SL. 18

1141 Words
Wanita tersebut membenarkan tampilan, ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya masuk ke perusahaan besar yang menjulang sukses walau baru beberapa tahun berjalan. Sorot matanya kini mengarah ke para jurnalis serta wartawan lainnya yang sudah berada di loby perusahaan. "Ternyata enggak cuman kita doang," kata Anastasia. Tito meenyahut, "Iya pastilah, pemimpin muda perusahaan sukses baru balik ke Indo, terlebih banyak yang bilang dia sudah berkencan dengan beberapa artis dan model yang sedang naik daun. Perusahaan majalah mana yang enggak ngincer buat wawancari dia." Anastasia hanya manggut-manggut saja setelah mendengar jawaban dari rekan kerjanya. Mereka berdua kini duduk di kursi loby yang kosong, wanita tersebut memainkan ponselnya sambil scroll sosial medianya, matanya melotot tidak percaya ketika melihat insta story dari Riki - teman Rekal sewaktu sekolah. "Dia balik?" tanya Anastasia berbisik kepada dirinya sendiri, ia masih fokus kepada story tersebut. Hingga kebisingan menyadarinya membuat ia mendongak lurus ke depan, dan para jurnalis serta wartawan sudah berdiri menutupi pemandangannya. "Na, diri. Udah dateng tuh," kata Tito yang kini berusaha menerobos untuk memotret laki-laki berjasa hitam dengan pesona yang sangat amat tampan. Anastasia lantas memasukkan ponselnya ke dalam tasnya, lalu beranjak berdiri seolah siap untuk mengajukan pertanyaan yang sudah di siapkan. "To, gue enggak kelihatan ini banyak banget," keluh Anastasia. "Sini lu deket gue," ujar Tito, tanpa sengaja laki-laki tersebut terdorong ke depan hingga jatuh tersungkur yang membuat Anastasia sontak berteriak, "TITO!" Wanita tersebut menerobos melewati kerumunan jurnalis untuk membantu rekan kerjanya tersebut. "To lu enggak papa?" tanya Anastasia dengan raut wajah khawator. Tito berkata, "Kamera gue?!" Sambil melihat keadaan kameranya yang membuat Anastasia sedikit geram lalu mencubit pelan. "Gue khawatir sama lu, lu malah khawatir sama kamera. Bambank!" seru Anastasia dengan kesal, ia beranjak berdiri lalu membantu rekan kerjanya berdiri. "Eh kalau rusak emang mau kita disuruh ganti," cetus Tito yang membuat wanita tersebut hanya memutar bola matanya dengan jengah, hingga dimana mereka berdua terdiam saling menatap satu sama lain ketika mendengar suara deheman yang ngebass. Wanita tersebut terdiam memperhatikan banyak pertanyaan yang muncul dari para jurnalis dan wartawan. "Selamat siang Pak, saya dari majalah KNS ingin mewawancarai anda, apa anda berkenan?" tanya Tito, laki-laki dengan jasa hitam, rambut yang tertawa rapih, rahang yang terlihat sangat tegas hanya memperhatikan wanita yang masih membelakanginya. "Na," ucp Tito berbisik sambil menyenggol sahabatnya, ia jelaa menyengir kuda menatap laki-laki di hadapannya yang di kawal oleh beberapa bodyguard. Anastasia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memutar balik tubuhnya dengan senyuman tipis dibibirnya, wanita tersebut jelas terkejut hingga berkata, "Rekal." Laki-laki tersebut tak kalah terkejutnya, ia tersenyum menyeringai. Anastasia sangat amat mengenal wajah laki-laki yang pernah mengisi hatinya dulu. "Apa kabar Anastasia?" tanya Rekal dengan sangat lembut, senyumannya jelas menggoda. Tito yang mendengar jelas terkejut, semua yang ada disana pun turut terkejut dan tak pikir panjang langsung mengabadikan moment tersebut. Wanita tersebut menatap dengan getir, matanya memerah menagan air mata, ia ingin sekali menumpahkan amarah karena kejadian saat Mamahnya meninggal. "Na, lu kenal Pak Xander?" tanya Tito berbisik, Rekal yang melihat jelas menatap menyerimgai tak suka. "Perkenalkan Pak saya Anastasai dari majalah KNS, apakah ada waktu Bapak Xander untuk kami wawancarai?" tanua Anastasia dengan sopan, laki-laki yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya hanya memandang datar saja. "Enggak." Rekal tersenyum miring lalu berlalu pergi dari hadapan wanita tersebut. Anastasia mengepalkan tangannya melihat punggung laki-laki tersebut, para wartawan berusaha mengejar laki-laki tersebut tanpa lelah. "Sudah gue bilangkan! Tuh orang sombong banget!" seru Tito dengan kesal. Wanita tersebut terdiam saja dengan sorot mata yang masih memperhatikan laki-laki tersebut, tak dipungkiri ia merindukannya namun ada kebencian juga yang tertanam. "Na!" seru Tito. "Hah? Kenapa?" tanya Anastasia yang tersadar dari lamunannya. Laki-laki tersebut sontak mengerutkan keningnya bingung. "Lu kenapa si diam saja? Gue panggilin dari tadi juga," kata Tito yang membuat wanita tersebut hanya menyengir tipis lalu membalas, "Sorry deh." "Terus kita gimana nih? Mau balik atau ikut jumpa persnya dia?" tanya Tito membuat Anastasia terdiam sejenak seraya berpikir. "Kita ikut aja, sudah tugas kita jugakan," jawab Anastasia yang membuat rekan kerjanya hanya manggut-manggut. Mereka berdua kini melangkahkan kakinya ke ruangan yang memang sengaja disediakan untuk jumpa pers laki-laki yang akan memimpin perusahaan ternama tersebut. Anastasia berada di bangku paling belakang dengan membawa buku untuk ia catat point penting yang akan disampaikan oleh Rekal. Rekal tersenyum tipis sebelum duduk tepat di kursi yang telah disediakan, ia mulai berbicara dan membuka sesi pertanyaan. Sorot matanya tidak pernah bohobg, ia menatap ke arah wanita yang kini mengalihkan pandangannya dengan menunduk. "Kamu semakin cantik Na, apa kabarnya kamu? Apa baik-baik saja selama tidak ada aku?" batin Rekal bertanya. Pertanyaan demi pertanyaan di jawab dengan lancar oleh Rekal walau sebenarnya matanya hanya tertuju kepada Anastasia setiap kali menjawab. "Apa benar anda akan menikah dalam waktu dekat ini? Siapa calon istri anda apa dari kalangan artis, pengusaha atau model?" tanya salah satu wartawan yang membuat Rekal terdiam sejenak menatap lekat ke Anastasia yang kini juga menatapnya dengan penasaran. Rekal tersenyum tipis lalu menjawab, "Nanti kalian akan tahu sendiri." Semua yang berada disana sontak dibuat penasaran, mereka menatap satu sama lain bahkan berbisik, hingga pertanyaan lain mulai bermunculan. Rekal beranjak berdiri lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut. "Na, gue udah rekam semuanya," kata Tito yang kini mulai mematikan kameranya. "Yasudah sekarang kita balik," ujar Anastasia yang beranjak berdiri lalu melangkah keluar meninggalkan laki-laki tersebut yang melongo. "Eh buseh gue ditinggal, tungguin!" seru Tito yang kini menyusul Wanita tersebut beranjak keluar dari perusahaan tersebut dengan perasaan campur aduk, entah apa yang ia rasakan kini. "Kenapa gue harus ketemu disaat gue udah mulai melupakan lu!" seru Anastasia berbisik, ia mengepalkan tangannya menuju parkiran. Sedangkan di sisi lain Rekal kini berada diruang kerjanya, ia duduk di kursi kerjanya sambil bersandar, helaan nafasnya jelas ia hembuskan secara perlahan. "Gue senang lihat lu lagi Na," ucap Rekal yang tanpa disadari ia merindukan wanita yang telah melukai hatinya tanpa disengaja. Laki-laki tersebut lalu menelepon sekretarisnya dan memberitahu apa yang ia inginkan saat itu, Rekal tersenyum tipis menandang pemandangan yang terlihat dari ruang kerjanya. "Gue enggak akan sia-siain lu begitu saja Na, terlihat oleh gue lagi berarti lu siap masuk perangkap," gumam Rekal dengan seringai yang menakutkan. Anastasia memandang sengit ke arah perusahaan RX tersebut. "Enggak akan lagi gue injakin kaki gue disini!" sery Anastasia seraya bersumpah. "Main tinggal saja, lu lagi kenapa si hari ini? Perasaan tadi baik-baik saja," kata Tito yang dibuat bingung dengan sikap perubahan yang mendadak dari rekan kerjanya. "Lu lama!" seru Anastasia dengan kesal. Tito mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Lah malah ngegas." "Udah cepetan ayuk balik, panas!" Sambil mengipaskan lehernya dengan satu tangannya. "Na, gue penasaran. Kok Pak Xander bisa tahu nama lu ya? Segala nanya kabar lagi. Lu kenal dia?" tanya Tito yang membuat Anastasia terdiam sejenak menghentikan aktifitas mengipasnya, sorot matanya jelas ke arah rekan kerjanya yang kini menatap dengan penasaran. "Udah cepetan ayuk balik, Pak Ijal udah chat mulu ini," kata Anastasia yang jelas mengelak dari pertanyaan tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD