SL. 14

1445 Words
Anastasia dan Heni yang sudah selesai masak kini meletaklan masakannya meja makan yang kecil nan sederhana, mereka bernafas lega lalu saling menatap satu sama lain. "Ini kalau tuh bocah protes masakan kita, kita tenggelemin aja langsung," kata Heni yang membuat Anastasia hanya terkekeh saja mendengarnya "Terus kemana tuh bocah sekarang," cetus Anastasia yang membuat Heni kini menoleh ke arah pintu villa yang terbuka namun tidak terlihat sang sahabat. Heni berkata, "Yasudah kita cari aja, ngeri dia malah jadi tukang hena lagi disini." Anastasia kembali terkekeg pelan mendengar perkataan Heni. Mereka berdua kini melangkah keluar dari villa tersebut untuk mencari keberadaa Mila yang entah kemana. "Mila!" "Woy Mila! Makan ayok!" Heni terus berteriak dengan sorot mata yang terus menyorot mencari keberadaan sahabatnya tersebut, hingga ia menghentikan langkah kakinya membuat Anastasia mengernyitkan dahinya. "Kenapa Hen?" tanya Anastasia bingung, namun sahabatnya tidak menggubris sama sekali hingga ia mengikuti sorot pandang lurus Heni. Anastasia nengernyitkan dahinya lalu memicingkan matanya. "Hen, lu enggak sengajakan?" tanya Anastasia, Heni sontak menoleh ketika telah sadar dari lamunannya. "Enggak Na, sumpah enggak!" seru Heni dengan yakin, ia membentuk 2 jari seolah bersumpah. "Terus kok bisa ada mereka?" Tanya Anastasia dengan bingung, sorot mata jelas masih curiga terhadap ke sahabatnya. "Kalau lu aja enggak tahu gimana gue anjirt, gue dari tadi sama lu mana ada gue main handphone buat ngabarin siapapun itu," jelas. Sedangkan di sisi lain Mila yang sedang menoleh ke arah belakang sontak berkata, "Nah itu mereka." Riki dan Bimo jelas mengikuti arah pandang gadis tersebut. "ANA, HENI SINI! GUE KETEMU SAMA RIKI BIMO," teriak Mila dengan lantang yang membuat Rekal yang tadinya tidak menggubris kini seolah menoleh karena terdengar nama gadis yang ia kenal. Anastasia dan Heni saling menatap satu sama lain, helaan nafas pasrahnya jelas ia hembuskan. Kedu gadis tersebut melangkahkan kakinya menghampiri Mila yang kini terus menerus tersenyum. "Temen lu tuh," bisik Anastasia sambil menyenggol Heni yang kini menyengir kuda ke arah Mila. "Ish temen lu juga itu," balas Heni berbisik yang kembali menyenggol Anastasia. Riki berkata, "Gue kira lu bohongan bilang sama mereka." Mila menyela, "Enak saja, emang gue tukang bohong apa." "Hai Na, Hen," sapa Bimo yang jelas disambut senyuman kikuk dari kedua gadis tersebut. "Mil, ayuk balik ke villa," kata Anastasia. Riki menyela, "Ngapain si buru-buru amat, gue sama anak-anak lagi gitaran. Gabung aja yuk." Dengan nada yang mengajak, kedua gadis tersebut hanya terdiam menoleh ke arah sahabatnya yang sedari tadi sesekali mencuri pandang ke arah laki-laki yang sedang bermain gitar. "Lu kesini sama Rekal juga?" tanya Heni yang membuat Anstasia jelas menoleh dengan sorot mata yang melotot. Bimo dan Riki mengangguk lalu menoleh ke arah belakang tempat teman-temannya berada. "Ada, tuh dia lagi main gitar," kata Riki, Heni lalu ber Oh ria saja. Jelas gadis tersebut basa-basi untuk sahabatnya. Anastasia mengkode melalui tatapan tajam nan melotot kepada kedua sahabatnya, Heni dan Mila saling menatap sambil terkekeh pelan. "Kalau gitu gue ke villa dulu ya," kata Heni. "Kalian serius nih enggak mau gabung?" tanya Riki sekali lagi. Mila menyela, "Nanti saja deh, soalnya ada hati yang belum rapih." Riki dan Bimo jelas mengerutkan keningnya lalu dengan kompak menoleh ke arah Anastasia yang kini menatap dengan sorot mata bingung. "Kenapa lu berdua lihatin gue?" tanya Anastasia dengan sarkas. Riki sontak membalas, "Ah enggak, yasudah nanti malam kita main ke villa kalian deh sama anak-anak." Gadis tersebut sontak langsung berbalik badan dan melangkah ke arha villanya. "Woi tungguin main tinggal saja!" seru Heni yang kini menyusul sahabatnya, dan merangkul tepat di bahu. "Lu kelamaan," cetus Anastasia dengan raut wajah merajuknya, kedua sahabatnya yang mendengar jelas tertawa terbahak mendengarnta membuat gadis tersebut sontak mengernyitkan dahinya menatap ke arah Heni dan Mila secara bergantian. Mila berkata, "Na, kayanya takdir emang enggak mau lu pisah sama Rekal deh." "Kebetulan, atau emang lu berdua sengaja rencanain ini," cetus Anastasia yang membuat kedua gadis tersebut jelas mencubit pinggang Anastasia yang membuatnya meringis kesakitan. "Ish sakit anju. Main cubit-cubit saja," kata Anastasia dengan raut wajah ditekuknya. "Ya Allah Ana, udah gue bilang gue enggak tahu apa-apa," jelas Heni yang membuat Anastasia kini menoleh dengan curiga ke arah Mila. "Kenapa lihatin gue? Kalau Hebi aja enggak tahu apalagi gue," kata Mila. Anastasia jelas dirundung kebingungan, kenapa disaat ingin menghindar seolah takdir tidak ingin mereka berdua saling menjauh, entah sengaja atau tidak mereka akan bertemu. Ketiga gadia tersebut kini sudah duduk di bangku meja maka. "Wihh kayanya enak nih," kata Mila ketika melihat menu makanan yang sederhana namun terlihat menggiurkan lidah. "Kalau lu komen gue jitak," cetus Heni dengan sorot mata yang sengit, Mila menyengir kuda saja lalu mengambil menu makanan. Waktu sangat cepatlah berlalu, mereka bertiga memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas kasur yang seolah memanggil mereka terus menerus untuk merebahkan tubuhnya. Anastasia tidak bisa memejamkan matanya, ia menoleh ke arah kedua sahabatnya yang sudah tertidur pulas. "Yailah masa gue sendiri ini," gumam Anastasia. Gadis tersebut beranjak turun dari kasur king sizenya, untung saja ia tidur dipinggir ranjang jadi pergerakannya tidak akan mengusik kedua sahabatnya. "Gue pergi keluar ya gais," kata Anastasia dengan pelan, ia lalu melangkah keluar kamar setelah mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja nakasnya. Anastasia mengecek sosial medianya dan tidak lupa ia merespost status Mila yang memvideokan pemandangan pantai, ia tersenyum tipis melihatnya. Langkah kakinya kini keluar dari villa yang jelas langsung di suguhi pasir pantai yang bersih dan lautan lepas di pandangannya. Gadis tersebut menarik nafas dalam-dalam menikmati udara sejuk, ia juga memejamkan matanya perlahan seolah menikmati desiran laut dengan jelas. "Kapan-kapan gue ajak Mamah kesini ah," kata Anastasia, ia kini mulai melangkah perlahan di atas pasir pantai menuju bibir laut untuk lebih bisa menikmati keindahan ciptaan Tuhan tersebut, Anastasia mulai memvideokan serta beberapa kali memotret untuk ia masukkan ke story sosial medianya. "Cantik," gumam Anastasia sambil tersenyum ketika ia melihat kembali hasil potret'annya. Anastasia kini berjalan ke arah ayunan yang tempat duduknya dari kayu kokoh, ia melangkah hingga akhirnya duduk di ayunan tersebut. Gadis tersebut mulai berayun pelan dengan sorot mata yang terus menerus melihat ke arah lautan luas. "Teman lu kemana?" tanya seseoeang, Anastasia sontak melihat dari bawah ke atas, raut wajahnya terkejut ketika mengetahui siapa yang bertanya. "Tidur," jawab Anastasia yang membuat laki-laki tersebut mengangguk pelan lalu memposisikan dirinya duduk di ayunan yang tak berpenghuni tersebut, Anastasia melihatnya melalui ekor matanya saja lalu kembali mengayunkan ayunannya perlahan seolah tidak memproters atau menggubris. Rekal, yaps itu sosok laki-laki yang berada di ayunan sebelah Anastasia. "Lu kesini karena lihat story Mila?" tanya Anastasia to the point, Rekal yang mendengar pertanyaan tersebut sontak mengernyitkn dahinyam "Temanan aja enggak," jawab Rekal dengan santainya. Anastasia yang mendengar jelas hanya ber Oh ria saja, sesekali ia melirik ke arah laki-laki yang menatap lautan lepas. "Gue lagi enggak mau bahas soal dia Na, jadi gue mohon jangan buka mulut lu kalau bahas soal dia," jelas Rekal tanpa menoleh apapun, gadis tersebut yang mendengar sontak terkejut bagaimana bisa laki-laki disamping mengetahui apa yang akan ia bicarakan. "Sok tahu banget lu," cetus Anastasia dengan nada mengelaknya. Rekal tersenyum menyeringai lalu berkata, "Gue tahu pikiran lu Na, enggak jauh dari ngebahas dia kalau ketemu gue." Anastasia terdiam membisu, ia kembali mengayunkan tubuhnya yang duduk di ayunan. "Kalau nyatanya enggak bahas Mamah gimana?" tanya Anastasia yang membuat laki-laki tersebut menoleh dengan raut wajah yang penuh tanda tanya. "Terus lu mau bahas apa?" tanya Rekal, kini Anastasia dibuat bungkam atas pertanyaan tersebut. Terjadi keheningan di antara mereka berdua, hanya suara desiran lautan yang luas yang terdengar di telinga mereka. "Kal, sebelum kita nanti enggak ketemu sampai kapan. Gue mau minta maaf sama lu, terserah lu mau dengar atau enggak, ini permintaan gue dan permohonan gue yang terakhir," ujar Anastasia, gadis tersebut menghela nafasnya perlahan sebelum kembali melanjutkan perkataannya, "temuin Mamah, Mamah mau minta maaf sama lu Kal. Dengarin dulu permintaa maaf dia, setelah itu terserah lu mau kaya gimana." Rekal terdiam sejenak sebelum akhirnya ia beranjak berdiri membuat gadis tersebut jelas menatap dengan pasrah, laki-laki tersebut melangkah perlahan membuat Anastasia kini beranjak berdiri lalu berkata, "Kal gue enggak tahu sampai kapan umur Mamah, gue juga enggak tahu kapaj kita bisa seperti dulu, bukan lu doang yang terluka Mamah juga, bahkan gue ikut terluka Kal. Kalau lu mau egois soal ini lebih baik lu pikir ulang sebelum nyesel kehilangan semuanya." Laki-laki tersebut sempat menghentikan langkah kakinya, ia berdiri membelakangi gadis yang masih menatapnya dengan sangat lekat. "Maaf Na, gue masih belum bisa maafin dia," batin Rekal, ia mulai kembali melangkahkan kakinya perlahan menjauh dari keberadaan Anastasia. Gadis tersebut menatap dengan sendu, ia menghela nafasnya penuh dengan raut wajah kecewa, hatinya sungguh sesak. "Kal, gue enggak mau kita kaya gini terus, gue enggak bisa terus-terusan melihat kita sama-sama terluka," kata Anastasia dengan sendu, tanpa disadari airmatanya keluar begitu saja dari sudut matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD