Ari dan Anastasia kini berada di kedai es krim yang sekarang menjadi langganan mereka ketika ingin mengobrol, bercerita atau hanya sekedar menikmati es krim saja. "Lu bakal terus bertahan selama 2 bulan terakhir ini?" tanya Ari sambil sesekali melahap es krim yang ada di genggamannya.
Gadis tersebut terdiam sejenak lalu menatap lurus ke arah laki-laki yang kini menjadi teman curhat selain Heni dan Mila. "Menurut lu gue harus gimana? Mundur gitu, lu tahu gue enggk punya apa-apa lagi buat ganti rugi pembatalan kontrak kerja,* kata Anastasia yang membuat Ari terdiam mendengarnya.
"Kenapa? Mau bilang kalau lu bakal bantu?" tanya Anastasia to the point ketika melihat sorot mata laki-laki yang seolah berucap seperti itu.
Ari menyela, "Selagi gue bisa bantu, kenapa enggak?"
"Ya enggak buat gue, lu udah terlalu banyak bantu gue ya Ri. Jadi untuk kali ini biarin aja ngalir kaya gini," cetus Anastasia yang membuat Ari kini menatap serius ke arah gadis yang ada dihadapannya, ia mulai memajukan duduonya membuat Anastasia bingung dibuatnya. "Apa lu yakin bisa kerjasama sama masalalu yang nanti jadi suami orang? Hati lu emang kuat?" tanya Ari.
Gadis tersebut terdiam sejenak lalu menyenderkan tubuhnya tept di kursi yang ia duduki, Anastasia menghela nafasnya dengan gusar Ari jelas menatapnya dengan jelas. "Kenapa lu enggak jujur saja? Siapa tahu dia batalin pernikahannya," kata Ari yang membuat gadis tersebut jelas terkejut bukan main.
"Heh kalau bacot enak banget lu Ri! Lu pikir gue cewek apaan, dia sudah sama pilihannya Ri jadi enggak perlu lagi lah, tenang. Gue bisa kok," ucap Anastasia yang membuat laki-laki di hadapannya menatap lurus dengan sendu.
Ari menyela, "Sudah lu nikah sama gue saja kalau dia nikah sama tuh cewek."
Anastasia mendongak menatap sengit lalu mencetus, "Lu ngajak gue ribut lagi?" Ari yang mendengar sontak tertawa terbahak mendengarnya, yaps laki-laki tersebut sudah terbiasa mengungkapkan perasaannya kepada gadis tersebut namun penolakan terus terjadi, hingga pengungkapan tersebut malah menjadi bahan bercanda untuk mereka berdua.
"Gue kemarin deket sama cewek, menurut lu gimana?" tanya Ari lalu memberikan handphonenya yang menampilkan foto gadis yang cantik. "Okeh si, cantik," jawab Anastasia.
Ari menaikkan kedua alisnya yang membuat Anastasia mengerutkan keningnya. "Tapi ini karyawan baru gue," kata Ari.
"Jangan bertingkah deh, gue males ya selesain masalah lu lagi," ujar Anastasia dengan helaan nafas yang jengah, Ari hanya tertawa pelan mendengar keluh kesah gadis tersebut yang selalu menjadi penengah masalah untuknya.
Sedangkan di sisi lain, di dalam mobil sosok laki-laki memantai kedua orang tersebut yang sedang bercengkrama sangat akrab. "Apa mereka menjalin hubungan?" Rekal menatap sengit, ia menggenggam erat setir mobil dengan perasaan yang benar-benar kesal.
Dering telepon membuat Rekal tersadar, ia mengambil ponselnya lalu mengangkatnya ketika mengetahui siapa yang meneleponnya.
"Gimana?" tanya Rekal to the point.
"Dia memiliki perusahaan AR Group Tuan." Rekal mengerutkan keningnya ketika mendengar nama perusahaan tersebut, ia menoleh ke arah kedua orang yang masih bercengkrama dengan hangatnya bahkan Anastasia tertawa dengan sangat cantik.
Laki-laki tersebut lalu mematikan teleponnya secara sepihak, ia langsung menelepon sekretarisnya. "Lery, tolong cek apakah kita ada kerjasama dengan AR Group?" tanya Rekal.
"Baik Pak sebentar saya lihat dulu."
Rekal bertanya kembali, "Gimana?" Ketika sudah menunggu selama beberapa detik.
"Ada Pak, kebetulan besok Bapak akan bertemu oleh pemimpinnya langsung." Rekal terdiam sejenak, laki-laki tersebut lalu mematikan teleponnya secara sepihak.
Hingga waktu sangat cepat berlalu, Anastasia merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya setelah memastikan alarm di handphonenya telah tersetel.
Sinar mentari kini mengambil alih gelapnya malam yang sunyi, semua kembali ke aktifitasnya masing-masing begitu juga dengan Anastasia yang kini telah rapih untuk bergegas berangkat kerja. "Sabar, 2 bulan lagi," ucap Anastasia ketika melihat dirinya di pantulan cermin, ia tersenyum tipis lalu menarik nafasnya perlahan.
Gadis tersebut melangkah keluar dari kamar kos-nya tersebut, bergegas langsung menuju parkiran kos-nya. "Lu ngapain disini?" tanya Anastasia ketika melihat sosok atasannya berada di depan gerbang kosannya.
"Mau jemput asissten gue, biar enggak telat," kata Rekal yang membuat Anatasia melangkah perlahan mendekat ke arah laki-laki tersebut. "Enggak jelas lu, gue naik motor," balas Anastasia yang membuat laki-laki tersebut menoleh ke arah motor sport yang ia kenal.
"Lu yakin mau naik motor?" tanya Rekal, Anastasia mengerutkan keningnya bingung lalu menjawab, "Iyalah. Sudah sana lu duluan." Laki-laki tersebut manggut-manggut saja sambil terus melihat ke arah motor sport gadis tersebut, hingga Anastasia penasaran dan mengikuti pandangan Rekal.
Anastasia menatap terkejut melihat ban motor sportnya kempes. "Lah kok bisa? Perasaan semalem masih baik-baik saja," kata Anastasia yang bingung, ia melihat mengecek keadaan ban motornya.
Rekal berkata, "Jadi gimana mau bareng enggak? Jarang-jarang loh ada atasannya yang jemput bawahannya." Dalam keadaan masih jongkokk Anastasia menoleh ke arah laki-laki yang kini tersenyum seolah penuh arti, gadis tersebut beranjak berdiri lalu menuduh, "Lu kan yang buat ban motor gue kempes?"
"Ada bukti?" tanya Rekal dengan raut wajah santainya, Anastasia dibuat bungkam mendengar pertanyaan tersebut.
Rekal terkekeh lalu berkata, "Cepatan, saya ada meeting pagi ini." Gadis tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menghela nafasnya dengan gusar, Anastasia melangkah kelaur dari area kosannya tersebut menuju mobil Rekal.
Laki-laki tersebut yang melihat tersenyum tipis lalu menyusul langkah kaki gadis tersebut. Mereka berdua kini berada di dalam mobil, Rekal melajukan mobilnya dengan kecepatan standar menjauh dari perkarangan kosan Anastasia. "Hari ini kamu enggak usah ikut dalam ruang meeting," ujar Rekal yang membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" tanya Anastasia.
Rekal menyela, "Ikuti saja perintah saya." Gadis tersebut terdiam mendengar nada tegas yang keluar dari laki-laki tersebut. "Yeuh biasa saja kali, gue kan cuman nanya," cetus Anastasia yang kini mengalihkan pandangannya menatap jalanan yang mulai ramai.
25 menit kemudian, Rekal menghentikan laju mobilnya tepat didepan pintu masuk perusahaannya. "Lu ngapain berhenti disini anjirt, kalau karyawan lu pada tahu gimana?" tanya Anatasia dengan sorot mata yang seolah ingin memakan Rekal.
Laki-laki tersebut melepas seatbelt-nya lalu keluar dari mobil membuat Anatasia sontak menatap melongo akan kegilaan yang diciptakan oleh Rekal tersebut. "Astagaa tuh orang sengaja banget bikin gosip kayanya!" seru Anastasia dengan geram, hingga kini pintu mobil kembali terbuka yang menampilkan bodyguard yang biasa memindahkan mobil Rekal.
Gadis tersebut menyengir kuda lalu perlahan membuka seatbelt-nya dan turun dari mobil dengan sorot wajah yang malu, Anastasia melangkah masuk dengan sedikit berlari jelas bagaimana tidak berlari kalau ia mendapat tatapan terkejut dari karyawab perusahaan tersebut. "Awas aja lu Kal! Benar-benae sengaja ngajak gue perang!" seru Anastasia berbisik.
Rekal yang berada dalam lift melihat sorot mata yang tajam ke arahnya, laki-laki tersebut hanya membalas dengan senyum menyeringai yang membuat Anastasia ingin sekali melempar apapun yang ada didekatnya ke arah Rekal.
"Dia berangkat bareng Pak Rekal?"
"Apa dia enggak tahu kalau Pak Rekal mau menikah."
"Pelakor banget si."
"Keganjenan dasar, kerja cuman sementara berharap jadi milik Pak Rekal."
Anastasia terdiam sejenak mendengarnya, ia melihat melalui ekor matanya sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya dengan celat menuju lift, ia menekan tombol lift agar cepat terbuka, bisikan-bisikan tersebut serta tatapan kebencian yang di lontarkan mereka membuat gadis tersebut benar-benar sesak.
"Sabar Na, jangan emosi. Kontrol emosi, lu enggak boleh ngecewain, lu udah janji untuk enggak emosi," gumam Anastasia, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia melangkah masuk ke dalam lift dan menekan angka lantai yang akan ia tuju.
Anastasia berulang kali menarik nafas lalu menghembuskannya secara perlahan seraya ia mengatur emosi agar tida keluar dan ia dapat tenang dengan cara seperti iti, gadis tersebut keluar dari lift dengan sorot wajah datar yang seolah tidak memperdulikan apapun. "Lu sengaja ya bikin gosip di perusahaan lu sendiri?" tanya Anastasia ketika masuk ke ruangan kerjanya, dan menghadap ke arah Rekal yang duduk di kursi kerjanya sambil menatap kayar laptopnya.
"Gosip? Gosip apa? Perkara tadi?" tanya Rekal dengan sorot mata yang teduh.
Gadis tersebut mengepalkan tangannya sebelum akhirnya ia memilih untuk diam tak ingin membahas, ia melangkah ke arah meja kerjanya dan duduk dengan tenang. Rekal yang melihat hanya terkekeh pelan menyeringai. "Kalau emang enggak ada apa-apa ya enggak usah dipikirin," ujar Rekal.
"Emang kalau orang berduit ngomong enak saja, situ mah enggak bakal kena masalah enggak bakal salah juga," balas Anastasia dengan dinginnya, ia mengeluarkan smirknya membuat Rekal terdiam membeku mendengarnya.
Rekal menatap lekat ke arah gadis yang kini mulai sibuk dengan laptop kerjanya. Hingga ketukan pintu membuat Rekal menghentikan menatap gadis tersebut. "Masuk," sahutnya, wanita cantik yang menjabat sebagai sekretaris Rekal tersebut melangkah masuk dan menghadap ke laki-laki tersebut.
"Pemimpin AR Group sudha menunggu Pak," kata Lery dengan sopan yang membuat Anastasia menghentikan aktifitasnya sejenak setelah mendengar nama perusahaan yang jelas ia kenal. Rekal menoleh sekilas laly menyahut, "Oke, kamu tolong siapkan semua dokumennya." Lery menunduk sopan lalu menyahut, "Baik Pak." Lalu melangkah keluar dari ruangan atasannya tersebut.
Rekal beranjak berdiri dengan sorot mata yang mengarah ke Anastasia. "Saya meeting dulu," ucap Rekal yang lalu melangkah keluar dari ruangannya.
Gadis tersebut sontak lalu mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang. Sedangkan di sisi lain Rekal memasuki ruang meeting dan melihat keberadaan laki-laki yang ia kenal tersenyum penuh arti kepadanya. "Pak Rekal, apa kabarnya? Sudah lama sekali kita tidak bertemu," ucap Ari basa-basi membuat Rekal hanya terdiam menatapnya datar.
"Bisa langsung kita mulai saja," ucap Rekal dsngan dingin.
Ari menoleh ke sekelilingnya membuat Rekal mengerutkan keningnya. "Bdw asissten anda mana Pak?" tanya Ari dengan seeingai kecil yang membuat Rekal terdiam sejenak dengan sorot mata yang tajam ke laki-laki tersebut.
"Dia sedang sibuk dengan pekerjaan lainnya," ucap Rekal yang membuat Ari manggut-manggut saja.
Terjadi keheningan sejenak, hingga notifikas pesan membuat Ari berkata, "Sebentar ya Pak Rekal." Laki-laki tersebut lalu membuka pesan dari Anastasia yang membuat ia tersenyum tipis dan mata yang menyorot sengit ke Rekal.
"Maaf Pak Rekal, ini dari asissten anda yang menanyakan apa benar saya bekerjasama dengan perusahaan anda," jelas Ari yang kini meletakkan handphonenya di atas meja meeting tersebut, Rekal yang mendengar tersebut jelas menatap tajam seolah tidak suka
"Kenapa Anastasia ngirim dia pesan si?! Sedekat apa mereka," batin Rekal kesal.
Ari menatap lekat lalu berkata, "Bisa kita mulai Pak Rekal?" Seraya menyadari lamunan dari laki-laki yang akan menjadi rekan bisnisnya tersebut. Hingga 1 jam berlalu, meeting antara mereka berdua dengan membahas beberapa kerjasama telah selesai.
"Terimakasih atas waktu Pak Rekal, semoga kita lancar dalam bekerjasama," ucap Ari yang kini beranjak berdiri lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, Rekal sempat terdiam sebelum pada akhirnya ia menyambut uluran tangan tersebut.
Ari membalikkan badan ingin keluar dari ruangan tersebut namun Rekal berkata, "Sebentar, ada yang mau gue tanyain sama lu." Ari yang masih membelakangi laki-laki tersebut sontak menyeringai sebelum akhirnya ia membalikkan badan lalu bertanya, "Mau nanya apa?"
"Ada hubungan apa lu sama Anastasia?" tanya Rekal yang membuat Ari menatapnya dengan sorot mata serata berkata pertanyaan ini yang ditunggu-tunggu.
"Kenapa lu enggak nanya saja sama Anastasianya? Kenapa harus nanya ke gue?" tanya Ari yang membuat Rekal bungkam seribu bahasa, bagaimana mungkin ia menanyai hal tersebut kepada gadis tersebut.
Ari melangkah perlahan mendekat ke arah Rekal. "Kalau gue ada hubungan sama Anastasia, kenapa emang? Bukannya lu sudah mau menikah?" tanya Ari dengan sorot mata yang seolah menelusuk.
"Gue nanya karena dia asisten gue," balas Rekal yang jelas tidak masuk Akal, Ari tertawa pelan lalu berkata, "Terus kenapa kalau dia asisten lu? Cuman asisten 3 bulankan, sebentar lagi juga dia enggak akan jadi asisten lu."
Rekal menatap dengan sorot mata yang serius lalu berkata, "Kalau niat lu buat mainin Anastasia mending lu jauhin dia."
Ari yang mendengar sontak menatap heran. "Kok bisa-bisanya lu ngomong gitu? Padahal sejak lulus sekolah, gue yang selalu ada buat Anastasia. Kalau lu enggak nyakitiin Anastasia, lu boleg ngomong gitu sama gue Kal. Lu enggak tahu apa-apa soal yang dilewati dia selama ini," jelas Ari yang membuat Rekal terdiam membisu.
"Lebih baik lu tanya hati lu, sebelum semuanya terlambat untuk kedua kalinya," kata Ari sambil menepuk bahu Rekal sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
Rekal tertegun mendengarnya seolah ia benar-benar melewati semua kisah Anastasia setelah lulus sekolah, Rekal melangkahkan kakinya keluar dari ruang meeting tersebut dan berjalan memasuki ruang kerjanya yang membuat Anastasia sedikit terlonjak karena kehadiran yang tiba-tiba dari Rekal.
"Apa yang gue enggak tahu selama ini Na?" tanya Rekal ketika berada di hadapan gadis tersebut, Anastasia yang mendengar sontak terkejut. Ia mendongak ke arah laki-laki yang menatapnya dengan sangat amat lekat. "Lu ngomong apaan si? Datang-datang langsung nanya gitu," cetus Anastasia
Rekal mendekatkan wajahnya ke arah Anastasia yangvmembuat mereka berdua menatap satu sama lain dengan sangat lekat. "Apa Na? Kasih tahu gue," ucap Rekal dengan sorot mata yang membinar memohon.
"Enggak perlu ada yang gue harus kasih tahu sama lu Kal, semua juga enggak akan bisa mengubah keadaan kalau gue kasih tahu, jadi yang cukup lu tahu gue baik-baik saja dan bekerja menjadi asisten lu selama 3 bulan," balas Anastasia dengan nada dingin dan sorot mata yang datar, gadis tersebut lalu beranjak berdiri lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut. "Apa yang enggak gue ketahui Na?" tanya Rekal dengan nada yang seolah bersalah.