SL. 23

1613 Words
Sudah satu bulan Anastasia menjadi asissten pribadi Rekal, semua yang laki-laki tersebut perintahkan sontak selalu ia laksanakan tanpa terkecuali dan Rekal menepati janjinya setiap kali ada berita maka perusahaan majalah tempat Anastasia bekerjalah yang akan paling pertama diberitahu. "Gimana? Gue enggak pernah ingkat janjikan," ucap Rekal sambil menaikkan kedua alisnya, wanita tersebut yang mendengar hanya terdiam saja. Anastasia kembali sibuk dengan pekerjaan untuk menyiapkan segala keperluan laki-laki yang akan mengadakan jumpa pers tersebut, ketukan pintu ruangan tersebut membuat kedua insan tersebut menoleh. "Masuk," ucap Rekal. Pintu terbuka secara perlahan lalu menampilkan wanita cantik yang Anastasia temui sewaktu ia berkunjung ke daerah proyek minggu lalu. "Sayang," kata wanita tersebut dengan nada manja, Rekal mendongak lalu tersenyum manis di bibirnya. "Hai baby," balas Rekal, Anastasia yang melihat hanya terdiam memandang tidak suka. "Siaal! Kenapa gue enggak suka Rekal ngomong gitu," batin Anastasia. Adela menghampiri laki-laki yang duduk di kursi kerjanya, ia mendaratkan tubuhnya hingga berada di pangkuan Rekal. "Kamu kenapa belum pecat dia?" tanya Adela dengan sarkas, laki-laki tersebut menoleh dengan sorot mata yang jahil, tangannya kini melingkar di pinggang Adela yang membuat Anastasia mengepalkan tangannya. "Aku masih butuh dia," ucap Rekal yang kini mengecup punggung sang wanita yang duduk dipangkuannya, Anastasia beranjak berdiri membuat Rekal menoleh dengan bingung lalu bertanya, "Ada apa Ana?" "Saya mau ke toilet," jawan Anastasia yang lalu melangkah pergi dari hadapan kedua orang tersebut, Rekal yang melihat hanya tersenyum menyeringai menatap wanita tersebut keluar dari ruangannya. Anastasia melangkah ke toilet, ia berdiri tepat di wastafell dengan sorot mata yang menatap dirinya sendiri dipantulan cermin tersebut. "Kenapa hati gue sesak banget lihatnya! Shitt!! Enggak mungkin kan gue jatuh hati lagi sama Rekal," gumam Anastasia yang bingung dengan perasaannya kini. "Enggak, ini enggak mungkin! Plis Na, lu jangan jatuh hati sama Rekal lagi. Lu udah tahu mencintai dia itu sakit dan tidak mungkin, tolong jangan ke ulang. Lu enggak bisa ngadu kesiapa-siapa lagi kalau lu sakit hati sama dia," gumam Anastasia dengan sendu, tanpa disadari air matanya keluar begitu saja dari sudut matanya. Anastasia mencuci mukanya, ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum beranjak keluar dari toilet tersebut. "Mah, apa boleh aku jatuh hati lagi sama dia? Kalau aku terluka aku datang ke Mamah ya," bisik Anastasia sambil memejamlan matanya, ia tersenyum tipis. Wanita tersebut keluar dari toilet tersebut dengan mode raut wajah yang datar membuat, para karyawan yang melihatnya sontak menatapnya bingung akan raut wajah tersebut. "Bu Ana," panggil salah satu karyawan Rekal yang membuat Anastasia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa Sasi?" tanya Anastasia dengan sorot mata yang penasaran. "Pak Rekal sudah di tunggu untuk jumpa persnya Bu," balas Sasi yang membuat Anastasia melihat ke arah jam di tangannya lalu membalas, "Oke, terimakasih ya infonya." Sasi mengangguk sopan, Anastasia kini melanjutkan langkah kakinya menuju ruang kerja Rekal. Anastasia masuk dan masih melihat wanita tersebut yang berada diruangan tersebut namun kini wanita tersebut duduk tepat di sofa tidak lagi dipangkuan Rekal. "Pak Rekal sudah ditunggu sama para wartawan," ucap Anastasia dengan sopan, laki-laki tersebut mendongak melihat kenarah Anastasia yang seolah tidak mau beradu mata dengannya. Rekal kini beranjak berdiri lalu memakai jass-nya. "Baik, kamu ikut saya," ucap Rekal yang kini melangkah perlahan, Anastasia hanya mengangguk pelan saja. Adela berkata, "Sudah waktunya sayang?" Sambil beranjak berdiri, laki-laki tersebut mengangguk lalu tersenyum tipis, mereka berdua melangkah sambil saling merangkul satu sama lain yang membuat Anastasia hanya menatapnya datar lalu mengikutinya dari belakang. Rekal berjalan dengan gagah dan berwibawa memasuki ruangan tempat di adakan jumpa pers untuk mengklarifikasi kabar yang beredar, semua wartawan mulai memotret ketika Rekal berjalan bersama artis terkenal yang sedang naik daun. "Mohon maaf telah membuat kalian menunggu," kata Rekal yang kini duduk tepat dihadapan para wartawan, semua mulai berbisik akan Adela yang berada disamping Rekal. Waktu silig berganti, Rekal mulai menjelaskan proyek yang sedang dibangun dan menjelaskan soal keterlibatan dirinya yang katanya terlibat korupsii akan proyek yang sedang dijalanin, semau dijelaskan dengan sangat detail dan pertanyaan-pertanyaan mulai dijawan dengan tegas dan jelas. "Maaf Pak Rekal kalau melenceng dari pertanyaan soal proyek, apakah benar kabar yang beredar kalau anda akan segera menikah?" Rekal terdiam sejenak menatap para wartawa yang maulai penasaran dan memotretnya berulangkali, sedangkan Adela hanya tersenyum manis sambil menyelipkan rambut dibelakang telinganya. Anastasia yang mendengar pertanyaan tersebut jelas terkejut, ia menggenggam erat celana yang ia kenakan. Rekal melirii wanita yang berdiri tepat dipintu masuk ruangan tersebut. "Apa calon anda Adela, wanita yang disamping anda?" "Bagaimana sayang?" tanya Rekal menoleh ke arah Adela yang membuat para wartawan sontak terkejut lalu memotret moment mesra tersebut, namun tanpa disadari Rekal melirik melalui ekor matanya ke arah Anastasia yang terdiam menatap lekat ke arah dirinya. "Doakan saja yang terbaik untuk kita berdua," ucap Adela dengan senyum manis, mereka berdua kinia mengarah ke arah para wartawan dengan senyum manis. "Lu nyeret gue terlalu dalam bangkee," bisik Adela yang membuat Rekal tersenyum tipis. Kedua insan tersebut beranjak berdiri lalu meninggalkan ruangan tersebut, para wartawan masih saja bertanya soal perihal hubungan mereka berdua. Waktu cepat berlalu, kini teriknya sinar matahari digantikan dengan langit sore yang teduh. "Lu udah boleh pulang," ucap Rekal yang membuat Anastasia menoleh ke arahnya. "Tapi satu jam lagi jam pulangnya," ujar Anastasia ketika melihat jam di tangannya. Rekal bersandar di kursi kerjanya lalu menatap lekat ke arah wanita yang kini menatap sambil mengerutkan keningnya. "Lu disuruh pulang cepat malah enggak mau," kata Rekal yang membuat Anastasia terdiam saja lalu membalas, "Gue enggak mau buat iri karyawan lu." Laki-laki tersebut sontak terkekeh saja mendengarnya lalu menggelengkan kepalanya pelan. Rekal berkata, "Bulan besok bantuin calon saya untuk persiapan pernikahan, pilihin yang bagus untuk hal apapun itu." Anastasia terdiam dengan sorot mata yang masih lekat menatapnya, hingga wanita tersebut kini mengalihkan pandangannya. "Kenapa bukan lu saja, yang mau nikah lu berdua kenapa gue yang harus repot siapin," balas Anastasia sedikit ketus yang membuat Rekal terkekeh pelan mendengarnya. "Loh apa salahnya minta tolong sama asissten gue?" tanya Rekal yang membuat Anastasia menatap tajam ke arah laki-laki tersebut yang kini menaikkan kedua alisnya tersenyum menyeringai. Rekal memicingkan matanya lalu berkata, "Apa jangan-jangan lu cemburu ya atau sakit hati nglihat gue mau nikah?" Sambil tersenyum jahil, wanita tersebut mengepalkan tangannya lalu berkata dalam hati, "Iya gue cemburu, gue sakit hati, harusnya gue enggak terima syarat itu biar gue enggak jatuh hati dan tahu kabar ini." "Gue sakit hati? Kepedean banget lu," cetus Anastasia mengelak, wanita tersebut kini kembali melanjutkan mengerjakan pekerjaan yang belum beres. Terjadi keheningan di antara mereka, hingga dering telepon milik Anastasia berbunyi membuat Rekal sontak menoleh dengan sorot mata penasaran. Anastasia lantas melihat siapa yang menelepon setelah mengetahui ia langsung mengangkatnya. "Halo Ri, kenapa?" tanya Anastasia, Rekal menghentikan jari jemarinya di atas keyboard ketika mendengar 'Ri' dari mulut wanita tersebut. "Lu bawa motor enggak?" Anastasia terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Enggak si, kenapa?" "Gue jemput, sekalian mampir makan es krim nanti." Wanita tersebut tertawa membuat Rekal yang melihatnya mengepalkan tangannya, ia tidak suka melihat ketawa wanita tersebut jika itu karena laki-laki lain. "Moduss lu, bisa aja ngerayu gue biar mau," kata Anastasia. "Jadi gimana?" "Boleh deh, jam 5 ya," jawab Anastasia. Rekal berdehem membuat Anastasia menoleh ke arahnya lalu berbisik, "Ri, sudah dulu ya. Mau selesaiin kerjaan dulu nih." "Oke, bye." Anastasia lantas langsung menaruh kembali handphonenya di atas meja ketika sambungan teleponnya telah dimatikan oleh laki-laki tersebut. "Siapa?" tanya Rekal tanpa menoleh ke arah Anastasia, wanita tersebut sontak terdiam sejenak lalu melihat ke arah laki-laki yang fokus ke laptop kerjanya. "Pak Rekal nanya saya?" tanya Anastasia. Rekal menyela, "Emang ada orang lain di ruangan ini selain kita berdua?" Dengan nada yang sedikit jutek, Anastasia melihat ke sekeliling ruangan tersebut lalu mengerutkan keningnya lalu menjawab, "Enggak ada si." "Kenapa harus bertanya lagi kalau sudah tahu jawabannya," kata Rekal. Anastasia menyela, "Lagi buat apa anda nanya-nanya, kan pribadi itu." Rekal terdiam membisu lalu menoleh ke arah wanita tersebut yang kini menatapnya balik dengan sorot mata yang datar. Hingga waktu kini sudah menunjukkan jam pulang, Anastasia lantas langsung membereskan meja kerjanya lalu beranjak berdiri sambil menggenggam handphonenya. "Saya pamit ya Pak Rekal," kata Anastasia yang lalu melanglah keluar ruangan tersebut, Rekal sontak terdiam menatap kepergian wanita tersebut. Laki-laki tersebut beranjak berdiri lalu melangkah ke kaca ruang kerjanya, ia menunggu sambil mencari keberadaan siapa yang menjemput Anastasia. Rekal memicingkan matanya ketika melihat seorang laki-laki keluar dari mobil dan menyambut Anastasia. "Ari," kata Rekal ketika mengetahui siapa laki-laki tersebut. Rekal tanpa pikir panjang langsung mengambil handphonenya lalu menelepon seseorang, sorot matanya terus tajam ke arah mobil yang kini perlahan menjauh dari perusahaannya. "Cari informasi soal Ari Dritama Agrila. Saya tunggu," ucap Rekal yang lalu mematikan teleponnya setelah berkata seperti itu, laki-laki tersebut mengepalkan tangannya. Anastasia terdiam berada di dalam mobil membuat Ari menoleh lalu bertanya, "Kenapa? Ada masalah? Atau berita yang beredar?" Wanita tersebut mengerutkan keningnya menoleh ke arah laki-laki yang kini kembali fokus menyetir. "Berita apa?" tanya Anastasia. Ari menyela, "Hilih lu masih saja si munafikk, gue kenal sama lu bukan setahun dua tahun anjirt, ditolak lu apalag." Sambil tertawa pelan membuat Anastasia hanya bermenye-menye saja. "Gue salah kayanya terima syaratnya dia Ri," ucap Anastasia dengan sendu membuat Ari terkekeh lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Dulukan lu yang ngeyel katanya enggak akan jatuh hati lagi, ah percuma lu mah," cetus Ari yang membuat Anastasia kini bersandar di kursi mobil sambil menghela nafasnya. Anastasia mulai berceloteh, "Kenapa takdir harus pertemuin gue sama dia lagi si Ri, kayanya takdir enggak mau banget gue bahagia kali ya." Dengan mata yang mulai memerah menagan tangisan. "Mulai deh lu nyalahin takdir," balas Ari. "Terus gue harus salahin siapa? Salahin lu?" tanya Anastasia dengan sarkas. Ari menyela, "Enggak ada yang perlu disalahin, lu enggak salah, takdir enggak salah, bahkan Rekal pun enggak salah." Anastasia terdiam sejenak, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD