliriknya jam weker yang menujukkan pukul 23.25. David mengusap wajah dengan kasar, bahkan hampir tengah malam ia belum bisa memejamkan mata. Sebagian hatinya gelisah ingin melihat Mayleen untuk sekadar tahu jika gadis itu sudah kembali ke kamarnya. Namun sebagian hatinya tetap mempertahankan ego untuk tidak keluar. David meremas rambutnya. Sial. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD