SL. 27

2207 Words
Rekal berada disebuah klub malam yang penuh kebisingan musk yang beralun mengikuti DJ, semua orang menari seraya melepas penat yang ada dikepala. Laki-laki tersebut berjalan ditengah puluhan orang yang sedang asik menikmati musik sambil memegang gelas berisis alkohol yang mereka nikmati. Dentuman musik santer terdengar namun Rekal merasa sepi, hingga ia mendaratkan tubuhnya di bangku setengah melingkar dengan meja bulat ditengah. Laki-laki tersebut memesan minuman beralkohol yang mungkin baru ia rasakan kembali setelah ia tidak pernah menyentuh minuman tersebut. Gelas demi gelas ia tengguk hingga tak tahu berapa banyak yang ia minum, hingga ia menelepon seseorang. Sedangkan di sisi lain, Anastasia yang merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menonton drama untuk helaingnya sejenak disaat kepenatan yang ia rasa, dering telepon membuatnya jelas mempause drama tersebut. "Siapa si ish!" seru Anastasia dengan kesal, ia mengambil handphonenya dan melihat siapa yang meneleponnya. "Ngapain lagi si nih orang telepon!" seru Anastasia ketika melihat Rekal meneleponnya, namun ia tetap harus menerima teleponnya walau dengan rasa malas dan jengah. "Halo, kenapa? Ada urusan apalagi?" tanya Anastasia bertubi-tubi, namun ia mengerutkan keningnya ketika mendengarnya suara bising dari telepon tersebut. "Lu lagi dimana si? Berisik banget," cetus Anastasia, namun hanya suara tawa kecil dengan dentuman musik yang saling beradu yang ia dengar. Anastasia melihat ke layar ponselnya sambil mengernyitkan dahinya. "Kal, kalau enggak mau ngomomg gue matiin teleponnya!" seru Anastasia. "Boleh gue peluk lu?" Gadis tersebut terdiam mendengarnya, belum sempat menjawab suara kegaduhan terdengar terlebih Rekal terlihat sangat emosi dari suaranya. Telepon mati secara tiba-tiba membuat Anastasia terdiam dengan kekhawatiran. "Gue harus telepon Riki," gumam Anastasia. Gadis tersebut langsung mencari contac dengan nama Riki lalu meneleponnya tanpa pikir panjang. "Ki, lu dimana?" tanya Anastasia dengan ceoat membuat Riki sontak mengerutkan keningnya. "Siapa sayang?" Suara tersebut terdengar jelas sangat amat familiar di telinga Anastasia. "Anastasia." "Ki lu lagi sama Mila?" tanya Anastasia. "Iya Na, kenapa?" "Rekal tadi telepon gue, kayanya dia lagi di club soalnya bising banget sama musik," jelas Anastasia. "Haha ya biarin, dia udah biasa kok tenangin diri kaya gitu." Anastasia terdiam sejenak mendengarnya sebelum membalas, "Kayanya dia juga ribut Ki, teleponnya tiba-tiba mati pas gue denger dia caci maki orang." Riki yang sedang menikmati cemilannya sontak terkejut. "Serius lu?! Okeh, gue otw sama Bimo." Riki lalu mematikan teleponnya secara sepihak membuat Anastasia kini terdiam memandang ponselnya, ia berusaha menelepon Rekal kembali namun nomornya secara tiba-tiba tidak aktif. "Sejak kapan Rekal nenangin diri dengan alkohol?" tanya Anastasia dengan bingung. Sedangkan di sisi lain Riki yang memang sedang makan malam bersama Bimo dan Heni jelas menghela nafasnya membuat ketiga orang yang ada disana menatap dengan penuh tanda tanya. "Kenapa Ki?" tanya Heni penasaran. "Bim, kita harus ke club. Rekal kayanya lagi ada masalah disana," kata Riki yang membuat Bimo sontak terkejut mendengarnya, namun baru ingin beranjak berdiri kedua laki-laki tersebut menatap ke arah pasangan mereka masing-masing. Mila berkata, "Kita enggak papa, kalian ke Rekal saja dulu." "Iya kita mah santai, Rekal kayanya benar-benar lagi ada masalah," balas Heni dengan senyuman manis, kedua laki-laki tersebut saling menatap satu sama lain lalu mengangguk. "Minggu depan aku janji enggak akan ada yang ganggu kita," ucap Riki lalu mengecup singkat pucuk rambut wanitanya. Kedua laki-laki tersebut langsung melangkahkan kakinya menuju parkiran, ia memutuskan untuk memakai mobil Riki saja setelah kunci mobil Bimo diberikan kepada Heni. "Dia kenapa lagi si Ki?" tanya Bimo dengan nafas yang memburu tidak sabaran. Riki hanya menghendikkan bahunya lu menjawab, "Bim sebaiknya kita jemput Ana." Ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil lalu memakai seatbelt-nya masing-masing. "Lu serius?" Bimo dengan sorot mata yang keheranan tidak percaya. "Gue yakin cuman Ana yang bisa tenangin disaat Rekal kalap," jawab Riki yang kini mulai menancapkan gass keluar dari area restauran tersebut. 15 menit kemudian, Riki telah sampai di depan kosan Anastasia ia langsung menelepon gadis tersebut tanpa pikir panjang lagi. "Na, gue di depan kosan lu nih," kata Riki. "Hah? Ngapain anjir, bukannya jemput Rekal malah kesini." "Gue tunggu, kita jemput Rekal bareng," ujar Riki yang langsung mematikan teleponnya secara sepihak, sedangkan disisi lain Anastasia jelas mengerutkan keningnya dengan bingung namun tanpa berpikir lama ia memakai hoodienya karena kebetulan cuaca dingin karena habis hujan. Anastasia perlahan keluar dari kamar kosnya lalu turun menuju gerbang kosnya menemui Riki. Bunyi klakson membuat Anastasia langsung berjalan kecil menuju mobil tersebut, ia langsung masuk dan bertanya, "Lu berdua ngapain ngajak gue?" Dengan nada bingungnya. "Gue sama Riki enggak mungkin bisa tenangin dia berdua doang," jelas Bimo yang membuat Anastasia terdiam sejenak dengan sorot mata yang membingungkan, gadis tersebut bersandar di bangku mobil. "Sorry ganggu waktu istirahat lu ya Na," kata Riki sambil melihat gadis tersebut melalui kaca tengah. "Enggak papa Ki, santai saja. Lagipula kan lu berdua katanya enggak bisa nanganin kalau berdua doang," cetus Anastasia yang membuat kedua laki-laki tersebut saling menatap satu sama lain lalu mengangguk pelan. Riki kembali fokus menyetor agar cepat sampai di club yang biasa disambangi oleh Rekal, setelah menempuh perjalanan sekitaran 30 menit kurang Riki langsung saja memasuki area parkiran club tersebut sang langsung memarkirkan mobilnya. Ketiga orang tersebut langsung beranjak turun dari mobil dan melangkahkan kaki masuk ke club tersebut dengan mudah karena Riki menunjukkan entah apa itu. "Jangan bilang lu sering kesini?" tanya Anastasia. "Ini club salah satu punya invstasi gue Na, jadi jangan heran kalau lu ketemu gue disini," jawab Riki, Anastasia hanya manggut-manggut saja. Keadaan di dalam club tersebut benar-benar keos, musik berhenti tiba-tiba dan semua pengunjung hanya memperhatikan satu titik. "Kayanya dia disana," kata Bimo membuat mereka langsung berjalan membelah jalan yang penuh dengan orang. Bimo berteriak, "REKAL!" Dengan sangat lantang ketika mereka bertiga menyaksikan Rekal membabi buta memukul beberapa laki-laki yang sudah kalap. Anastasia jelas terkejut, ia sering kali melihat Rekal berantem sewaktu sekolah namun itu dulu kejadian beberapa tahun lalu dan ia baru menyaksikan kembali laki-laki tersebut kalap. Gadis tersebut perlahan menghampiri Rekal dengan sorot mata yang ketakutan. "Kal! Stop!" seru Anastasia ketika melihat Rekal ingin memukul kembali orang yang sudah tidak berdaya. Rekal mendongak dengab raut wajah yang penuh lebam dan luka, ia melihat ke arah Anastasia dengan nafas yamg memburu, sorot mata yang tajam kini mulai teduh. "Enggak, ini bukan lu. Jangan ngelakuin hal kaya gini lagi Kal, mereka sudah tidak berdaya," kata Anastasia dengan sangat lembut. "Lu benar Anastasia?" tanya Rekal dengan sorot mata yang kini berubah membinar, ia menangkup wajah Anastasia dengan kedua tangannya. "Ini gue Anastasia," jawab Anastasia. Rekal lalu melotot tajam ia menjauh dari gadis tersebut yang membuat Anastasia dibuat bingung. "Enggak lu bukan Anastasia, dia sudah benci gue enggak mungkin ada dihadapan gue sekarang," kata Rekal dengan lantang. "Sebaiknya kita bawa Rekal ke apartemennya," kata Riki yang di angguki oleh Bimo, mereka berdua kini perlahan membopong Rekal yang mulai tak sadarkan diri. "Anjirt nih orang minum berapa banyak," cetus Bimo ketika mencium sangat bau alkohol yang menyengat dari mulut Rekal. Anastasia beranjak berdiri mengikuti Riki dan Bimo yang membopong Rekal yang merancu, "Gue lihat Anastasia tadi, sekarang dia kemana? Hahaha benarkan itu cuman khayalan gue doang." Membuat Riki dan Bimo saling menatap lalu menggelengkan kepalanya pelan. Gadis tersebut yang mendengar jelas terdiam saja menatap punggung laki-laki yang sedang dibopong tersebut. "Lu di depan saja, biar gue dibelakang sama nih orang," kata Bimo yang membuat Anastasia terdiam sejenak, soort matanya menatap lekat ke arah Rekal yang kini menatapnya dengan sendu walau dalam keadaan setengah sadar. Riki kembali menyetir dengan fokus, ia menuju apartemen sahabatnya tersebut. Anastasai sering kali melihat ke aeah kaca tengah mobil untuk melihat keadaan Rekal yang kini mulai memejamkan matanya namun mulutnya masih sana merancu, "Na, maafin gue. Gue sayang sama lu Na. Jangan tinggalin gue." Anastasia yang mendengar terdiam terpaku. "Jangan di pikirin Na, orang mabukkan emang ngomongnya suka ngaco," kata Riki seolah untuk tidak membuat suasana canggung. Rekal kini memposisikan dirinta berada di tengah-tengah yang membuat Riki sedikit terkejut. "Siapa bilang gue ngaco! Asal lu tahu, gue enggak bisa lupain dia sampai saat ini, kenapa harus bajingaan Ari yang ada didekat dia saat ini," rancu Rekal yang kini perlahan ia mulai terlihat sangat lelah, ia menyenderkan tubuhnya di bangku mobil. "Sudah lu jangan bacot mulu," kata Bimo yang hanya ditatap datar saja oleh sahabatnya. 15 menit kemudian Riki memasuki area apartemenndan langsung menuju parkiran lantai 5 tepat dimana apartemen Rekal berada. Mereka keluar lalu melangkahkan kakinya keluar dari mobil dan menuju kamar apartemen. "Lu tahu paswordnya enggak?" tanya Anastasia. Riki dan Bimo bungkam membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya dengan heran. "Lah diam, jangan bilang lu pada enggak tahu?" tanya Anastasia yang menatap dengan sorot mata keheranan. "Sini biar gue aja," kata Rekal yang kini mulai berjalan ke arah pintu apartemennya, Anastasia hanya memperhatikan saja ketika Rekal mulai menekan angka yang jelas ia ketahaui. "Ulangtahun Ana," gumam Rekal yang kini mulai membuka pintu apartemennya, ia melangkah dengan sempoyongan. Riki dan Bimo hanya menghela nafasnya saja lalu masuk ke apartemen sahabatnya tersebut. "Dimana si kamar gue?" tanya Rekal yang mulai berjalan mengelilingi apartemennya. "Bocah ya mabok gini amat," cetus Bimo. Riki mulai membopong kembali Rekal dan membawanya ke kamar tidurnya, Rekal langsung merebahkan tubuhnya di kasur king size yang empuk dan nyaman. "Dia sering kaya gini?" tanya Anastasia sambil menatap Rekal yang kini mulai memejamkan matanya. "Ah! Bilangin ama Ana, gue enggak pecat dia!" seru Rekal dengan cengiran khasnya lalu ia kembali merebahkan tubuhnya dengan mata yang terpejam. "Tapi enggak separah ini," balas Riki yang membuat gadis tersebut terdiam sejenak menatap lekat Rekal. Bimo berkata, "Na sebaiknya lu kita antar pulang, biar nanti gue suruh orang buat jaga Rekal." "Kalian berdua?" tanya Anastasia. "Heni dan Mila masih nungguin kita di restauran," kata Bimo, gadis tersebut terdiam sejenak ia menatap ke arah Rekal yang masih tidur dengan sesekali berbicara rancu. Anastasia menatap ke arah kedua laki-laki tersebut lalu menjawab, "Biar gue temanin dia." Riki dan Bimo menatao tidak percaya ke arah gadis di hadapannya. "Jangan berpikir yang aneh-aneh, gue kasihan saja enggak ada yang rawat, kalau dia kenapa-napa gimana? Apalagi dia mabuk parah," jelas Anastasia biar tidak terjadi kesalahpahaman. Bimo menyela, "Lu serius Na?" Gadis tersebut terdiam sejenak lalu menatap ke arah Rekal yang mulai menggelesor kesana kemarih. Anastasia berkata, "Iya, kalian berdua udah sana temuin Heni dan Mila, bilang gue disini dan jangan ngomel." "Yaudah, gue titip Rekal ya Na," kata Riki. "Kalau ada apa-apa hubungin kita," ujar Bimo yang membuat Anastasia mengangguk pelan lalu melangkahkan kakinya untuk mengantarkan mereka berdua keluar apartemen tersebut. Anastasia kembali masuk ke apartemen tersebut setelah melihat kedua sahabat Rekal pergi dari pandangannya, ia melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minuman lalu kembali ke kamar tidur laki-laki tersebut. Hingga dimana Rekal memposisikan dirinya terduduk di pinggir kasur. "Mau apa Kal?" tanya Anastasia dengan lembut. Rekal tak menggubris, laki-laki tersebut berjalan ke arah kamar mandi dengan terburu-buru membuat Anastasia terdiam sejenak namun beberapa detik kemudian ia menghampiri ketika mendengar suara luapan muntahan. "Rekal!" seru Anastasia yang mulai melangkah menghampiri laki-laki tersebut. "Kenapa khayalan gue kaya nyata banget," rancu Rekal sambil melihat ke arah Anastasia yang kini mulai memijat tengkuk lehernya. "Besok-besok jangan kaya gini lagi, lebih baik teriak kalau ada masalah," kata Anastasia dengab lembut. Gadis tersebut membopong Rekal dengan perlahan, laki-laki tersebut jelas masih dibawah pengaruh minuman alkohol, ia merebahkan Rekal kembali di atas tempat tidurnya. Anastasia melangkahkan kakinya ke lemari untyk mengganti pakaian Rekal yang terkena muntahannya sedikit. "Ganti baju dulu Kal, baju lu kotor," kata Anastasia namun Rekal malah memeluk guling dengan erat. Anastasia menghela nafasnya dengan gusar, ia berusaha untuk memposisikan Rekal agar mudah ia mengganti bajunya. "Ish sini dulu," kata Anastasia dengan bersusah payah. Hingga dimana Rekal kini berhasil memposisikan dirinya telentang, namun tanpa disangka tangan Rekal meraih pinggang Anastasia hingga membuat gadis tersebut kini terjatuh di tubuh bidang Rekal. "Kal," kata Anastasia berusaha melepasnya. "Ssstt guling diam saja," ucap Rekal yang rancu, Anastasia menghela nafasnay gusar lalu memaksa lepas hingga akhirnya berhasil, ia bersusah payah kini mengganti baju Rekal. "Kalau gue videoin, lu bakal malu banget pasti," kata Anastasia. Rekal tertidur kembali membuat Anastasia kini menggelengkan kepalanya pelan, gadis tersebut kini melangkahkan kakinya ke arah sofa yang berada di kamar tersebut. "Selamat tidur Kal," ucao Anastasia dengan senyum getirnya. Gadis tersebut merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk, ia berjaga jika nanti Rekal membutuhkan sesuatu, ia tahu rasanya mabuk parah seperti apa makanya ia menjaga laki-laki tersebut. Hingga malam semakin larut, Anastasia terbangun perlahan karena mendengar suara Rekal yang memanggil namanya dengan tangisan. "Ana! Aku enggak mau kehilangan kamu Na." "Ana!" "Ana!" "Maafin aku Na!" Anastasia bergegas langsung menghampiri Rekal dan duduk tepat di pinggir ranjang laki-laki tersebut tertidur. "Kal, it's okay. Gue disini," ucap Anastasia sambil menepuk pelan tangan Rekal yang membuat laki-laki tersebut kini menggenggam dengan erat. Mata Rekal terpejam membuat Anastasia puas memandangi wajah tampan laki-laki tersebut. "Kenapa takdir harus mempertemukan kita kembali? Sebenarnya apa yang sedang direncanakan Tuhan untuk kita Kal? Kita bertemu disaat lu bukan lagi untuk gue," gumam Anastasia yang mulai mengelus pelan pipi sang laki-laki. Hingga waktu berlalu, Anastasia menguap karena merasa waktu tidurnya kurang, ia memejamkan matanya tepat terduduk di pinggir ranjang dengan tangan yang masih digenggam erat oleh Rekal yang tenang dalam tidurnya. Sinar mentari mulai menggantikan gelapnya malam, Rekal terbangun dari tidurnya dengan kepala yang benar-benar pusing. Ia memposisikan dirinya terduduk diatas kasur king sizenya sambil memegang kepalanya yang pening, hingga ia teringat akan kehadiran Anastasia ia melihat kesekelilingnya. "Boleh enggak si khayalan semalam diperpanjang," kata Rekal dengan sendu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD