Mulut Dua

1301 Words

“Kamu menangis?” tanya Ayu melihat mata Naomi sembab dan masih basah dengan air mata. Padahal Naomi sudah menghapusnya tadi dalam perjalanan. “Aku gak nangis kok,” dusta Naomi. Enggan untuk memberitahu. “Jangan berbohong! Aku sudah kenal lama sama kamu. Sini, kasih tau aku! Apa yang terjadi sebenarnya?” Ayu menutup pintu rumah. Merangkul lengan Naomi, membawanya duduk di sofa. “Gak ada apa-apa kok. Benar.” Naomi tersenyum untuk meyakinkan Ayu bahwa tidak terjadi apa-apa. Tapi tidak segampang itu untuk Ayu percaya. “Nao, kalau ada apa-apa, cerita ke aku! Kita ini sudah seperti kembaran beda ibu, apalagi yang kamu takutkan?” Kepala Naomi tertunduk, air mata itu kembali berjatuhan dari manik mata indah itu. Ucapan Samudra masih terngiang di pikirannya, membuat hatinya bernanah. Seketika

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD