Anastasia kembali kepada kedua sahabatnya, dengan mata yang memerah jelas Heni dan Mila mengerutkan kening menatap lekat sahabatnya yang seolah mulai mengalihkan pandangannya. "Lu kenapa? Nangis lagi?" tanya Heni, Anastasia yang mendengar perkataan sahabatnya jelas tertawa pelan lalu berkata, "Iya nih nangis, kita pasto jarang banget ketemu nantinya."
Heni dan Mila yang mendengar perkataan sahabatnya jelas merasa bingung, pasalnya mereka berdua yakin bukan itu jawaban yang harusnya keluar. "Idih lebay banget lu, nanti kita cari waktulah buat hangout," ujar Heni yang seolah tidak tahu.
Mila menyela, "Iya, kita tuh pasti bakal silahturahmi terus." Lalu memeluk kedua sahabatnya yang tentu dibalaa hangat oleh Heni dan Anastasia, sorot mata Anastasia melihat ke arah Rekal yang mulai kembali menghampiri teman-temannya dan Heni melihat jelas sorot mata itu.
Waktu berlalu begitu cepat, semua siswa-siswi juga sudah diperbolehkan pulang sejak 30 menit yang lalu. Anastasia melangkah ke arah parkiran bersama kedua sahabatnya yang selalu setia menemaninya. "Lu serius es krim'an sama Ari?" tanya Heni yang penasaran, namun kedua alisnya seraya meledek.
"Maybe," kata Anastasia sambil mengambil helm fullface-nya untuk ia pakai. "Ana," panggil seseorang bersuara bass, ketiga gadis tersebut jelas menoleh ke arah sumber suara dan melihat sosok laki-laki yang mereka kenal sedang melambaikan tangannya.
"Tuh calon ayang datang," cetus Heni sambil menyenggol pelan sahabatnya.
Anastasia yang mendengar jelas mengerutkan keningnya lalu menatap sengit ke Heni yang kini menyengir kuda, gadis tersebut mengurungkan niatnya untuk memakai helm fullface-nya. "Hai Hen, Mil," sapa Ari yang membuat Heni dan Mila jelas menyapa balik.
"Eh kalau gitu kita duluan ya," ucap Heni dengan tiba-tiba yang membuat Anastasia jelas mengernyitkan dahinya.
Mila menyahut, "Iya, gue juga ada janji sama nyokap ini."
"Alasan klasik," cetus Anastasia yang membuat kedua sahabatnya jelas terkekeh sejenak, Ari yang melihat dan mendengarkan hanya mengerutkan kening dengan bingung. "Ri, kita duluan ya," ucap Mila.
"Eh enggak mau bareng aja?" tanya Ari yang membuat Heni dan Mila saling menatap satu sama lain lalu tersenyum penuh arti. "Ah enggak deh, takut ganggu kalian," balas Heni yang membuat Anastasia jelas melotot tidak percaya, mereka berdua lalu melangkahkan kakinya menjauh dari kedua insan tersebut.
Anastasia berkata, "Sorry ya, emang mereka sedikit sepaneng." Ari jelas tertawa pelan mendengar perkataan gadis yang ada dihadapannya. "Jadi ke kedai es krim?" tanya Ari, yang membuat Anastasia terdiam sejenak lalu memakai helm fullface-nya.
"Ayuk," kata Anastasia dengan anggukan kecil yang membuat Ari tersenyum manis lalu melangkahkan kakinya ke arah motor sport yang terparkir 2 motor dari motor gadis tersebut.
Dari pojok parkiran, tempat ketiga motor terparkir terdapat ketiga laki-laki yang menaiki motor masing-masing sambil memakai helm fullface-nya. "Perlu kita ikutin?" tanya Riki dengan to the point ketika Rekl melihatnya dengan sorot mata tidak suka.
"Ngapain?" tanya Rekal dengan sarkasa.
Riki menghela nafasnay lalu memutar bola matanya dengan jengah. "Kalau panas mah bilang saja kali Kal, kita juga maklumin," kata Bimo yang membuat Riki mengangguk lalu menaikkan kedua alisnya.
"Cabut," kata Rekal yang lalu melajukan motornya menjauh dari kedua sahabatnya dn keluar dari area sekolahannya, Riki dn Bimo saling menatap sejenak lalu menggelengkan kepalanya sambil terkekeh sebelum akhirnya mereka berdua melajukan motornya menyusul sahabatnya.
Rekal melajukan motornya dengan kecepatan penuh seolah ia tidak peduli akan keselamatannya, entah apa yang ia rasakan namun melaju kencang seolah menenangkannya sejenak. Riki dan Bimo yang awalnya melaju pelan kini saling menatap sati sama lain sebelum mereka berdua saling mengangguk dan melaju kencang menyusul Rekal yang hampir tak terlihat dari pandangan mereka.
Sedangkan di sisi lain Anastasia mengikuti laju motor Ari yang menuntunnya ke arah tempat tujuan. 15 menit kemudian, Ari menghentikan laju motornya begitu juga dengan Anastasia, merek berdua memarkirkan motor bersebelahan. "Ini tempatnya?" tanya Anastasia ketika melepas helm fullface-nya.
Ari mengangguk lalu berkata, "Iya, disini kedia biasa si. Cuman lu lihat saja yang ngantri dan pembelinya." Anastasia melihat ke arah sekitarnya memang benar banyak sekali pembelinya bahkan antriannya cukuplah panjang.
Namun, tanpa disadari mereka berdua menjadi pusat perhatian sejak memarkirkan motornya di parkiran kedai tersebut. "Ayuk," ucap Ari sambil tersenyum, Anastasia mengangguk lalu turun dari motornya secara perlahan.
"Lu mau rasa apa? Biar gue yang ngantriin," kata Ari.
Anastasia menyela, "Enggak apaan si, ngantri bareng saja."
"Lu duduk saja tuh di sana," ucap Ari sambil menunjuk bangku yang terlihat kosong dan berada di tempat yang adem. "Seriusan nih?" tanya Anastasia.
"Iya Ana, kapan si gue enggak serius kalau soal lu," cetus Ari sambil terkekeh pelan yang membuat Anastasia jelas memutar bola matanya dengan jengah. "Gue cokelat stawbery aja," ucap Anastasia sambil merogoh saku seragamnya yang membuat Ari mengernyitkan dahinya.
Ari bertanya, "Ngapain?"
"Ya bayarlah," jawab Anastasia lalu menyodorkan uang lima puluh ribuan, karena ia tidak tahu berapa harga es krim yang berada di kedai tersebut.
"Apaan si, enggak-enggak. Lu ngeremehin gue?" tanya Ari.
"Kan gue yang ajak makan es krim, nanti kalau kurang bilang saja," balas Anastasia.
Ari menyela, "Tapi gue yang bawa lu kesini. Udah sana lu duduk saja." Gadis tersebut jelas mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Jangan nyesel lu ya." Laki-laki tersebut jelas terkekeh saja lalu seraya mengusir membuat Anastasia melangkah menjauh dari Ari dan menuju bangku yang di tunjuk oleh laki-laki tersebut.
Laki-laki tersebut menatap dengan senyuman manis di bibirnya. Anastasia kini duduk tepat di bangku yang benar saja terasa adem karena hembusan angin yang menyejukkan, gadis tersebut mengambil handphonenya lalu menscroll apapun agar tidak bosan. Hingga dimana ia memotret kedai es krim tersebut lalu ia upload ke story sosial medianya, baru beberapa detik saja upload notifikas Direct Message berbunyi terus menerus hingga membuat ia menslient ponselnya.
"Ah riweh," gumam Anastasia dengan sedikit jenuh, ia meletakkan ponselnya dan kini ia memposisikan dagu yang menopang ke kedua tangannya dengan sorot mata yang melihat ke arah laki-laki yang kini sedang memesan. "Lu baik Ri, tapi gue enggak tahu kenapa hati gue belum bisa masukin lu," gumam Anastasia.
5 menit kemudian.
Ari melangkah dengan membawah 2 cup es krim sedang ke arah Anastasia yang kini mulai memposisikan dirinya untuk duduk dengan tegap. "Nunggu lama ya?" tanya Ari yang kini duduk tepat di hadapan gadis tersebut.
"Lumayan si, tapi gue kan tahu kalau ngantri," kata Anastasia yang membuat laki-laki tersebut tersenyum manis, Ari memberikan cup berisi es krim pesanan gadis yang ada dihadapannya kini.
Mereka berdua mulai menikmati es krim bersama di bawah langit yang teduh dan angin yang menyejukkan, siapapun yang melihat mereka pasti mengira mereka berdua pacaran. "Next gue yang traktir ya, gue enggak mau ada hutang sama lu," ujar Anastasia, Ari yang mendengar hanya terkekeh saja sambil menatap lekat ke arah gadis tersebut.
"Lu mau ngomong apa Na? Kayanya penting," kata Ari yang membuat gadis tersebut jelas menghentikan aktifitas memakan es krimnya.
Anastasia menatap lekat ke arah laki-laki yang kini juga menatap namun sambil mengerutkan keningnya bingung, gadis tersebut menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, "Gue mau minta maaf atas perkataan gue yang bilang kalau lu taruhan." Ari mengenyitkan dahinya seraya mengingat.
"Ahh soal itu, enggak papa. Santai saja, gue maklumin si kenapa lu kaya gitu," kata Ari dengan senyum manis di bibirnya, Anastasia bukannya senang malah semakin dibuat tidak enak hati. "Ri, gue benar-benae minta maaf," kata Anastasia.
Ari dirundung kebingungan atas perkataan gadis tersebut. "Iya Na, gue udah maafin kok," balas Ari.
Terjadi keheningan di antara mereka, hingga dimana Ari membuka suara, "Tapi bolehkan gue terus berusaha deketin dan luluhin hati lu? Walau gue yakin kemungkinannya kecil buat nerobos hati yang penghuni lamanya belum dikeluarin." Gadis tersebut terdiam mendengarnya, entah ia yang terlalu jahat atau hatinya yang belum bisa menerima.
"Ri, gue enggak mau lu sakit hati, jangan terlalu berharap sama gue," ucap Anastasia dengan sendu, sorot matanya jelas teduh.
Ari memakan es krimnya dengan senyuman tipis, ia mamggut-manggut seolah memahami. "Gue siap menanggung resikonya Na, asal lu lihat dulu bagaimana gue berjuangnya," kata Ari dengan yakin.
"Gue enggak janji soal itu," balas Anastasia yang kekeh soal pernyataannya, ia hanya tidak ingin laki-laki yang baik kepadanya merasakan sakit hati. "Kalaupun akhirnya lu tetap enggak bisa, biarin kita jadi teman curhat Na," jelas Ari, gadis tersebut menatap sekilas lalu menghela nafasnya pasrah sebelum akhirnya ia mengangguk pelan.