SL. 19

2708 Words
Sinar mentari menyerbakkan masuk melalui celah-celah hordeng yang terbuka sedikit, wanita cantik tersebut masih tertidur lelap di atas kasur hingga dering telepon berbunyi membuat ia terusik dan meraba ke arah meja nakas dengan mata yang tertutup. "Siapa si ish!" seru Anastasia, ia mengangkat tanpa melihat siapa yang menelepon. "Hah." "Anastasia, ke kantor sekarang." Mata wanita tersebut membelalak ketika mendengarnya, ia sontak melihat ke arah layar ponselnya lalu memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya ia memposisikan dirinya terduduk. "Ada apa Pak? Bukannya saya hari ini libur," ucap Anastasia. "Sudah kamu ke kantor sekarang, ada yang penting." Sang atasan mematikan teleponnya secara sepihak membuat wanita tersebut mengerutkan keningnya bingung menatap ponselnya. "ANJINC KENAPA SI! INIKAN HARI LIBUR GUE! SHITT!!!" seru Anastasia dengan kesal, ia mengacak-ngacak pelan sprei seraya merajuk. "ARRGHHHH!" Wanita tersebut beranjao turun dari kasurnya dan bergegas untuk ke kamar mandi dengan perasaan kesal yang terpendam di hati. Dengan raut data dan perasaan yang kesal karena tiba-tiba ia disuruh ke kantor entah karena masalah apa, namun ia jelas kesal karena hari ini adalah hari liburnya. 15 menit ia telah selesai dengan rapih dengan segelanya, ia beranjak keluar dari kosannya setelah mengambil ponsel dan memasukkan ke tas selempang yang ia kenakan. "Kerja Na?" tanya teman samping kamar kos-nya. Anastasia menghela nafasnya dengan raut wajah lesunya ia menjawab, "Iya." Wanita yang bertanya hanya terkekeh saja melihatnya, karena ia tahu jadwal Anastasia libur. "Kirain libur, tadi mau gue ajak nonton," balas Windy. "Maunya gitu tapi tiba-tiba disuruh ke kantor nih, gue duluan ya Win," kata Anastasia yang membuat Windy hanya mengangguk dan melanjutkan menyapu kamar kos-nya. Anastasia melangkah ke arah parkiran, ia langsung menaiki motor sport kesayangannya, setelah memakai helm fullface-nya dan memasang airpods untuk ia mendengarkan lagu. "Maaf ya baby, kamu harusnya istirahat malah melaju lagi," kata Anastasia sebelum melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari gerbang kos-an tersebut. Wanita tersebut melaju di bawah langit yang cerah dengan perasaan yang kesal, jelas ia masih ngegerundel karena disuruh masuk disaat waktunya libur. 20 menit berselang, Anastasia menghentikan laju motornta setelah sudah sampai di parkiran kantor tempat ia bekerja. Ia melepas helm fullface-nya, lalu menatap ke arah perusahaan tempat ia bekerja, helaan nafas gusar jelas ia hembuskan. "Sabar, tahan emosi," gumam Anastasia. Anastasia melangkah perlahan memasuki perusahaan tersebut, sapaan demi sapaan jelas ia abaikan, hanya raut wajah datar yang terlihat tidak bersahabat yang kini ia tampilkan. "Ana kok lu masuk?" tanya Freya dengan bingung. "Atasan lu nyuruh gue kesini," jawab Anastasia dengan kesal yang membuat Freya mengernyitkan dahinya lalu membalas, "Lah diakan atasan lu juga maemunah!" Wanita tersebut lantas melangkah ke arah ruang kerja sang atasan meninggalkan Freya yang hanya menatap keheranan. "Si Ana kenapa kok masuk?" "Frey, Ana kenapa?" Freya hanya menghendikkan bahunya lalu menjawab, "Disuruh keisni katanya sama Pak Ijal." Membuat mereka yang mendengar kini terdiam sejenak lalu dengan kompak menoleh ke arah Anastasia yang berdiri didepan ruang kerja atasannya. Wanita tersebut menatap pintu kaca yang tidak transparan tersebut, ia menarik nafasnyan dalam-dalam sebelum membuka mengetuk pintu kaca tersebut lalu masuk dengan perasaan yang harus ia netralisirkan. Pria paruh baya yang sedang menatap laptop kerjanya sontak mendongak lalu berkata, "Sudah datang kamu." Anastasia mengangguk pelan lalu melangkah hingga kini berada di hadapan sang atasan. "Apa ada masalah Pak?" tanya Anastasia to the point. "Kita mendapatkam tawaran untuk mewawancarai secara eksklusif, dan saya mau kamu yang turun langsung untuk hal ini," kata Pak Ijal yang membuat Anastasia sontak mengerutkan keningnya bingung. "Bukannya ada Gena Pak?" tanya Anastasia dengan spontannya yang membuat pria paruh baya tersebut menatap datar, wanita tersebut sontak membungkam bibirnya. Pak Ijal berkata, "Kenapa kamu tidak menjadi atasan saja supaya bisa mengatur." Anastasia menunduk saja. "Saya ingin kamu yang handle wawancara ini, sekarang." Anastasia dibuat terkejut dengan perkataan terakhir sang atasan. "Sekarang?" tanya Anastasia yang masih di ambang keterkejutan. Pak Ijal menatap dengan datar ke arah karyawannya. "Iya sekarang, soal libur kamu setelah berhasil wawancarai pemimpin perusahaan RX kamu boleh mengambip libur 3 hari," ujar Pak Ijal. "Yang di wawancari perusahaan RX?" tanya Anastasia, Pak Ijal hanya mengangguk saja lalu melanjutkan fokusnya kepada laptop kerjanya kembali. Wanita tersebut terdiam, entah ia salah apa harus menerima keterkejutan berulang kali dari sang atasan. Pria paruh baya tersebut mendongak ke arah karyawannya yang masih terdiam. "Kenapa masih diam disini? Cepat laksanakan," kata Pak Ijal dengan tegas. Anastasia menundui hormat sambil berkata, "Baik Pak." Wanita tersebut melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja sang atasan. Freya dan yang lainnya sontak melihat melihat dengan penuh penasaran, terlebih ketika Anastasia kini melangkah mendekat ke mereka dengan raut wajah tidak bersahabat memendam kesal. "Na, kenapa?" tanya Freya berbisik sambil menaikkan kedua alisnya. Wanita tersebut duduk tepat di kursi kerjanya, ia menghela nafasnya lalu memejamkan matanya dan bersandar di kursi kerjanya. Anastasia membuka matanya perlahan setelah dirasa ia sudah menetralisirkan perasaan kesalnya sedikit. "Na, lu enggak dipecatkan?" tanya Anira. "Kalian tuh ngdoain gue di pecat ya?" tanya Anastasia yang membuat mereka sontak terkejut lalu menggelengkan kepalanya pelan, "terus kenapa pertanyaannya selalu gitu?" lanjut Anastasia bertanya. Patra menjawab, "Soalnya lu setiap keluar dari ruangan Pak Ijal mukanya murung enggak bersahabat, jadi kita semua mikirnya jelekk mulu." Wanita tersebut yang mendengar sontak memutar bola matanya dengan jengah, lalu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Emang ruang Pak Ijal kan misterius, kita enggak tau dipanggil untuk apa," kata Anastasia yang sontak mereka mengangguk seraya menyetujui perkataan wanita tersebut. Laki-laki yang lumayan tampan berjalan ke arah mereka yang sedang bergosip ria. "Na, kita disuruh wawancara di perusahaan RX lagi?" tanya Tito yang membuat Anastasia menoleh dengan santainya ke arah laki-laki tersebut sambil menyahut, "Yaps." Tito menghela nafasnya dengan pasrah membuat mereka yang melihat sontak mengerutkan keningny penasaran. "Kenapa emang To?" tanya Patra. "Sombong banget, mana judes banget lagi kalau ngomong, tatapannya yang bikin males mengintimidasi banget," jels Tito, sedangkan Anastasia hanya terkekeh saja sambil beranjak berdiri. Ia mengambil id card-nya lalu ia kalungkan agar mempermudahnya. "Serius lu dia orangnya kaya gitu?" tanya Freya yang membuat Tito mengangguk dengan yakin. Patra menyela, "Tapi ganteng enggak." Tito terdiam sejenak sebelum menyahut, "Ya bisa dibilang gitu lah, pesonanya si gua akuin kuat banget. Tapi nih, masa dia kenal si Ana." Semua yang mendengar sontak terkejut. "Terus, terus gimana?" tanya Freya penasaran. Anastasia yang sudah melangkah sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah rekan kerjanya yang asik bergosip. "Tito, cepetan!" seru Anastasia yang membuat laki-laki tersebut sontak berkata, "Nanti dulu, ngeri gue macannya keluar." Tito kini melangkah menyusul Anastasia, sedangkan yang lain hanya menghela nafasnya dengan kecewa. "Kenapa kalian berkumpul? Apa perusahaan kita terlalu senggang untuk berkumpul?!" Suara pria paruh baya yang sangat amat mereka kenal, mereka yang berkumpul perlahan mendorong kursinya kembali ke meja kerjanya. Sedangkan kini mobil yang sebagai fasilitas mereka untuk wawancara melaju keluar dari area perusahan tersebut, Anastasia menghela nafasnya dengan gusar berulang kali membuat Tito yang sedang menyetir jelas menoleh ke arah rekan kerjanya. "Kenapa Na? Gugup karena wawancaranya atau gugup karena orang yang akan kita wawancarai?" tanya Tito yang membuat wanita tersebut sontak menoleh dengan sorot mata yang memicing. "Dih apa-apan lu pertanyaannya, gue cuman males kesana. Ini harusnya hari dimana gue leha-leha dikamar, me time, nah ini disuruh wawancara tuh manusia," oceh Anastasia yang kini kembali menatap lurus ke arah jalanan, ia kini juga menyetel lagu untuk menemani mereka selama perjalanan menuju tujuannya. Tito jelas terkekeh mendengarnya, ia menggelengkan kepalanya melihat ocehan rekan kerjanya tersebut. Tito berkata, "Kalau enggak ganggu hari libur kerja kita bulan atasan kita namanya." Sambil tertawa yang membuat Anastasia menoleh sejenak lalu memutar bola matanya dengan jengah. 35 menit berselang, Tito memarkirkan mobilnya tepat di parkiran yang terlihat kosong olehnya setelahnya mereka berdua turun dari mobil, dan laki-laki tersebut sontak mengambil kameranya terlebih dahulu. "Gue ngelamggar sumpah gue sendiri," gumam Anastasia sambil melihat ke arah gedung perusahaan yang menjulang tinggi. "Ayuk," ajak Tito ketika kamera sudah berada ditangannya, Anastasia menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengangguk pelan sebelum akhirnya melangkah masuk ke perusahaan tersebut yang tentu harus melewati pemeriksaan keamanan. "Langsung ke ruang kerjanya kita," ujar Tito yang membuat Anastasia sontak mengernyitkan dahi. "Lu emang tahu lantai berapa asal main keruangan aja," balas Anastasia yang membuat Tito terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Tapi disuruh Pak Ijal gitu," kata Tito. "Silahkan ikutin saya, kalian sudah ditunggu oleh Pak Rekal." Mereka berdua sontak menoleh ke arah sumber suara, dan terlihat wanita cantik yang memakai setelan baju kantor berada di hadapan mereka berdua kini. "Saya Lery, sekretaris Pak Rekal ," ucap Lery yang membuat Anastasia mengangguk. Tito bertanya, "Rekal siapa?" "Itu nama depannya," balas Anastasia yang kini menoleh ke arah wanita cantik tersebut lalu melangkahlan kaki mengikuti Lery, Tito terdiam melongo sejenak lalu bergumam, "Kok Ana tahu nama depannya, padahal orang tahunya cuman Xander doang." Laki-laki tersebut menghendikkan bahunya seolah tidak mau mempermasalahkan itu sekarang. Mereka menaiki lift yang tentu dipandu oleh wanita yang menjbat sebagai sekretaris Rekal tersebut, Anastasia sering kali menatap wanita yang berdiri membelakanginya. "Cantik, gue yakin dia bukan hanya sekedar sekretaris buat tuh laki," batin Anastasia yang kesal. Kini mereia keluar dari lift lalu melangkah ke arah ruangan dengan pintu kayu berwarna coklat mengkilap, Lery mengetuk pintu. "Masuk," sahut suara bass yang berada di dalam ruangan tersebut. Lery masuk dengan sopan nan anggun membuat Rekal yang sedang sibuk sontak mendongak ke arah sekretarisnya. "Ada apa?" tanya Rekal dengan dingin. "Perwakilan majalah KNS sudah datang Pak," ucap Lery yang membuat Rekal sontak menghentikan sejenak ktifitasnya lalu berkata, "Suruh mereka masuk, dan suruh OB bawa minuman dan cemilan ke ruangan saya." Lery menunduk hormat lalu menyahut, "Baik Pak." Wanita cantik tersebut membalikkan badannya lalu melangkahkan kakinya lalu membukakan pintunya sambil berkata, "Silahkan masuk." Kedua orang tersebut saling menatap satu sama lain lalu melangkah masuk perlahan ke ruangan tersebut, Anastasia bwrada di belakang Tito. Rekal tersenyum menyeringai lalu menghentikan aktifitasnya, ia mendongak menatap lurus ke arah tamu yang sengaja ia panggil. "Wah kalian cepat juga datangnya, silahkan duduk," kata Rekal yang kini beranjak berdiri. Anastasia sama sekali tidak menatapnya membuat Rekal semakin gemas dan tertantang, mereka berdua kini duduk di sofa yang berada diruangan tersebut. "Jadi kapan kita bisa mulai wawancara?" tanya Anastasia to the point yang membuat Rekal bersandar di sofa single dengan senyum miringnya. "Kenapa buru-buru sekali anda?" tanya Rekal sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat Anastasia jelas menatap geram. Anastasia menyela, "Apa anda tahu sekarang harinya saya libur, tapi gara-gara anda saya berada disini." Tito yang mendengar sontak mengerutkan keningnya, ia bahkan menyenggol rekan kerjanya agar tidak meluapakan emosinya. "Na, tahan. Ini wawancara eksklusif, kalau gagal kita bisa kena omel," bisik Tito yang membuat Anastasia kini mulai mengatur nafasnya sedangkan Rekal hanya terkekeh saja melihatnya. "Saya mau di wawancara asalkan anda nurut satu syarat saya," kata Rekal yang membuat Anastasia menyahut, "Apa?!" Dengan nada sedikit ketus. Laki-laki dengan rahang yang tegas, dan senyum yang menggoda berkata, "Sudah berubah sekali anda sekarang Anastasia." Wanita tersebut memuta bola matanya dengan jengah. "Apa syaratnya, jangan ngalihin pembicaraan," ketus Anastasia, ia seraya dipancing emosi oleh laki-laki yang kini menatap dengan penuh arti. "Nih rekan kerja gue kenapa gacorr amat ya," gumam Tito ketika mendengar perkataan ketus dari Anastasia. Rekal menatap lekat ke arah wanita tersebut seolah untuk menggoyahkan pertahanan yang dibuat Anastasia. "Jadi asissten saya selama 3 bulan," ucap Rekal yang membuat Anastasia lantas beranjak berdiri. "Enggak! Jangan harap!" seru Anastasia yang kini mulai melangkah ingin keluar namun langkahnya terhenti ketika Rekal berkata, "Kalau kamu nurutin permintaan saya, apapaun berita akan saya pastikan majalah kalian yang akan mendapat terlebih dahulu." Wanita tersebut terdiam sejenak memegang gagang pintu. "Ana, ini kesempatan kita," ucap Tito yang merayu wanita tersebut. Anastasia melanjutkan langkah kakinya keluar dari ruang kerja laki-laki tersebut yang membuat Rekal bersandar di sofa dengan senyuman menyeringainya. Tito yang berada disana jelas canggung, ia beranjak berdiri lalu berkata, "Saya susul dia dulu Pak, tolong jangan berubah pikiran dulu." Rekal hanya mengangguk dengan sorot mata datarnya. Anastasia jelas kesal, ia menaiki lift menuju loby perusahaan laki-laki tersebut. "Gilaa kali dia, gue disuruh jadi asisstennya!" seru Anastasia dengan mengepalkan tangannya hingga ia kini berteriak, "ARGGHH!!!" Untung saja di dalam lift hanya ada ia sendiri. "Lah kemana dia? Cepat banget," ujae Tito ketika melihat kesana kemari tidak ada Anastasia, namun matanya kini tertuju kepada lift yang sedang melaju turun. "Astaga Anastasia," gumam Tito yang kini menekan tombol lift sebelahnya agar menyusul rekan kerjanya tersebut. Wanita tersebut berjalan keluar setelah lift pintu terbuka, ia melangkah dengan raut wajah yang kesal ingin sekali meluaplan emosinya dengan teriak. "Bisa-bisanya dia permainin gue kaya gini!" seru Anastasia yang membuat mereka yang melihat sontak memandang bingung ke arahnya. Hingga dimana Tito kini melihat Anastasia yang berjalan ke arah pintu keluar, ia berlari perlahan sambil memegang kamera yang ia bawa. "Anastasia! Tunggu!" seru Tito, wanita tersebut sontak menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah sumber suara yang sedang menghampirinya. "Sebentar, nafasnya gue kaya habis di penggal ini," kata Tito sambil mengatur nafasnya, sedangkan Anastasia hanya memutar bola matanya lalu melanjutkan langkah kakinya perlahan ke arah mobil perusahaannya. "Cepatan gue mau balik!" seru Anastasia dengan nada kesal. Tito menghela nafasnya dengan gusar lalu menekan tombol untuk membuka kunci mobil agar wanita tersebut bisa masuk, setelahnya ia menyusul masuk ke mobil dengan kamera yang ia pangku. "Taruh kamera lu, kalau rusak mau ganti rugi?" tanya Anastasia dengan sedikit sarkas. "Lu kenapa si Na? Ini kesempatan kita loh buat dapat berita eksklusif yang ditunggu-tunggu sama majalah lainnya," kata Tito seolag mengingatkan. Anastasia lantas menoleh dengan raut wajah datar lalu menyela, "Terus lu mau korbanin gue buat jadi asisstennya dia selama 3 bulan. Sorry ya enggak minat gue, jangankan 3 bulan 1 hari aja gue ogah banget," balas Anastasia dengan lantang yang membuat Tito sontak terdiam sejenak. Baru saja ingin menyalakan mobil dering telepn Tito berbunyi yang membuatnya sontak berkata, "Sebentar." Ia memberikan kameranya agar dipegang oleh wanita disebelahnya, laki-laki tersebut sontak langsung mengambil ponsel yang ada di saku celanya. Tito terdiam sejenak melihat ke arah Anastasia yang kini mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Kenapa si?" Dengan raut wajah bingungnya, laki-laki tersebut memperlihatkan layar ponselnya yang membuat Anastasia bersandar di kursi mobil dengan pasrah. "Yasudah angkat," kata Anastasia. Sedangkan di sisi lain, laki-laki menatap kebawah tepat ke mobil yang tadi di naiki oleh wanita yang baru saja keluar dari kantornya, ia tersenyum picik melihatnya. "Satu, dua, tig–" belum sempat selesai menghitung, wanita tersebut keluar dari mobil dengan wajah masamnya. Anastasia keluar dengan malas dan perasaan yang kesal, ia mendongak menatap ke arah gedung dengan sorot mata yang sengit mengajak berantem. "Na," panggil Tito pelan. "Udah enggak usah basa-basi, kita kelarin aja sama tuh manusia!" seru Anastasia dengan kesal, ia melangkah kembali masuk ke perusahaan milik Rekal sontak yang melihatnya hanya memandang heran. Anastasia bergumam, "Heran gue sama tuh manusia apa berpengaruhnya sampai Pak Ijal saja nurut banget sampai ngancem pecat gue." Dengan nada kesal. "Lu serius nih mau ke atas?" tanya Tito ketika mereka berada di depan lift. Wanita tersebut menoleh dengan raut wajah datarnya. "Terus ngapain kita disini kalau enggak nyamperin," cetua Anastasia, Tito hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal yaps lebih baik ia diam saja dibanding di amuk oleh macan betina. Mereka berdua memasuki lift berbarengan dengan para karyawan perusahaan tersebut, wanita tersebut merubah raut wajahnya dengan mimik muka yang sopan dan senyum yang manis. "Lu punya keprobadian ganda kali ya?" tanya Tito berbisik yant membuat Anastasia menoleh dengan sorot mata yany sengit, laki-laki tersebut kembali membungkam mulutnya. Hingga dimana lift terbuka karena telah sampai ke lantai tujuannya, Anastasia melangkah dengan cepat membuat Tito mengerutkan keningnya. Wanita tersebut membuka pintu ruang kerja laki-laki tersebut tanpa permisi, Rekal yang sedang menatap layar laptopnya sontak mendongak dengan senyuman tipia menyeringai. "Ada apa? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Rekal. "3 bulan kan?! Saya terima, ini karena permintaan atasan saya saja," kata Anastasia dengan geram yang membuat Rekal menatap lekat wanita tersebut, ia bersandar di kursi kerjanya lalu tersenyum manis. "Jadi kamu menerima persyaratannya?" tanya Rekal. Wanita tersebut menyela, "Omongan saya di awal sudah jelas untuk menjawabnya." "Kalau gitu kita bisa mulai wawancaranya," kata Rekal yang membuat Tito kini terdiam sejenak hingga ia tersadar dan mempersiapkan kameranya setelah mendapat tatapan dari laki-laki tersebut. "Cihhh," decit Anastasia, sorot matanya jelas sengit ke laki-laki yang terkekeh pelan ke arahnya. Anastasia memutar bola matanya dengan jengah, ia berjalan ke arah sofa yang membuat Rekal tersenyum kemenangan. Wanita tersebut sungguh ingin menolak, namun ancaman pecat seolah menghambatnya selain karena gaji diperusahaan majalah tersebut, ia sudah terlalu nyaman dengan rekan-rekan kantornya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD