SL. 26

2314 Words
Anastasia kini melangkah memasuki perusahaan temoat ia bekerja untuk selama 2 bulan kedepan, yaps waktu emang sangat cepat berlalu bahkan gadis tersebut seolah ingin mengakhiri pada hari itu juga, ia tidak mau mengurus kesibukan pernikahan Rekal dengn kekasihnya tersebut. Argghh! Bahkan membayangkan saja sudah membuatnya sesak, Anastasia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya memasuki lift. "Astaga!" seru Anastasia ketika ingin menekan tombol namun sepatu pantopel menghalang pintu lift untuk tertutup. Laki-laki dengan paras tampan denganstyle jass yang membuatnya gagah memasuki lift, tanpa pikir panjang Anastasia langsung menekan tombol lift tersebut. "Sore ini kita akan ke Bandung," kata Rekal yang membuat gadis tersebut melongo terkejut. Anastasia menyela, "Pergi pulang kan?" "Kebetulan akan nginep 2 hari disana," jawab Rekal yang membuat gadis tersebut jelas menyela, "Loh kok lu enggak bilang si dari jauh hari si." Dengan nada kesal. Laki-laki tersebut yang membelakangi gadis tersebut sontak membalikkan badannya dengan sorot mata yang datar, Anastasia yang melihat lantas menenelan salivanya dengan kasar. "Kenapa kamu jadi tidak sopan begini? Kalau kamu tidak mau ikut ya tidak apa-apa, tidak ada yang memaksa kamu!" kata Rekal dengan nada yang membuat Anastasia mengerutkan keningnya. Pintu lift terbuka membuat Rekal kini menyudahi tatapan elangnya tersebut, ia berjalan keluar dari lift meninggalkan Anastasia yang masih di landa kebingungan atas sikap atasannya tersebut. "Rekal kenapa si? Kayanya ada yang beda," gumam Anastasia yang akhirnya melangkah keluar dari lift. Gadis tersebut terdiam sejenak di depan pintu ruang kerjanya yang satu ruangan tersebut dengan Rekal, ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya melangkah masuk dan ia melihat Rekal sesang berada di kursi kerjanya dengan mata yang terus menyorot laptop kerjanya. "Saya minta maaf atas perkataan saya yang tidak sopan di lift tadi Pak," kata Anastasia ketika berada di depan meja atasannya tersebut. Rekal berdehem saja untuk meresponnya, Anastasia menatap dengan sorot mata yang tidak percaya namun ia memutuskan untuk tidak memperdulikan. "Intinya gue udah minta maaf," gumam Anastasia dengan kesal, ia mendaratkam tubuhnya di kursi kerjanya. Hingga waktu seiring berlalu keadaan ruang kwrja tersebut benar-benar hening hanya terdengar jari jemari yang menari di atas keyboard. Ketukan pintu membuat Rekal mendongak dan Anastasia menoleh ke arah pintu ruang kerja tersebut. "Masuk," kata Rekal. "Ada apa?" tanya Rekal to the point yang membuat Lery sang sekretaris terdiam sejenak, baru saja ingin menjawan suara lembut bertanya, "Halo baby, apa kamu rindu?" Wanita cantik masuk membuat Anastasia mengerutkan keningnya menoleh tanpa berkedip untuk mengetahui siapa itu. Rekal menatap datar wanita cantik. "Kamu boleh lanjutkan pekerjaan kamu Ry," ucap Rekal yang membuat Lery menunduk lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut. "Siapa lagi tuh cewek?" tanya Anastasia berbisik, pasalnya itu bukan Adela yang katanya akan menikah dengan Rekal. "Bukannya lu ada di luar negeri? Sudah balik?" tanya Rekal dengan sorot mata yang lekat ke arah wanita yang mulai melangkah mendekat ke arahnya. "Sudah, kalau belum mana mungkin gue ada di hadapan lu." Wanita tersebut sekilas melihat ke arah Anastasia yang sesekali meliriknya. "Dia siapa?" tanya Gena membuat Rekal menoleh ke arah Anastasia yang kini serasa sibuk dengan kerjaannya. "Asisten gue, jangan peduliin dia," jawab Rekal yang membuat Gena hanya manggut-manggut lalu melangkah dan kini duduk tepat di pangkuan laki-laki tersebut, Anastasia mendengar jawaban Rekal merasakan sesak yang menyelimuti dadanya. "Kenapa sekarang dia jadi laki-laki brengseekk!" batin Anastasia. Gena merangkul mesra leher laki-laki tersebut tanpa takut ia bahkan mencium mesra pipi Rekal, Anastasia mengepalkan tangannya hingga kini ia beranjak berdiri membuat kedua orang tersebut menoleh ke arahnya. "Ada apa Ana?" tanya Rekal to the point. Anastasia menunduk lalu berkata, "Mohon maaf Pak kalau lancang, namun menurut saya anda tidak pantas melakukan hal seperti itu di kantor." Gena mengerutkan keningnya menatap Anastasia dengan sangat lekat nan sengit. "Dia asisten baru kamu ya?" tanya Gena yang hanya mendapat anggukan kecil dari Rekal, "pantes," lanjut Gena. Rekal menatap lurus ke arah Anastasia, ia beranjak berdiri membuat Gena sontak merasa kesal. Laki-laki tersebut menghampiri asistennya tersebut dengan perlahan. "Kenapa? Kamu mau ngadu ke Adela? Atau kamu cemburu melihatnya?" tanya Rekal yang membuat Anastasia meremass celana bahannya. Nafas gadis tersebut memburu membuat Rekal menyeringai mendengarnya, ia bahkan memandang kekat gadis tersebut. "Kal, keluar yuk, aku kangen," kata Gena dengan manja yang kini mulai merangkul mesra lengan laki-laki tersebut. "Mohon maaf Nona, Pak Rekal akan ada jadwal meeting sebentar lagi, jadi tidak bisa keluar kantor untuk sekarang," jelas Anastasia yang menatap lurus ke arah wanita yang masih setia bergelendotan dengan Rekal. Laki-laki tersebut terdiam sejenak, pasalnya tidak ada jadwal meeting untuk hari itu, namun tanpa disadar ia tersenyum sangat tipis ketika tersadar bahwa Anastasia menahannya untuk tidak pergi. "Kal," kata Gena dengan manja membuat Rekal menyahut, "Nanti gue kabarin kalau ada waktu luang." Gena menatap cemberut saja. Wanita tersebut menghentakkan kakinya sebelum akhirnya melangkah keluar membuat Anastasia yang melihat jelas tersenyum miring penuh kemenangan, Rekal melihatnya dan bertanya, "Bukannya gue enggak ada jadwal untuk meeting hari ini?" "Emang," balas Anastasia yang kini kembali duduk dengan santainya membuat Rekal tersenyum penuh arti. "Terus kenapa lu bilang kalau gue ada meeting?" tanya Rekal. Anastasia mendongak menatap Rekal yang kini masih berada di depan meja kerjanya. "Sengaja, gue enggak suka nglihat perselingkuhan di depan mata gue," jelas Anastasia yang membuat Rekal terkekeh pelan yang membuat gadis tersebut mengernyitkan dahinya dengan sorot mata yang tidak suka. "Emang saya selingkuhin anda?" tanya Rekal dengan raut wajah datarnya. "Tidak, tapi sesama cewek kayanya kurang pantas ngebiarin cowok yang katanya mau menikah bermesraan dengan cewek lain," jelas Anastasia dengan sorot mata yang seolah tak ingin kalah. Rekal tertawa hambar membuat Anastasia semakin dalam mengerutkan keningnya. "Apa Mamah anda yang mengajari untuk ikut urusan orang lain?" tanya Rekal dengan nada dinginnya, Anastasia menatap sengit ketika mendengar pertanyaan tersebut. "Sorry, kenapa jadi bawa Mamah saya?" tanya Anastasia seolah tidak terima, laki-laki tersebut menatap lekat menelusuk ke arah Anastasia yang pupilnya bergetar seraya ingin menangis. "Apa kamu tidak memohon untuk saya memaafkan kejadian yang lalu?" tanya Rekal yang seolah keluar dari perdebatan mereka. Gadis tersebut tersenyum miring lalu berkata, "Waktu saya memohon sudah habis, sekarang sudah tidak ada lagi." Dengan nada yang tegas membuat Rekal terdiam sejenak dan terkejut. Anastasia berdiri lalu melangkah ingin keluar dari ruangan tersebut seraya untuk menenangkan perasaan yang hampir meledak. "Kenapa enggak sekalian saja kamu bawa tas kamu dan enggak usah datang lagi kesini," cetus Rekal dengan sarkas yang membuat gadis tersebut terdiam lalu membalikkan badan. "Kamu mau kemana?" tanya Rekal dengan kelagapan. "Bukannya anda ngusir saya? Jadi saya turuti tanpa berdebat," jawab Anastasia yang kini mengambil tas-nya dan handphoennya. "Selangkah kamu keluar dari ruangan ini berarti kamu siap untuk membayar denda kontrak kita yang masih ada 2 bulan," ujar Rekal dengan nada serius. Anastasia menatap menantang lalu menyahut, "Gue pastiin gue akan bayar sekalipun harus jual motor!" Dengan nada tegas yang membuat Rekal terkejut, ia lalu melangkah menuju pintu ruangan tersebut. "ANASTASIAl BERHENTI! SAYA TIDAK AKAN MEMAAFKAN WANITA ITU JIKA KAMU SEPERTI INI!" seru Rekal dengan lantang membuat Anastasia yang kini sudah memegang gagang pintu kaca tersebut. Anastasia menjawab, "Lalu apa anda akan saya maafkan setelah ini? Luka yang ada di hati anda mungkin memang dalam, namun apa anda tahu seberapa dalam luka yang saya lewati ketika orang yang anda sebut 'wanita itu' tidak ada lagi disamping saya, apa anda tahu bagaimana mengabari anda dengan susah payah, apa anda tidak tahu berapa kali saya menyerah dalam hidup sejak kepergiannya? Apa anda tahu semua rasa sakit itu." Dadanya sesak setelah berkata seperti itu, air matanya benar-benar tidak bisa tertahan lagi, gadis tersebut keluar meninggalkan Rekal yang terdiam membeku. Anastsia melangkah dengan sangat cepat, ia memasuki lift ketika sudah terbuka, ia terduduk lemas di dalam lift. Ia menelepon seseorang. "Halo Ri," ucap Anastasia dengan nada yang diiringi tangisan. "Lu dimana?" "Di kantor," jawab Anastasia. "Gue otw, jangan kemana-mana." Anastasia langsung mematikan teleponnya secara sepihak membuat Ari yang memang sedang berada di jalan kini berbalik arah menuju kantor Anastasia. "Kalau ini karena lu Kal, gue bakal habisin lu tanpa ampun!" seru Ari yang kini meremas setirnya lalu menancapkan gass dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang lenggang. "Mah, maafin Ana," ucap Anastasia sambil memejamkan matanya, air matanya jelas terus mengalir. Hingga dimana pintu lift terbuka, ia beranjak berdiri lalu keluar sambil menyeka air matanya. Semua karyawan yang berpapasan dengan gadis tersebut jelas mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya. "Dia di pecat?" "Kenapa dia kok nangis? Apa jangan-jangan di pecat lagi." Anastasia keluar dari perusahaan tersebut lalu melangkah di depan perusahaan tersebut untuk menunggu Ari yang menjemputnya. Sedangkan di sisi lain Rekal keluar dari lift lalu berlari menuju parkiran motor para karyawannya dengan nafas yang tersenggal, ia melihat motor sport gadis tersebut masih terparkir. "Dia kemana?" tanya Rekal sambil menatap lurus motor tersebut. Rekal mengatur nafasnya perlahan, namun seketika ia tersadar dan langsung berlari menuju depan perusahaannya. "Ana!" seru Rekal ketika melihat gadis tersebut memasuki mobil yang jelas ia tahu siapa dibaliknya. "Anastasia, tunggu!" seru Rekal sambil berlari mengejar mobil tersebut, para karyawan yang melihatnya jelas menatap satu sama lain. Hingga nafasnya seolah sudah diujung, ia berhenti mengejar mobil tersebut yang semakin jauh dari pandangannya. "AARRGGHHH! SHITTT!!!" seru Rekal dengan kesal dengan dirinya sendiri. Ari menatap sendu sekila gadis yang kini terdiam seolah menahan kesedihannya. "Nanti saja, bukannya sudah biasa lu nangis depan gue? Jadi jangan malu samapi lu tahan," kata Ari yang membuat Anastasia menoleh terdiam lalu sedetik kemudian air matanya turun deras kembali, ia seg-segkan seolah itu tangisan yang menyesakkan. "Dia buat ulah apa?" tanya Ari. Anastasia menyeka air matanya perlahan walau itu masih terus nenerus turun. "Dia bahas nyokap, dan kejadian lalu," jawab Anastasia. "Brengsekk!" seru Ari dengan kesal. "Gue jelasin semua rasa sakit yang gue alamin, gue ceritain luka yang dia enggak tahu, gue lega ungkapin semuanya tapi sesak banget," jelas Anastasia yang membuat Ari kini mengelus pelan pucuk rambut gadis disebelahnya. "Lu mau kemana buat tenangin semuanya? Makan es krim atau mau makan apa?" tanya Ari membuat Anastasia mengerucutkan bibirnya, entah kenapa air matanya tak mau berhenti. Ari mengernyitkan dahinya lalu bertanya, "Loh kok makin nangis si, kenapa Na?" "Kenapa gue enggak bisa jatuh hati sama cowok sebaik lu si Ri! Kenapa gue harus jatuh hati sama diaa lagi! Tuhan enggak adil banget, ngirimin lu cuman buat gue jadiin temen," ungkap Anastasia yang membuat Ari sontak terkekeh mendengarnya. Ari menyela, "Kalau lu juga jatuh hati sama gue, berarti yang di posisi gue sekarang adalah Rekal bukan gue." Sambil tertawa pelan membuat Anastasia menatap cemberut ke arah laki-laki yang kini kembali fokus menyetir mobilnya. "Ish lu mah malah bercanda!" seru Anastasia yang memukul pelan lengan Ari. "Lu mau ketemu Heni sama Mila?" tanya Ari menbuat Anastasia hanya menggelengkan kepalanya pelan membuat Ari mengerutkan keningnya bingung. "Lah kenapa? Siapa tahu lu sama mereka lebih plong," cetus Ari Anastasia menghela nafasnya dengan gusar lalu memposisilan dirinya bersandar dikursi mobil. "Iya si, cuman lu tahukan mereka amukannya gimana terlebih Heni. Nanti yang ada mereka malah berantem sama Riki dan Bimo," jelas Anastasia membuat Ari hanya manggut-manggut saja. Sedangkan di sisi lain Rekal kini melajukan mobilnya kelaur dari perusahaannya membuat karyawannya jelas dirundung kebingungan atas sikap atasannya tersebut, Rekal melaju sambil menelepon gadis yang tak kunjung mengangkat teleponnya. "Angkat Na," lirih Rekal. Di bawah langit sore yang teduh, Ari membawa Anastasia ke taman yang ada danaunya agar ia sedikit tenang. "Angkat saja kalau emang mau angkat Na," kata Ari ketika meliha telepon gadis tersebut terus berdering, Anastasia membalikan ponselnya lalu memasang mode silent. Anastasia menjawab, "Gue lagi enggak mau debat sama dia." "Nih minum," kata Ari sambil memberikan sebotol minuman berasa yamg menyegarkan, Anastasia tersenyum tipis lalu mengambil minuman tersebut. "Thanx," balas Anastasia. Rekal melaju hingga kini berada didepan kosan Anastasia, namun gadis tersebut tidak ada, nihil yang ia temukan. Laki-laki tersebut menunduk ke setir mobilnya, ia memejamkan matanya seolah merasa bersalah atas menbahas masa lalu. Dering telepon membuat ia terkejut lalu langsung melihat siapa yang meneleponnya, harapannya jelas musnah ketika Riki yang menelepon bukan Anastasia. "Ada apa?" tanya Rekal dengan lesu, ia memposisikan dirinya bersandar. "Lu kenapa? Ada masalah?" Rekal menghembuskan nafasnya perlahan sebelum menjawab, "Ada apa telepon." "Gue sama Bimo sudah sampai di cafe` biasa." Rekal terdiam sejenak, ia memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya perlahan. "Jangan bilang lu lupa buat kumpul!" "Otw," balas Rekal yang lalu mematikan teleponnya secara sepihak membuat Riki mengerutkan keningnya menatap layar ponselnya. "Kenapa Ki?" tanya Bimo dengan penasaran sambil mengambil rokok sebatang untuk ia hisap. Riki menghendiklan bahunya lalu berkata, "Kayanya lagi ada masalah doi, lesu banget." Bimo mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan sahabatnya Hingga waktu semakin berlalu, teduhnya langit seru kini seolah bergeser digantikan dengan gelapnya malam. Ari mengantarkan Anastasia hingga berada di depan kosannya, gadis tersebut melepas seatbelt-nya lalu keluar dari mobil Ari. "Ri, thanx ya," kata Anastasia. "Motor lu besok gue aja yang jemput," ujar Ari. Anastasia menyela, "Enggak usah, biar gue saja yang ambil." "Gue temanin," balas Ari yang kekeuh. "Ri, enggak usah. Kalau lu teman gue tolong dengerin gue, biar gue saja," ujar Anastasia dengan yakin membuat Ari menghela nafasnya lalu membalas, "Oke baik Nona Anastasia." Gadis tersebut sontak hanya tertawa pelan. "Lu hati-hati ya," kata Anastasia yang diangguki oleh Ari. Gadis tersebut melangkahkan kakinya masuk ke gerbang kosan yang ia tempati, ia berjalan menaiki anak tangga hingga berada di depan kamar kosnya. "Baru pulang Na?" tanya Gendis - anak kos yang kamarnya berhadapan dengannya. Anastasia menoleh lalu menjawab, "Iya Ndis." "Oh iya tadi ada yang nyariin lu," kata Gendis yang membuat Anastasia sontak mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Siapa? Kang paket?" Sambil tertawa pelan. Gendis ikut tertawa pelan sebelum akhirnya membalas, "Mana ada kang paket paket jass terus bawa mobil." Anastasia menghentikan tawanya lalu mengernyitkan dahinya menatap teman kos-nya tersebut. "Jass? Bermobil?" tanya Anastasia meyakinkan, Gendis mengangguk dengan yakin untuk menjawabnya. "Ituloh Na cowok yang pernah jemput kamu waktu itu, yang motor kamu bannya bocor," kata Dera yang mengetahui cowok yang mencari Anastasia. Anastasia terdiam sejenak sebelum bergumam, "Siapa? Rekal? Mana mungkin dia kesini nyari gue." Hingga ia tersadar lalu berkata, "Makasih ya infonya, gue masuk duluan." Dera dan Gendis hanya mengangguk saja, gadis tersebut lalu melangkah masuk ke kamar kosnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD