SL. 13

2402 Words
Sinar mentari mengambil alih gelapnya malam, gadis cantik tersebut masih tertidur pulas di atas kasur king sizenta namun perlahan matanya terbuka karena merasakan silaunya matahari yang membuatnya menghalau pakai jari jemarinya. "Woy bangun, kebo banget lu!" seru seseorang yang jelas gadis tersebut kenal. Anastasia mulai menyingkirkan perlahan jari jemari yang menghalau matahari tadi, ia menghela nafasnya dengan gusar. "HEN GUE MASIH NGANTUK ASTAGA, TUTUP HORDENGNYA!" seru Anastasia yang kini mulai menutup dirinya menggunakan selimut. "Eh malah tidur lagi, enggak inget lu hari ini kita ada janji," kata Mila yang berusaha menarik selimut yang menutupi sahabatnya tersebut. Anastasia jelas menggusar karena kesal, jujur saja ia masih mengantuk karena semalem ia begadang movie maraton. "Janji kemana si?" tanya Anastasia dengan jengah. Heni dan Mila jelas menghela nafasnya, mereka memutar bola matanya dengan jengah. "Bangun dulu makanya biar tahu," cetus Heni yang berusaha memposisikan diri sahabatnya untuk terduduk di atas kasur, tentunya dibantu oleh Mila dengan susah payahnya. Gadis tersebut bangun dengan raut wajah yang jelas malas. "Astaga kok bisa-bisanya lu disukain Ari kalau tidur aja ngiler," kata Heni meledek, Anastasia yang mendengar hanya menatap jengah saja yang membuat kedua sahabatnya jelas tertawa terbahak memperhatikan raut wajah Anastasia. "Malah ketawa, emang kita mau kemana?" tanya Anastasia sambil merentegkan tubuhnya. "Ke pantai Na, lu lupa sama obrolan kita 2 hari lalu?" tanya Mila yang membuat Anastasia jelas mengernyitkan dahinya seraya mengingat hal tersebut. Anastasia lalu mengangguk pelan lalu berkata, "Ingat, cuman gue kira bukan hari ini." Heni dan Mila dengan kompak menepuk dahinya masing-masing setelah mendengar perkataan sahabatnya tersebut. "Ya Allah lu libur panjang kenapa malah jadi O 2 N si Na," cetus Heni yang membuat Anastasia hanya menanggapinya dengan cengiran tipis. "Terus sekarang nih?" tanya Anastasia dengan raut wajah yang seolah tidak bersalah dan berdosa, kedua sahabatnya jelas menghepa nafasnya dengan gusar menatap Anastasia yang seolah ingin sekali mereka cakar-cakar. "IYA ANASTASIA ZEVINA! SEKARANG!" seru Heni dan Mila dengan kompak yang membuat gadis tersebut jelas terkejut lalu terkekeh pelan setelahnya. "Yailah santai saja kenapa si," kata Anastasia yang membuat kedua sahabatnya jelas geram, gadis tersebut jelas beranjak dari kasur king sizenya sebelum di terkam oleh kedua sahabatnya. Anastasia bergumam, "Punya sahabat kok kaya singa." "Heh ngomong apaan lu?!" seru Heni yang membuat Anastasia menoleh lalu berlari kecil ke arah kamar mandi, kedua sahabatnya yang melihat jelas tertawa pelan lalu menggelengkan kepalanya. Mila tersenyum tipis lalu menghela nafasnya perlahan membuat Heni mengernyitkan dahinya. "Kenapa Mil?" tanya Heni penasaran. "Gue senang saja, Anastasia perlahan kembali seperti dulu kita kenal," ucap Mila yang membuat Heni terdiam sejenak lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya, Mila yang melihat sahabatnya lantas ikut juga merebahkan dirinya. "Ya mungkin perlahan dia sudah sembuhin lukanya, walu kita enggak tahu gimana sebenanrnya hatinya," ujar Heni. Mila bertanya, "Tapi apa lu setuju kalau Rekal sama Anastasia balik lagi?" Heni yang mendengarnya jelas menoleh ke arah sahabatnya yang menatap langit-langit kamar tersebut. "Mereka berdua saling meyakiti dan salah paham saja sebenarnya, gue enggak bisa ngelarang apapun Mil kalau itu buat kebahagian Anastasia," kata Heni dengan sendu, Mila yang mendengar jelas manggut-manggut menyetujui. Mila menghela nafasnya sebelum berkata, "Biar takdir saja yang bekerja, kita cuman doain saja gimana baiknya buat mereka berdua." Heni menoleh ke arah sahabatnya, Mila yang merasa dirinya di lihatin hanya mengernyitkan dahinya lalu bertanya, "Kenapa? Ada yang salah?" Heni memposisikan dirinya kembali duduk di atas kasur king sizenya yang membuat Mila juga bangkit dari rebahannya, sorot mata Heni terus menatap ke arah sahabatnya. "Lu kenapa si Hen? Kesambet?" tanya Mila yang sedikit ketakutan, karena Heni menatapnya terus menerus tanpa berkedip. "Lu habis makan apa?" tanya Heni yang membuat Mila mengerutkan keningnya dengan bingung. "Makan? Makan nasi sama naget si tadi mah," jawan Mila yang membuat Heni jelas melongo. Heni menepuk jidatnya lalu mencetus, "Sama saja ternyata, mungkin tadi jaringannya lagi 5G." "Kenapa si Hen?" tanya Mila dengan bingung. "Enggak, enggak kenapa-napa." Setelah menunggu sedikit lama, Anastasia telah selesai dengan aktifitas mandinya, ia juga sudah berpakaian santai, celana pendek kaos over size karena entah kenapa cuaca sedang panas sekali. "Kita nginep enggak?" tanya Anastasia. "Nginep, gue udah sewa vila soalnya," kata Heni yang membuat Mila jelas melotot tidak percaya lalu mencetus, "Kok lu enggak bilang kalau mau nginep anjirt! Gue bawa baju cuman dua setel doang." Anastasia terkekeh sejenak sebelum berkata, "Lah lu kan biasanya enggak ganti baju Mil." Heni yang mendengar jelas tertawa mendengarnya, sedangkan Mila jelas menatap kesal ia lalu mengambil bantal dan dilemparkan ke Anastasia, namun sangat disayangkam gadis tersebut dapat menghindarinya. "Eits enggak kena," ujae Anastasia meledeknya yang membuat Mila sontal memicingkan matanya menatap penuh kejahilan. "Eh mau ngapain lu?" tanya Anastasia yang kini mulai menghindar dari langkah laki sahabatnya yang terus menerus mendekat dengan sorot mata yang jahil. Mila hanya tersenyum jahil yang membuat Anastasia kini perlahan berlari kecil. "Udah udah stop, ini kapan mau berangkat kalau lu kita lari-larian gini," cetus Anastasia dengan nafas yang sedikit tersenggal. Heni menyela, "Lagi lu nyenggol Mila si Na." Setelah beberapa menit kemudian, Anastasia juga telah memasukkan beberapa pakaiannya ke tas ransel berwarna biru muda tersebut. "Ayuk," kata Anastasia yang menggaet tasnya di bahu kirinya, kedua sahabatnya yang merebahkan tubuhnya jelas beranjak berdiri. Mereka bertiga kini melangkah keluar dari kamar bernuansa mint tersebut, yaps entah kenapa Anastasia suka sekali dengan warna soft terlebih hijau minta nenurutnya itu menenangkan dan indah di pandang. "Kita bertiga doangkan?" tanya Anastasia yang membuat Heni jelas menyela, "Ya iyalah, lu pikir kita mau sama siapa lagi?" "Ya kirain emak bapak lu ikut," kata Anastasia yang membuat Mila jelas terkekeh mendengarnya. "Tadinya mau gue aja sekelurahan," cetus Heni, Anastasia hanya tertawa pelan mendengarnya. "Sekalian aja sekabupaten," balas Mila, setelah mereka bertiga tertawa pelan yang membuat wanita paruh baya yang baru saja keluar dari kamarnta jelas menoleh ke arah sumber suara. Meta berkata, "Kalian ini ngobrolin apasi sampai tertawa seperti itu." Ketiga gadis tersebut dengan kompak melihat ke arah wanita paruh baya tersebut. "Ini Tan biasa si Mila," ucap Heni. Mila menyela, "Gue terus dibawa-bawa." Anastasia dan Heni hanya terkekeh saja, sedangkan wanita paruh baya tersebut hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah kedua sahabat anaknya. "Kalian mau kemana?" tanya Meta ketika melihat sang anak membawa tas ranselnya. Anastasia menjawab, "Aku mau pergi liburan Mah sama Heni dan Mila, ke pantai." Meta hanya mengerutkan keningnya dan menatap berulang kali ke arah ketiga gadis dihadapannya. "Kalian bertiga doang?" tanya Meta. Heni dan Mila saling terdiam menatap ke arah sahabatnya sebelum akhirnya Mila berbicara, "Iya Tan, cuman kita kabarin grup kalau ada yang mau nyusul ya enggak kita larang." Wanita paruh baya tersebut hanya manggut-manggut saja lalu bertanya, "Barang bawaannya sudah semua?" Kedua sahabat Anastaisa jelas terbengong sejenak mendengarnya, mereka pikir Meta akan marah karena mereka nekat untuk liburan bertiga. "Sudah kok Mah," jawab Anastasia dengan senyuman manis. Heni bertanya, "Tante ijinin kita?" Meta yant mendengar pertanyaan tersebut sontak mengerutkan keningnya lalu bertanya balik, "Loh apa alasan Tante buat larang kalian?" "Ya kirain Tante bakal ngelarang karena tahu kita perginya bertiga doang," ucap Heni. "Dulu waktu masih mudah Tante malah perginya sendirian. Lagipupa ya anggaplah itu buat rewards kalian karena sudah berjuang demi kelulusan," jelas Meta yang kini dirangkul sang anak, Anastasia menyenderkan kepalanya tepat dibahu sang Mamah. Mila berkata, "Ah sayang banget sama Tante." Lalu memeluk tanpa ijin, Meta jelas sedikit terkejut namun ia menyambut hangat pelukan tersebut. "Lah aku juga mau peluk Tante," ujar Heni. "Sini sayang," balas Meta yang merentangkan tangannya. Setelah berpamitan segala macem, mereka bertiga melangkah keluar dari rumah tersebut yang tentunya diantarkan oleh Meta sampai keluar. "Kalian hati-hati ya, kabarin loh kalau sudah sampai," ucap Meta dengan sorot mata yang tulus ke arah mereka bertiga. "Mamah dirumah juga jaga diri ya, kalau perlu sewa bodyguard," kata Anastasia yang membuat Meta terkekeh mendengarnya. "Iya Tan, kalau perlu sewa polisi buat jaga," nimbrung Heni. Mila menyela, "Ya tentara bolehlah." Meta yang mendengar jelas menggelengkan kepalanya pelan lalu berkata, "Kalian ini, emang Tante orang penting apa segala nyewa-nyewa begituan. Tante bisa jaga diri, lagipula ada Bi Inem dirumah." Anastasia menatap lekat ke arah sang Mamah lalu memeluknya sebelum masuk ke dalam mobil. "Hen, kalau capek istirahat ya," ucap Meta ketiia mereia bertiga sudah berada di dalam mobil. Mila menyela, "Tenang Tan, kita ini supir semua. Jadi bisa gantian kalau Heni capek." Gadis yang berada di bangku pengemudi jelas mengangguk seraya mengiyakan perkataan sahabat tersebut. Heni melajukan mobilnya perlahan meninggalkan perkarangan rumah sahabatnya tersebut, lambaian tangan dari wanita paruh baya jelas mengiringi mereka bertiga. "Setel lagu lah," kata Mila yang berada di bangku belakang. Anastasia tanpa pikir panjang langsung menyambungkan bluetooth agar tersambung ke speaker mobil, ia menyetel lagu yang enak untuk menemani perjalanan mereka yang mungkin memakan waktu yang cukup lama nanti. "Eh Vilanya sudah lu bayar Hen? Gue transfer ke elu berapa jadinya?" tanya Anastasia yang kini mulai membuka aplikasi m-bankingnya Heni mengernyitkan dahinya, sekilas ia menoleh ke arah sahabatanya. "Vila full Heni yang bayarin Na, jadi kita tinggal leha-leha saja, yang mau masak katanya dia juga," sahut Mila sambil terkekeh pelan. "Enak aja lu, lu noh nanti masak," cetus Heni yang membuat Mila tertawa, sedangkan Anastasia dirundung kebingungan lalu kembali bertanya, "Ini serius gue transfer berapa?" Heni menghela nafasnya perlahan lalu menjawab, "Enggak usah, ini villa udah dibayarin bokap gue karena gue lulus dengan nilai yang lumayan baik." "Seriusan?" tanya Anastasia, Heni menoleh sejenak sebelum akhirnya mengangguk untuk meyakinkan. Mila menyela, "Apa gue kata, lu si enggak percaya segala nanya lagi." Anastasia menoleh ke arah belakang dan melihat Mila yang sedang memakn ciki dengan santainya. "Lu lihat tuh teman lu," cetus Anastasia yang membuat Heni kini mengarahkan kaca tengah ke arah Mila. "Awas lu ya kalau sampai habis tuh makanan," kata Heni. Mila menyela, "Yailah disana juga enggak ada yang makan selain gue." Anastasia dan Heni hanya saling menatap sejenak sambil terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan. 2 jam kemudian, sedikit lagi mereka akan sampai di villa tujuan mereka. Sudah terlihat jelas dari jalan lautan lepas yang membiru seolah menyanbut mereka, Mila membuka kaca mobil untuk menikmati pemandangan tanpa halangan. "Gilaa ini si keren banget, harus banget gue videoin ini," ucap Mila yang kini mengambil handphonenya dan mulai memvideokan. Kedua sahabatnya hanya terkekeh saja melihatnya, jalanan yang mereka lewati sepi bahkan mungkin hanya ada mobil mereka saja pada jam itu. "Jangan lupa repost," cetus Mila yang kini kembali bersandar di bangku mobil sambil memainkan handphonenya. "Siap Nona seleb," kata Anastasia yang membuat Mila hamya tertawa pelan. Heni menyela, "Enggak konten enggak makan ya bund." Lalu tertawa yang membuat Anastasia juga tertawa. "Iyalah, mending konten daripada open–" "BO," lanjut Anastasia dan Heni secara bersamaan yang membuat mereka bertiga akhirnya tertawa terbahak setelahnya. Hingga dimana Heni memarkirkan mobilnya tepat di villa yang telah di sewa oleh sang ayah untuk ia berlibur bersama kedua sahabatnya. Mereka bertiga turun dari mobil sambil membawa barang-barang yang mereka bawa tentunya. "Pasti lu seacrhing dulu ya sebelum nyewa," cetus Anastasia yang membuat Heni hanya menaikkan kedua alisnya dengan senyuman manis. "Iyalah, masa iya gue harus sewa villa yang enggak banget buat kita liburan," kata Heni. Ketiga gadis tersebut kini melangkahkan kakinya memasuki villa tersebut, sederhana namun terlihat sangat nyaman, terlebih semua terbuat dari kayu yang kokoh membuat semakin sejuk. "Kita perlu beli bahan buat masak enggak?" tanya Mila. Heni melangkahkan kakinya ke arah dapur yang membuat mereka berdua jelas mengernyitkan dahinya, gadis tersebut membuka kulkas dan menampilkan bahan-bahan masakan yang berlimpah. "Lu udah siapin ini semua?" tanya Anastasia bingung. "Bukan gue si, kemungkinan orang suruhan bokap," kata Heni yang membuat Anastasia dan Mila hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Anak sultan," cetus Mila. Heni menyela, "Emang iya gue anak Sultan, kalau gue anaknya Handoko tuh baru gue jadi Kakak lu Mil." Kedua sahabatnya jelas tertawa pelan. "Amit banget gue punya Kakak kaya lu," kata Mila. Villa yang mereka tempat tidak bertingkat, dan itu pilihan Heni memang namun villa tersebut memiliki 2 kamar besar dan pasti hanya satu kamar yang akan terpakai untuk mereka. "Lu si keren nemu saja villa kaya gini," kata Mila yang kini mulai berkeliling melihat-lihat. "Kita mau masak-masak dulu enggak nih?" tanya Heni ketika masih berada di dalam dapur mengecek bahan-bahan makanan yang tersedia. Anastasia melangkah mendekat ke arah Heni. "Kita saja yang masak, bisa anak konten pasti lagi videoin," ujar Anastasia yang melihat Mila kini mulai keluar untuk ke arah pantai sambil membawa handphonenya. Anastasia dan Heni kini mulai mengambil beberapa bahan makanan untuk di masak, ya mereka hanya memasak biasa untuk bertiga saja. "Sambel enak kali ya," kata Heni. "Lah boleh," balas Anastasia sambil menaikkan kedua alisnya, mereka berdua kini mulai memotong dan menyiangi bahan-bahan yang akan di masak. Sedangkan Mila kini mulai berjalan menyusuri pantai sambil memvideokan keadaan pantai yang sangat indah untuk dipandang tersebut. "Lu semua harus kesini, asli ini pantainya indah banget, bersih, dan lautnya kalian lihat indah banget kan," kata Mila sambil mengarahkan camera ponselnya ke sekelilingnya. "Eh entar itu kok kaya Rekal dkk deh," gumam Mila, ia jelas mengerutkan keningnya lalu perlahan menghampiri beberapa laki-laki yang terlihat cukup banyak. Mila memicingkan matanya perlahan seolah ia menegaskan para laki-laki yang sedang berkumpul sambil memainkan gitar. "Bimo!" teriak Mila yang membuat laki-laki yang sedang bernyanyi jelas menoleh ke arah teriakan tersebut. Bimo memicingkan matanya lalu berkata, "Mila." "Lah itu bukannya Mila," kata Riki yang ikut menoleh dan melihat sosok gadis tersebut, Rekal yang sedang asik memainkan gitar jelas ikut menoleh ke arah pandangan kedua sahabatnya. Bimo jelas langsung menghampiri keberadaan gadis tersebut yang terus menatap ke arahnya dan sesekali ke arah teman-temannya yang melanjutkan bermain gitar dan bernyanyi. "Mila lu kesini sama siapa?" tanya Bimo sambil melihat ke arah sekitar gadis tersebut. "Sama Heni dan Ana," jawab Mila dengan santainya, Bimo jelas mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Terus mereka kemana?" "Tuh di Villa itu," kata Mila sambil menunjuk villa yang mereka tempati, laki-laki tersebut mengerutkan keningnya sejenak lalu mengikuti arah telunjuk gadis tersebut. "Woi Mil, lu sendirian apa sama keluarga?" tanya Riki yang tiba-tiba nenghampiri. Mila berkata, "Sama kedua sahabat gue lah." Riki yang mendengar jelas ber Oh ria saja. "Berarti sama calon bebeb gue dong," ujar Riki yang membuat Mila sontak mengerutkan keningnya bingung. "Siapa? Anastasia atau Heni?" tanya Mila. Riki menyela, "Ya gilaa kali gue gaet Anastasia, mau di hajar Rekal gue." Sambil menoleh ke arah Rekal yang tanpa sengaja juga sedang menatap ke arah mereka. "Lah kan sudah putus, jadi apa masalahnya?" tanya Mila yang membuat Riki menatap lalu memutar bola matanya dengan jengah. "Jelasin tuh sama calon pacar lu," kata Riki yang menyenggol sahabatnya kini, Mila yang melihat jelas mengernyitkan dahinya bertanya-tanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD