SL. 25

1130 Words
Semakin hari mereka berdua kembali dibuat canggung atas kejadian yang lalu, atas pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki tersebut. Rekal jelas gelisah terlebih Anastasia kini sering kali dijemput oleh Ari yang sepertinya sengaja membuatnya terbakar api cemburu. "Lu kenapa Kal?" tanya Riki yang kini mendaratkan tubuhnya di kursi tepat dihadapan sahabatnya. "Lu kapan datangnya?" tanya Rekal yang kini tersadar akan kehadiran kedua sahabatnya yang kini saling menatap satu sama lain. "Lu lagi lamunin apa si? Proyek?" tanya Bimo. Riki menyela, "Atau ngelamunin Anastasia." Laki-laki tersebut sontak menoleh ke arah sahabatnya yang menaikkan kedua alisnya seraya menggoda. Rekal terdiam sejenak lalu mengambil minuman untuk ia seruput. "Gue mau beli saham perusahaan AR Group," kata Rekal yang kini bersandar di kursi setelah meletaklan kembali minumannya, Riki dan Bimo sontak terkejut atas perkataan tiba-tiba sahabatnya. "Lu tahu kan Kal, perusahaan lu sama dia lagi kerjasama bukan musuh," ujar Riki seraya memperingati, Rekal hanya menatap datar saja ketika mendengarnya. "Terus apa masalahnya?" tanya Rekal. Bimo menggelengkan kepalanya pelan menatap remeh ke arah sahabatnya. "Kalau niat lu mau nghancurin Ari jangan nekat, gue tahu lu kesal karena Ari dekat sama Anastasia kan?" tanya Bimo yang kini menatap seraya menelusuk meminta jawaban yang tepat, Riki sontak menatap dalam menunggu jawaban Rekal. Laki-laki tersebut terdiam lalu menghela nafasnya dengan gusar. "Gue enggak suka lihat mereka dekat!" seru Rekal yang membuat kedua sahabatnya menoleh satu sama lain lalu tertawa pelan membuat Rekal mengernyitkan dahinya bertanya, "Apa yang lucu?" Dengan nada sarkasnya. "Lu yang lucu," ujar Riki dengan raut wajah seriusnya kini, Rekal jelas menatap bingung sahabatnya, "lu siapanya Ana? Bukannya lu yang mulai duluan drama sama sepupu lu sendiri," lanjut Riki. Wanita cantik dengan baju yang jelas tidak terlihat murah memasuk area restauran, semua pengunjung jelas menatapnya ketika mengetahui siapa wanita tersebut. "Del," teriak Bimo sambil melambaikan tangannya, yaps itu Adela artis ibukota yang cantik nan terkenal. Adela tersenyum manis lalu melepas kacamata hitamnya. "Sibuk banget si mbaknya sampai baru bisa ngobrol santai hari ini," kata Riki yang membuat Adela terkekeh pelan, ia lalu duduk tepat di antara ketiga laki-laki tersebut, banyak para pengunjung yang sontak memfoto keberadaan mereka terlebih yang mereka semua tahu Adela dan Rekal akan menikah. "Sorry," ucap Adela dengan raut wajah manisnya, Riki dan Bimo hanya manggut-manggut saja. Wanita cantik tersebut menoleh ke arah Rekal yang terdiam dengan eaut wajah datarnya saja. "Kenapa nih orang?" tanya Adela. "Biasa Del, galau tingkat dewa gara-gara masalalunya makin lengket sama musuh sekolahnya dulu," jelas Riki yang membuat Adela hanya manggut-manggut saja. "Oh si Anastasai itu, asistennya dia kan? Ceweo yang waktu itu ketemu di Puncak?" tanya Adela. Bimo menjawab, "Yaps benar sekali. Cewek yang mau dibuat panas malah sepupu lu sendiri tuh yang kepanasan." "Emang tuh cewek enggak mau balik sama lu Kal?" tanya Adela dengan sorot mata yang serius, Rekal menoleh saja ke arah wanita cantik tersebut. "Nyataiin cinta lagi aja belom Del, gimana mau tahu jawabannya," sela Riki yang membuat Adela sontak terkejut mendengarnya. Rekal menyela, "Belum waktunya." "Gue udah enggak mau akting lagi ya, astaga lu tahu banyak yang restuin hubungan kita," ucap Adela dengan kesal, kalau bukan karena Rekal adalah abang sepupunya tidak akan ia terlibat dalam drama yang di buat oleh Rekal. Riki dan Bimo tertawa pelan mendengarnya, yaps kedua laki-laki tersebut tahu kebenarannya. "Mana berita lu dimana-mana, sepupu lu emang terlalu berani buat masalah," kata Riki. Adela menyela, "Kehiduapan gue sudah pusing, ditambah punya abang sepupu kaya dia. Ampun." "Nanti gue transfer uang jajan," balas Rekal yang membuat Adela kini memasang raut wajah membinar, Riki dan Bimo yang melihat hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Hilih kalau uang jajan aja gercep banget tuh mata," cetus Bimo. Riki bertanya, "Terus kapan lu selesaiin kegaduhan ini?" Rekal menghela nafasnya menatap ke arah ketiga orang tersebut dengan sorot mata yang sendu. "Kemarin gue habis negor Ari," ucap Rekal tiba-tiba yang membuat mereka bertiga kini menatap satu sama lain lalu mendekatkan wajahnya menatap laki-laki yang kini terdiam sejenak. Bimo berkata, "Jangan bilang lu nyuruh dia ngejahuin Ana." "Enggak mungkin si, itu perkataan yang gilaa si kalau lu ngomong gitu," kata Adela yang diangguki oleh Riki seraya setuju, laki-laki tersebut terdiam sejenak menatap lalu menunduk. Riki melotot tidak percaya lalu mencetus, "Kal! Ah serius lu nyuruh Ari jauhin dia?" Rekal mendongak lalu mengangguk membuat ketiga orang tersebut melotot tidak percaya. "Wah lu gilaa benar Kal!" seru Adela dengan kesal, bisa-bisanya abang sepupunya melakukan hal gilaa seperti itu. "Emang gue salah?" tanya Rekal dengan raut wajah yang tidak berdosa tersebut. Adela menatap tidak percaya lalu bersandar di kursi yang ia duduki. "Lu sadar enggak? Media tahunya lu tuh mau nikah sama Adela, dan Ari pasti tahu soal itu," kata Riki. Laki-laki tersebut mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Terus kenapa?" Bimo menyela, "Kal lu sebenarnya lulusan terbaik di Universitas lu bukan si? Kok gue jadi meragukan kebenarannya ya." "Wibawa lu turun banget asli karena kebodohan lu ini," cetus Riki yang membuat Rekal kini menatap dengan sorot mata yang datar. "Sudah sudah biarin saja dia dengan kebodohannya, gue mau pesan makanan aja dibanding harus berdebat sama ngjelasin," kata Adela yang kini mulai mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan restauran tersebut. Mereka menikmati makanan yang telah pesan sambil sesekali berbincang, bercanda dan tertawa bersama namun Rekal terdiam saja seolah tidak ada semangat, menanggapi canda hanya sekedarnya saja. "Apa yang di alami Anastasi selama gue enggak ada disini?" tanya Rekal tiba-tiba yang membuat kedua sahabatnya jelas tersedak mendengarnya. "Lu berdua kenapa kompak banget kesedaknya," cetus Adela, Riki dan Bimo terdiam saling menatap satu sama lain membuat Rekal kini membenarkan posisi duduknya dengan tegap seolah ia mencurigai sesuatu. "Lu berdua sembunyiin apa selama ini sama gue?" tanya Rekal dengan nada serius. Adela yang sedang menikmati makanannya jelas terdiam mendengar nada serius yang di lontarkan sepupunya tersebut. "Apa yang gue enggak ketahuin dari kehidupan Ana selama gue diluar?" tanya Rekal dengn sorot mata yang sengit. "Lu kenapa tiba-tiba nanya gini?" tanya Riki seraya mengalihkan. Bimo menyela, "Kenapa seolah-olah lu ngira kita tahu atas Anastasia." "Kenapa lu enggak nanya langsung sama orangnya?" tanya Riki dengan sorot mata menelusuk, Rekal terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sudah, tapi dia bungkam. Dia bilang gue enggak perlu tahu apapun." Kedua laki-laki tersebut menyimak hingga akhirnya menyenderkan tubuhnya setelah mendengar. Riki berkata, "Anastasia saja enggak ngijinin lu buat nerobos lagi Kal." "Apa selama ini Ari yang temanin Ana?" tanya Rekal dengan sorot mata yang seolah meminta jawaban dari kedua sahabatnya. Bimo menjawab, "Selama yang gue lihat iiya, cuman Ari cowok yang dekat dengan Ana." Laki-laki tersebut mengepalkan tangannya, matanya memerah seraya menahan amarah karena tidak suka mendengarnya. "Ari bilang gue enggak tahu apa-apa soal Ana." "Pada nyatanya emang iya Kal, sejak kelulusan sekolah lu sama Ana enggak pernag contac lagi, bahkan lu ganti nomor, sosial media juga di hilangkan. Jadi menurut gue wajar kalau Ari bilang gitu," jelas Riki yang membuat Rekal terdiam mendengarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD