SL. 15

1836 Words
Sejak pertemuan mereka yang tanpa disengaja di pantai, membuat mereka semakin canggung, namun Anastasia tidak pernah menyerah untuk terua memperingati Rekal untuk bisa memaafkan kejadian masalalunya. Hari ini, sekolah mengadakan pensi untuk perpisahan kelas 3, live musik, bazar-bazar kecil juga tersedia di lapangan sekolah tersebut. "Bakal kangen banget si gue sama nih sekolah," ucap Heni dengan senyuman tulis sambil melihat ke arah gedung sekolah yang kini dihiasi oleh lampu-lampu kuning yang membuat semakin indah di pandang. "Ah kangen Pak Ben kali lu," kata Mila sambil menyenggol sahabatnya. Anastasia mengernyitkan dahinya lalu menyela, "Lah bukannya kangen sama Pak Hasan." Sambil terkekeh, Heni yang mendengar jelas langsung menoleh dengan sorot mata yang kesal kepada kedua sahabatnya. "Kak," panggil seseorang yang membuat ketiga gadis tersebut sontak menoleh ke arah sumber suara sambil mengernyitkan dahinya. "Iya, kenapa?" sahut Heni bertanya. Gadis yang mereka ketahui adalah adik kelasnya yang sebentar lagi menggantikan mereka menunduk malu yang membuat Anastasia bertanya, "Ada apa?" "Kak Ana boleh enggak nyumbang lagu sekali saja, teman-teman aku recomend'n minta Kakak nyanyi soalnya," kata Adik kelas tersebut dengan sorot mata yang memohon. Heni dan Mila sontak menoleh ke arah sahabatnya yang kini terdiam. Heni berkata, "Udah, kapan lagi lu nyanyi depan adik kelas." Sambil menyenggol Anastasia yang kini tersadar dari diamnya dan menoleh ke arah Heni yang sedang menaikkan kedua alisnya. "Biasanya kan nyanyi di kamar mandi mulu," cetus Mila yang membuat Heni menyahut, "Nah Mila saja paham itu." "Mau ya Kak," ucap adik kelas tersebut dengan nada memohon, Anastasia masih terdiam saja seolah memikirkan permohonan tersebut hingga dimana Ari dkk kini menghampiri keberadaan mereka berempat. "Ada apa ini?" tanya Ari to the point Heni menjawab, "Ini Ri, Anastasia disuruh nyanyi tapi enggak dijawab-jawab." Ari yang mendengar sontak melihat ke arah gadis tersebut dengan sorot mata yang lekat menatap. "Nyanyi saja Na, ya anggap saja hadiah perpisahan buat sekolah," ucap Ari yang membuat gadis tersebut menoleh ke arah laki-laki yang kini tersenyum manis sambil mengangguk. "Enggak berani naik panggung kali, suaranya jelekk," kata seseorang yang membuat mereka sontak menoleh ke arah sumber suara, Anastasia jelas terkejut lalu memandang sengit terlebih ketika laki-laki tersebut tersenyum miring meledek. "Kal!" seru Riki seraya memperingati sahabatnya tersebut, laki-laki tersebut jelas mengangguk seraya bertanya, "Kenapa?" Riki berbisik, "Mulut lu jangan jahat begitu." "Lah emang benar, enggak beranikan nyanyi di panggung?" tanya Rekal dengan sorot mata yang mengarah menatap gadis yang kini masih menatap dengan sengit. Heni berteriak, "Yeuh kaya lu berani aja si naik ke atas panggung!" Rekal hanya terdiam saja tersenyum miring, sorot matanya tidak teralihkan kepada Anastasia. Ari yang melihat hanya memandang tidak suka, sorot nata yang tajam menelusuk jelas ditunjukkan. "Oke, aku mau," kata Anastasia kepad adik kelasnya yang kini menatap membinar. "Kak, terimakasih ya," ucap adik kelas tersebut yang bersorak gembira, Anastasia hanya tersenyum manis lalu mengangguk pelan. "Kalau gitu aku bilangin ke MC-nya ya Kak," katanya, adik kelas tersebut lalu melangkah menjauh dadi keberadaan mereka semua. Ari menoleh ke arah Anastasia yang jelas menatap sengit. "Jangan dengerin ucapan Rekal," kata Ari dengan lembut, Anastasia terdiam sejenak sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya perlahan seraya mengatur emosinya. "Udah Na lu jangan kepikiran, lu tahu mulut mantan lu emang dari dulu setajem silet, sepedes cabai," ujar Heni yang menatap sekilas dengan tajam ke arah Rekal. Rekal melangkah pergi setelah mengetahui gadis tersebut ingin bernyanyi karena mulut kompornya, yaps laki-laki tersebut emang sengaja memanasi Anastasia, ia ingin melihat gadis tersebut bernyanyi. "Kal, lu sengaja tadi kaya gitu?" tanya Riki. "Menurut lu gimana Ki, ya jelas dia sengajalah," sela Bimo yang membuat Riki terdiam sejenak sebelum akhirnya ia ber Oh ria, Rekal hanya terkekeh saja mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Laki-laki tersebut melangkahkan kakinya menuju ke arah panggung yang kini sudah mulai ramai oleh siswa-siswi sekolahnya. Riki bertanya, "Lu jadi nyanyi Kal?" Laki-laki yang dipertanyakan hanya berdehem saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Lagunya apa? Udah disiapin?" tanya Bimo, Rekal hanya menggelengkan kepalanya pelan membuat kedua sahabatnya sontak menoleh satu sama lain. "Lah lu gimana si bambankkk, masa mau manggung tapi belum tahu lagunya," celetoh Riki. Rekal menyela, "Masih lama ini, jadi santai." "Lama-lama nanti giliran dipanggil malah nyanyiin balonku ada lima lagi," cetus Riki yang membuat Rekal jelas tertawa pelan karena mendengarnya. Rekal berkata, "Kalau lu mau joget didepan panggung, enggak papa gue nyanyiin itu. Malu-malu dah sekalian." Riki sontak melotot tidak percaya atas perkataan sahabatnya. "Astaga! Harusnya gue yang malu," kata Riki yang membuat kedua sahabatnya kini kompak tertawa karena melihat raut wajah kesal Riki. Hingga waktu cepat berlalu, acara demi acara berlangsung dengan sangat meriah terlebih ketika bintang tamu yang dihadirkan perform. "Gais, kayanya ini bakal jadi kejutan deh kalau kalian tahu siapa yang bakal nyanyi setelah ini," kata Mc yang jelas membuat para penonton saling menatap satu sama lain. "Siapa? Rekal?" "Paling Rekal, tapi kalau dia kan enggak bikin kita kaget." "Siapa si? Sebutin dong." "Emang ada bintang tamu lagi?" Bisikan-bisikan serta sorakan dari penonton jelas sangat terdengar yang membuat MC jelas merasakan senang semakin membuat penasaran. "Ada yang bisa tebak enggak siapa?" tanya MC tersebut, hingga suara demi suara terdengar bising yang membuat MC tertawa pelan lalu berkata, "Okeh, okeh dibanding penasaran kita sambut perform dari ANASTASIA ZEVINA." Benar saja, semua dibuat terkejut terlebih kepada murid laki-laki yang mendamba-dambakan gadis tersebut. "Hah? Kak Ana nyanyi? Serius ini?" "Akhirnya Kak Ana nunjukin bakat nyanyinya." "Kalau duet sama Kak Rekal pasti lebih heboh." Semua bertepuk tangan ketika Anastasia menaiki panggung raut wajah datarnya, ia menatap ke arah penonton yang kini juga menatap dengan sorot mata kagumnya. "Terimakasih," ucap Anastasia ketika diberi Mic oleh MC tersebut. Anastasia terdiam sejenak, menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan hingga ia kini memasang Mic yang diberi ke stand mic yang sudah tersedia. "Halo semuanya," kata Anastasia, sontak swmua membalas sapaan gadis tersebut yang membuatnya sedikit terkejut hingga tersipu malu. "Astaga kalian bikin aku kaget," ujar Anastasia sambil tertawa pelan, para penonton terutama laki-laki jelas tersenyum manis melihat ketawa indah dari gadis tersebut. "Ada yang mau request lagu buat aku nyanyiin?" tanya Anastasia. "Apapun yang dinyanyiin Kak Ana pasti bagus." Perkataan adik kelas yang mulai membuaya dan modus jelas terlontar membuat Anastasia terkekeh saja mendengarnya. Anastasia mulai ke arah pemain gitar dan berdiksusi tentang lagu yang akan ia nyanyikan saat itu. Sorot mata gadis tersebut seolah menelusuk mencari keberadaan laki-laki yang menantangnya bernyanyi. "Yang tahu lagunya boleh ikut bernyanyi ya," ucap Anastasia yang kini mulai menarik nafas dalam-dalam. Gadis tersebut mulai bernyanyi sambil memeuamkan matanya seolah meresapi lagu yang ia nyanyikan, matanya perlahan terbuka dengan mulut yang masih bernyanyi, para penonton mulai menyalakan senter ponselnya seolah mereka semua mengikuti alunan lagi galau yang dinyanyikan gadis tersebut. "Kak Anastasia lagunya kenapa bikin baper si." "Menusuk banget di hati." Semua ikut bernyanyi karena mereka jelas tahu lagu tersebut emang sangat cocok untuk bergalau ria dan menangis tersedu ketika dihayati dengan dalam. Rekal yang duduk dengan sorot mata yang menatap lurus ke arah gadis tersebut tersenyum tipis. "Gue enggak nyangka kalau Anastasia suaranya bagus banget," kata Riki yang kini mulai ikut bernyanyi. Bimo menyela, "Kayanya si nih lagu buat lu Kal." Riki terdiam sejenak, seolah ia mencerna arti lirik yang dinyanyikan gadis tersebut. "Eh iya benar Kal, menghayati banget semua dibuat baper," ujar Riki, Rekal hanya terdiam saja mendengarnya seolah ia tidak ingin di ganggu mendengar dan menatap gadis tersebut. Gadis tersebut menyanyikan dengan penuh penghayatan hingga tanpa sadar air matanya turun begitu saja dari sudut matanya, semua melihatnya dan semua juga merasakan hal yang salam. Lagu Lastchild - Duka yang dibawakan terlalu baper terlebih jika dinyanyikan dengan penghayatan. Anastasia terdiam sejenak, ia menarik nafasnya perlahan sebelum menyanyikan bait terakhir dengan sangat menghayati, tepuk tangan yang meriah jelas membuat ia membuka matanya perlahan. "Wahhhh daebakk! Semua dibuat nangis karena lagu yang dibawakan. Tepuk tangan lagi buat Kak Anastasia," ucap MC yang kini naik ke atas panggung dan berdiri tepat disamping gadis tersebut. "Kak Ana, tunggu sebentar. Kita mau tanya-tanya soalnya banyak yang nitip pertanyaan nih," kata MC tersebut yang mulai membuka satu lembar kertas, Anastasia yang niatnya langsung turun dari panggung jelas mengurungkan niatnya. MC berceloteh, "Sepertinya Kak Anastasia termasuk siswi populer ya di sekolah ini. Benar enggak si gais?" Semua bersorak, "Benar" membuat Anastasia hanya terkekeh saja menatap mereka di atas panggung, MC yang mendengar dengan kompak suara tersebut sedikit terkejut. "Kak Anastasia, ada yang nanya nih. Katanya Kakak akan lanjut dimana setelah lulus?" tanya MC sambil melihat kertas yang ia pegang, Anastasia terdiam sejenak lalu mengambil mic untuk menjawab, "Kebetulan akan kuliah dan kemungkinan kerja juga." MC yang mendengar sontak tersenyum kagum hingga ia berkata, "Wah, sepertinya Kak Anastasia bukan tipe yang menyusahkan kedua orangtua ya." Gadis tersebut hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Kak, ada yang nanya nih. Apa benar Kak Anastasia dan Kak Rekal sudah putus?" tanya MC tersebut yang membuat Anastasia terkejut mendengarnya, jangankan Anastasia semua jelas dibuat terkejut soal pertanyaan tersebut yang jelas mereka penasaran siapa yang berani bertanya tersebut. MC seolah mengerti pertanyaan tersebut membuatnya terkejut hingga berkata, "Kita skip saja gais pertanyaan ini, lagi ini siapa si kepo banget deh sama hubungan asmara Kak Anastasia." Baru saja ingin membacakan pertanyaan kembali, Anastasia mengangkat mic-nya hingga dekat dengan bibirnya. "Saya sedang sendiri saat ini, apa itu sudah jelas untuk pertanyaan tadi?" Gadis tersebut tersenyum tipis. "Tuh gais dengar, siapa yang beri pertanyaan ini sudah dijawab tuh," ujar MC tersebut. Hingga waktu berlalu, sesi pertanyaan yang dilontarkan sudah berakhir, gadis tersebut kini turun dari panggung dan melangkah ke arah ketiga sahabatnya. "Na, lu keren banget tadi. Lihat nih gue fotoin lu," ujar Heni sambil menunjukkan beberapa foto yang ia ambil saat sahabatnya perform. "Kayanya mending lu jadi penyanyi aja deh Na," kata Mila yang membuat gadis tersebut jelas mengerutkan keningnya bingung. "Apaan si lu, ngaco," sela Anastasia sambip tertawa pelan. Heni berceloteh, "Eh tapi benar juga tuh yang dibilang sama Mila, kalau lu jadi penyanyi rela dah gue jadi asissten lu." "Nah gue jadi manager lu," nimbrung Mila, mereka berdua menaikkan kedua alisnya yang membuat Anastasia tertawa pelan. Ari yang sedang bersendau gurau dengan beberapa sahabatnya sontak berkata, "Gue kesana dulu ya." Mereka yang berada disana sontak mengikuti arah kode mata yang diberikan laki-laki tersebut. "Yasudah gidah sana." "Pepet teross Ri sampai dapet." Laki-laki tersebut hanya terkekeh sejenak lalu melanglkah ke arah stand minuman yang menyenggarkan, ia membelinya lalu kembali berjalan ke arah gadis yang sedang tertawa bersama kedua sahabatnya. Ari menyapa, "Hai Na." Dengan senyum manis dibibirnya, Anastasia yang mendengar sontak hanya tersenyum tipis saja lalu bertanya, "Ada apa Ri?" Laki-laki tersebut terdiam menatap lekat ke arah Anastasia. "Buat lu," kata Ari sambil memberikan minuman berasa yang telah ia beli, Anastasia terdiam sejenak melihat ke arah minuman yang berada ditangan laki-laki tersebut. "Buat gue?" tanya Anastasia dengan bingung. Laki-laki tersebut lalu memberikan langsung ke tangan gadis tersebut ketika melihat Anastasia hanya terdiam dengan raut wajah bingungnya. "Yailah Ri, disini 3 orang masa yang dibeliin Ana doang si," sindir Heni. "Lu berdua beli sendiri," ujar Ari lalu memberikan selembar uang lima puluh ribu yang membuat Heni dan Mila saling menatap satu sama lain, tanpa pikir panjang mereka berdua melangkah pergi setelah mengambil uang yang diberikan laki-laki tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD