Kinan pulang dari pekerjaanya pukul setengah sebelas malam dan ketika membuka pintu rumahnya pun terlihat sangat sepi bagai tidak berpenghuni.
Kinan menghela napasnya pelan ketika melihat Zena tengah tertidur pulas di atas kursi ruang tuamu yang terlihat tidak nyaman di tubuhnya.
“Lo kemana aja sih, Nan?”
Suara itu Kinan begitu mengenailinya. Suara siapa lagi kalau bukan Della sabahat baiknya yang selalu ada di setiap suka maupun dukanya.
Kinan nampak terdiam seribu bahasa ketika Della bertanya, otaknya seketika tidak bisa berpikir dengan jernih alasan apa lagi yang akan Kinan buat untuk membohongi Della?
“Nan, gua nanya sama lo. Lo abis dari mana? Lo tega ya ninggalin tante Zena sendirian di rumah dalam keadaan kaya gitu? Lo sadar nggak sih tidakan lo bisa bikin lo nyesel seumur hidup lo?”
Ketika Della mengirimi pesan singkat lewat aplikasi chat dan tidak ada balasan dari Kinan, mulai dari situlah perasaan Della sudah tidak enak. Maka dari itu, Della memberanikan diri malam-malam untuk ke rumah Kinan dan benar saja di teras depan Zena duduk termenung seperti menunggu sesuatu.
Sesampainya Della di kediaman Kinan.
Gadis itu berlari menghampiri Zena yang tengah duduk termenung seperti menunggu seseorang di kursi teras depan rumahnya. Sangat terlihat jelas raut kekhawatiran dari wajahnya.
“Assalamualaikum, tante,” salam Della sembari mencium punggung tengan Zena.
“Waalaikumsalam Della. Kinan sama kamu ‘kan?” tanya Zena seperti mengharapkan jawaban ‘iya’ dari bibir Della.
Della terdiam sejenak, “Iya tan, tadi Kinan sama Della. Della kira, Kinan udah pulang mungkin ada keperluan lain di luar tan,” kilah Della.
Della meremas jemarinya sendiri di dalam hatinya gadis itu merutuki kebodohannya karena sudah berbohong kepada Zena demi membela Kinan yang saat ini entah kemana perginya.
“Terus kamu kesini sama siapa?” tanya Zena.
“Sendiri tan, ada bukunya Kinan ketinggalan di rumah Della,” kilahnya lagi.
Della semakin mencengkram kaus bagian bawahnya ketika secara terang-terangan berbohong kepada Zena.
“Ya sudah, masuk ke dalam gih, tante masih mau di sini nungguin Kinan.”
“Sebaiknya tente masuk ke dalam, udaranya dingin tan nggak baik buat kesehatan. Nungguin Kinannya di dalem aja sama Della.”
Segala bujuk rayuan Della keluarkan akhirnya Zena mengiyakan ajakan gadis itu. Della menuntun Zena lalu mendudukannya di atas kursi ruang tamu.
“Della izin ke dapur dulu ya tan, buat ambil minum,” ucap Della sebelum pergi ke dapur dan Zena hanya memberikan anggukan serta senyuman yang menghiasi wajahnya.
***
“Sekarang lo hitang penjelasan sama gua Nan!” ucap Della matanya menatap Kinan menuntut penjelasan.
Della melihat gelagat Kinan sangat aneh malam ini. Di mana gadis itu mencengkram tasnya dengan begitu kuat serta ekspresi wajahnya yang selalu membuat Della bingung. Seolah Kinan tengah melakukan kesalahan yang fatal.
“Iya, tapi gua mau mandi dulu,” ucap Kinan melenggang pergi begitu saja.
Della menghela napasnya kasar ketika melihat punggung mungil Kinan sudah tidak terliaht lagi akibat pintu kamar mandi yang ditutupnya beberapa detik yang lalu. Kecurigaan Della semakin menjadi ketika gadis itu mencium aroma asing di tubuh sahabatnya. Seperti aroma rokok dan alkohol bercampur menjadi satu.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Kinan keluar juga dari kamar mandi. Awalnya jika Kinan tidak keluar dari kamar mandi dalam waktu tiga puluh menit, Della dengan tega hati akan mendobrak pintu itu sampai hancur. Namun, niat itu diurungkan ketika Kinan sudah keluar dari dalamnya dengan kondisi segar kembali.
“Nan ….”
“Sebentar ya Dell, gua mau ganti baju dulu.”
Mendengar ucapan Kinan itu, Della yang awalnya sudah berdiri kini terduduk kembali dengan perasaan kesal.
Tidak menunggu terlalu lama akhirnya Kinan keluar dari kamarnya dengan baju tidur motif polkadot yang melekat indah pada tubuh mungilnya.
Gadis itu berjalan kearah Della, namun matanya terarah pada sosok wanita yang selama ini merawat dan membesarkannya tengah tertidur di atas sofa kecil yang tidak terlihat nyaman di tubuhnya.
“Mah, bangun. Tidunya di kamar aja ya.” Kinan mengguncang pelan tubuh Zena hingga wanita itu terbangun dari tidur nyenyaknya.
“Kamu sudah pulang, nak?” tanya Zena dengan senyum cerash di wajahnya.
Della yang melihat perubahan drastis dari Zena hanya bisa tersenyum tipis. Lihatlah, betapa wanita itu menghawatirkan anak gadisnya yang seumur hidup baru pertama kalinya pulang selarut ini.
“Iya mah, Alhamdulillah Kinan udah pulang. Maaf ya mah pulangnya malam banget soalnya ada sesuatu yang harus Kinan selesaikan,” jelas Kinan.
“Mama seneng kamu pulang dengan selamat. Iya mama maklumin, tapi hanya kali ini aja kamu pulang selarut ini,” ucap Zena.
Kinan tersenyjm lalu mengangguk, “Iya mah, Kinan janji ini yang terakhir. Sekarang mama tidur di kamar aja ya, pasti badan mama sakit tidur di sifa kaya gini.”
Kinan beranjak dari duduknya lalu membantu Zena berdiri.
“Dell, gua anterin mama ke kamar dulu ya,” ucap Kinan dan mendapat anggukan kecil dari Della.
***
“Nan, lo bisa bohongin tente Zena, tapi lo nggak bhisa bohongin gua,” ucap Della yang sudah berada di dalam kamar Kinan sejak beberapa menit yang lalu.
Kinan menutup pintu kamarnya lalu menguncinya rapat-rapat setelah itu gadis itu duduk di atas kasur bersama dengan Della.
“Bohong apa lagi sih, Dell?” tanya Kinan pura-pura tidak mengetahui permasalahannya.
Della berdecih, “Lo kira gua percaya sama alasan lo itu?” tanya Della tersenyum mengejek. “Nggak Nan, lo diciptain buat nggak pandai berbohong,” lanjutnya.
Kinan menghela napasnya pelan lalu mengambil bantal yang berada di sebarangnya lalu ditaruh di depan perutnya. “Maaf Dell, bukannya gua ngusir lo nih ya, tapi gua capek banget pengen istirahat.”
Della menatap Kinan penuh kekecewaan. Della tidak habis pikir Kinan mengusirnya secara terang-terangan seperti ini.
“Lo ngusir gua? Ok! Gua bakalan pulang, percuma juga ngomong sama pembohong kaya lo!” ucap Della tajam lalu melenggang pergi dari kamar Kinan.
Setelah kepergian Della, Kinan duduk termenung di atas kasur miliknya. Matanya masih setia berkedip. Ada perasaan sesal telah mengusir Della yang secara suka rela sudah datang ke rumahnya, menemani mamanya saat sendiri sampai menunggu dirinya pulang kerja dan juga sudah memberikan alasan-alasan yang masuk di logika untuk menenagkan mamanya agar tidak terlalu khawatir kepadanya.
“Maafin gua Dell, gua nggak bermaksud ngusir lo. Gua takut lo bakalan mandang gua sebagai gadis rendahan,” gumam Kinan lirih.
***
Della masih setia berdiri di depan pintu kamar milik Kinan yang masih tertutup rapat, menunggu apakah Kinan akan mencegahnya pulang atau tidak. Namun, kenyataan pahit Della telan seorang diri, nampaknya Kinan memang tidak peduli dengannya dan tidak peduli dengan cuaca malam ini yang begitu dinginm dan Kinan juga tidak peduli bagaimana Della bisa pulang kerumahnya sendiri kalau tidak ada yang menemani.
Dengan sejuta kekesalan Della pikul seorang diri. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk pulang di tengah malam menyusuri gang sempit dengan penerangan minim.