Mereka memasuki pintu teater 3 tersebut lalu melangkah ke arah atas karena memang mereka berenam ada dibangku barisan paling atas. "Udah Hen lu duduk sini saja," kata Riki yang langsung menarik tangan Heni yang membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya menatap bingung. "Ish apaan si lu!" seru Heni yang ingin beranjak berdiri, laki-laki tersebut menahan tangan gadis tersebut sambil mengedipkan matanya yang membuat Heni semakin bingung dibuatnya.
"Mil, duduk disamping gue ya," kata Bimo yang membuat Mila mengrnyitkan dahinya sambil menunjuk dirinya, tanpa pikir panjang laki-laki tersebut meraih tangan Mila yang membuat gadis tersebut jelas terdiam bingung.
"Lu berdua sengaja ya?" tanya Rekal dengan sarkas, sorot matanya jelas tajam membuat kedua sahabatnya saling menatap.
Riki menyela, "Lah sengaja apaan, emang ini tempat duduknya si. Su'udzon mulu lu."
"Iya lu, udah sana lu duduk," kata Bimo membuat Rekal yang mendengar jelas menatap sengit, namun setelahnya memutar bola matanya jengah sebelum akhirnya berjalan melewati mereka berempat yang sudah duduk.
Anastasia terdiam sejenak membuat kedua sahabatnya menatap sendu. "Lu duduk disini saja Na," kata Heni sambil beranjak berdiri membuat Riki yang berada di sampingnya jelas menyela, "Na, maaf ya gue lagi mau duduk disamping Heni, bolehkan?" Dengan senyuman manis yang membuat Anastasia mengangguk.
"Gue enggak papa Hen," kata Anastasia lalu melangkahkan kakinya melewati mereka, senyum getir kepada kedua sahabatnya jelas tercetak dibibirnya.
Gadis tersebut terdiam lalu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnta duduk tepat disamping laki-laki yang menatap lurus dengan wajah datarnya. "Na, it's okay?" tanya Mila dengan raut wajah sendunya.
Bimo menyela, "Baik-baik saja dia, lu liat saja tuh dia duduk." Mila yang mendengar jelas memutar bola matanya dengan jengah lalu kembali melihat ke arah sahabatnya.
"Lu ngapain si nyuruh gue duduk sama lu, demen lu sama gue?" tanya Heni dengan pedenya, Riki yang mendengar sedikit terkejut lalu tertawa pelan yang membuat Heni mengernyitkan dahinya. "Lu enggak mau emang sahabat lu itu baik-baik saja sama sahabat gue?" tanya Riki yang membuat Heni kini melirik sejenak ke arah kedua insan yang saling diam.
Heni menyela, "Jadi lu sama Bimo mau nyatuin mereka balik?"
"Rekal emang terlihat kasarr tapi dia laki-laki yang gue kenal paling rapuh, bahkan dia enggak bisa ngelawan rasa traumanya," jawab Riki berbisik yang membuat Heni terdiam mendengarnya, hingga tanpa sadar mereka berdua saling bertatapan yang membuat gadis tersebut menelan salivanya kasar ketika melihat laki-laki di hadapannya tersenyum manis lalu menoel hidungnya dan berkata, "Jangan ngelamun, gue tahu hue manis."
Heni yang mendengarnya jelas langsung mengalihkan tatapannya ke layar bioskop dengan jantung yang berdegup, Riki yang melijat jelas terkekeh pelan.
Anastasia duduk diam membisu, entah kenapa ia malah terlihat sangat gugup, ia memainkan handphonenya untuk mengusir rasa gugupnya ketika berada di sebelah Rekal. "Filmnya udah mulai," kata Rekal ketika melihat gadis disebelah masih sibuk dengan ponselnya.
Gadis tersebut lantas mematikan ponselnya lalu memasukkan kembali ke tas selempangnya, ia menatap dengan serius ke layar bioskop yang mulai film yang ia tonton. Scene film mulai terasa menyeramkan hingga jumpscare bertebaran disetiap scenenya yang membuat para penonton menjerit karena ketakutan, dan tanpa sadar Anastasia memegamg tangan Rekal dan bersembunyi di pundak laki-laki tersebut untuk menutupi rasa takutnya.
Rekal terkejut atas kejadian tersebut, pegangan tangan gadis tersebut benar-benar erat, ia merindukannya. Hingga dimana Anastasia tersadar langsung melepas genggaman tangannya dan menghindar. "Sorry ya," kata Anastasia dengan lembut, Rekal hanya terdiam saja tidak menggubrisnya.
"Siyal! Jantung gue kenapa dag dig dug mulu," batin Rekal dengan raut wajah datarnya, ia menutupi rasa debaran jantungnya.
Anastasia sesekali melirik ke arah Rekal yang sama sekali berwajah datar, tidak berekpresi apapun membuat gadis tersebut menghela nafasnya dengan pasrah. "Apa sedalam itu luka yang gue torehin lagi Kal?" batin Anastasia bertanya.
Suara penonton kembali menjerit ketika jumpscare terlihat lagi. Anastasia hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya walau ia masih penasaran dengan membuka jari jemarinya sedikit untuk melihat film tersebut, Rekal melihat dengan jelas dan entah kenapa ia kini malah menyuruh kepala gadis tersebut bersandar di bahunya untuk bersembunyi. "Enggak usah ge'er, ini karena film horor gue minjemin lu pundak gue," kata Rekal dengan sedikit ketus, Anastasia terdiam hingga menggigit bibir bawahnya.
"Kal itu kenapa ada jumpscare mulu si," kata Anastasia sambil bersembunyi dibahu laki-laki tersebut yang membuat Rekal terdiam sejenak mendengar perkataan tersebut. "Tuhkan ada lagi!" Tangan gadis tersebut menggenggam erat tangan laki-laki tersebut, Rekal masih membisu tidak berkutik.
Hingga waktu berlalu dengan cepat, keempat orang tanpa sengaja berucap terimakasih kepada takdir setidaknya mereka dapat melihat kedua insan tersebut tenang satu sama lain terutama tanpa tatapan sengit dari Rekal. "Duh kenapa tadi banyak banget jumpscare si," cetus Heni.
"Enggak papa, jadi gue dipelukin mulu," kata Riki yang membuat Heni menoleh dengan sarkas. "Terpaksa!" seru Heni yang membuat Riki hanya terkekeh saja.
Mila bertanya, "Lu biasa saja tadi Na?" Anastasia yang mendengar pertanyaan tersebut jelas terdiam sejenak membuat mereka yang melihat jelas menatap sambil mengerutkan keningnya. "Ana," panggil Heni yang membuat gadis tersebut melihat ke arah sahabatnya lalu bertanya, "Hah, kenapa?"
Heni mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Lu enggak kesambetkan?" Anastasia menggelengkan kepalanya pelan, Rekal hanya terdiam saja menatap datar ke arah gadis tersebut.
"Lu apain Ana?" tanya Riki menyenggol sahabatnya, Rekal jelas menoleh ke arah sahabatnya dengan sorot mata yang sengit. "Mau gue pukul?" tanya Rekal yang membuat Riki hanya menatap bergidik.
Bimo berkata, "Sekarang kita makan bareng saja, kalau lulus kan belum tentu bisa kumpul kaya gini." Heni dan Mila saling menatap satu sama lain lalu melihat ke arah Anastasia yang sedari tadi diam saja, hingga ia menyadari kalau ia dilihati oleh mereka berlima. "Kenapa lihatin gue?" tanya Anastasia dengan bingung.
"Mereka ngajak makan bareng," kata Heni yang membuat Anastasia manggut-manggut lalu berkata, "Ya terserah, gue ikut saja." Namun sorot matanya melirik ke arah Rekal yang mengalihkan pandangannya.
Riki menatap dengan sorot mata yang mengerti. "Lu gimana Kal?" tanya Riki yang membuat laki-laki tersebut menoleh ke arah sahabatnya sambil mengerutkan keningnya lalu berkata, "Bebas."
Riki manggut-manggut lalu merangkul sahabatnya. "Gini dong, ini baru sahabat gue," kata Riki yang membuat Rekal menatap tajam lalu mencetus, "Lepasin atau gue berubah pikiran?" Bimo yang mendengar perkataan tersebut sontak langsung menarik tangan Riki yang merangkul Rekal.
"Yasudah kita mau makan dimana nih?" tanya Mila.
Heni bertanya, "Lu ada recommend enggak?"
"Gue ada si, cuman diluar mall," kata Riki yang membuat mereia mengerutkan keningnya. "Enak enggak?" tanya Heni.
Riki menjawab, "Wah di jamin si, enak juga enaknya. Menunya juga banyak pilihan."
"Gimana yang lain?" tanya Mila sambil melihat ke arah mereka seolah meinta saran atau persetujuan.
"Gue okeh si," kata Heni.
Bimo mencetus, "Boleh lah." Mila menoleh ke arah Anastasia sambil menaikkan kedua alisnya seraya bertanya. "Ikut saja gue mah," balas Anastasia yang mengerti.
"Kal gimana?" tanya Riki, Rekal terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk menyetujui.
"Ki, sharelok ya. Gue bertiga naik taxi online saja," kata Heni yang membuat Riki mengerutkan keningnya lalu berkata, "Ngapain sharelok, lu sama gue."
"Hah?!" Riki menyenggol Bimo yang membuat laki-laki tersebut mengerutkan keningnya, bola mata Riki seoalh mengkode yang membuat Bimo sejenak berpikir namun setelahnya mengerti ketika melihat sorot mata sahabatnya ke arah Mila.
Bimo berkata, "Ah Mil lu sama gue."
"Eh enggak usah, gue sama Anastasia saja naik taxi online," kata Mila yang membuat Riki dan Bimo jelas memejamkan matanya sekilas karena kesal dan gregetan. "Udah Mil sama gue saja, biar Anastasia sama Rekal tuh," kata Bimo yang kini menarik tangan Mila yang membuat gadis tersebut jelas mengerutkan keningnya bingung dan terus menoleh ke arah sahabatnya.
Riki menarik nafasnya lalu berkata, "Kal. Let's Go." Lalu ia melangkah sambil menarik tangan Heni yang berulang kali dihempaskan. "Ish lepas, risih gue!" seru Heni yang membuat laki-laki tersebut terdiam sejenak.
"Biar lu enggak hilang," cetus Riki yang membuat Heni jelas menatap tidak percaya, ia melotot dengan sengit.
Anastasia terdiam saja menatap Rekal yang juga terdiam tidak bergerak. "Jalan," kata Rekal sambil melangkahkan kakinya membuat Anastasia kini juga mengikuti langkah kaki laki-laki tersebut.
Hingga dimana mereka berenam telah sampai di parkiran, seperti menonton dalam bioskop tadi mereka seraya berpasangan dan berpawang satu sama lain. "Emang harus banget nih kita naik?" tanya Heni.
Riki yang sudah berada di atas motor dan sudah mengenakan helm fullface-nya jelas menoleh ke arah gadis yang masih berdiri, Riki menaikkan kaca helm fullface-nya. "Cepatan Hen nanti keburu habis, kalau bisa bareng kenapa harus pisah-pisah jalannya," cetus Riki yang membuat Heni terdiam sejenak sebelum akhirnya naik dengan memegang bahu laki-laki tersebut.
Sedangkan Anastasia yang ingin naik ke motor sport Rekal jelas ragu hingga membuat laki-laki tersebut berkata, "Naik cepatan atau gue tinggal." Gadis tersebut menatap sendu lalu berkata, "Maaf ya." Sambil naik dibantu dengan memegang kedua bahu laki-laki tersebut.
Dibawah langit yang sudah gelap, dengan disuguhi lampu-lampu gedung yang sangat indah tiga motor melaju di atas flyover untuk menuju tempat tujuan mengikuti Riki yang seolah memimpin. Anastasia tiada hentinya tersenyum melihat city light yang mereka lewati. "Kenapa indah banget lampu-lampu itu," gumam Anastasia pelan, namun sayangnya Rekal mendengarnya.
"Lu videoin saja kalau suka mah," kata Rekal yang membuat Anastasia terdiam sejenak melihat ke arah punggung laki-laki tersebut. "Boleh?" tanya Anastasia dengan sedikit ragu.
Rekal tersenyum miring dibalik helm fullface-nya lalu mencetus, "Siapa yang ngelarang, emang lampu-lampu itu punya gue." Gadis tersebut tanpa pikir panjang mengambil ponselnya dan tanpa disadari Rekal menurunkan kecepatan motornya agar gadis tersebut dapat memvideokan city light tersebut dengan puas.
"Sudah?" tanya Rekal.
Gadis tersebut memasukkan ponselnya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Sudah, makasih." Laki-laki tersebut tanpa pikir panjang lalu menambah kecepatan menyusul kedua sahabatnya yang sudah jauh dari pandangannya, Anastasia terkejut hingga tanp sengaja memeluk pinggang Rekal.
"Sorry gue enggak sengaja, habisnya lu ngebut si," kata Anastasia ketika melepas pelukan tersebut dan hanya memegang hoodie yang dikenakan laki-laki tersebut, Rekal terdiam namun tanpa disadari ia tersenyum sangat tipis dibalik helm fullface-nya.
15 menit berlalu, ketiga motor tersebut kini sudah sampai ditempat tujuan dan terpakir tepat di depan sebuah tempat yang dituju. "Lu ngajak kita ke cafe`?" tanya Heni ketika sudah turun dar motot laki-laki tersebut.
"Gue tahu nih tempat, ada live music juga kan?" tanya Anastasia menimbrung yang membuat mereka menoleh ke arah gadis tersebut. "Yaps betul sekali nona Anastasia," kata Riki sambil mengancumgkan jempolnya.
Mila menyela, "Kok kita enggak tahu ya."
"Makanya sering-sering main keluar," ujar Riki yang membuat Mila jelas memutar bola matanya jengah.
Rekal bertanya, "Terus mau bacotan terus tanpa masuk?" Dengan nada sarkas yang membuat mereka terdiam lalu menatap satu sama lain sebelum akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke cafe` tersebut.
Nuansa yang tenang dengan desain yang indah membuat siapapun yang mendatangi cafe` tersebut akan betah, terlebih akan selalu ada live musik yang mengasikkan. "Kita duduk disitu aja tuh biar enak sekalian lihat live musiknya," kata Heni sambil menunjuk meja kosong dengan sofa 3 yang satu sofanya untuk 2 orang.
"Enggak usah ngatur," kata Rekal yang membuat Riki dibuat ciut terlebih dahulu sebelum ingin mengatur.
Heni dan Mila terdiam sejenak sebelum akhirnya sorot mata Rekal seolah menyuruh mereka duduk terlebih dahulu untuk duduk. "Ah iya duduk kita," kata Heni memecahkan keheningan.
Rekal mengerutkan keningnya ketika ia duduk tidak bersampingan dengan Anastasia tapi malah berhadapan yang membuat laki-laki tersebut reflek menatap kedua sahabatnya yang sudah terduduk lalu menghendikkan bahunya. Rekal terdiam sebelum akhirnya menghela nafasnya pasrah lalu duduk tepat di hadapan gadis tersebut.
"Yang bekerja takdir bukan gue," bisik Riki yang membuat Rekal menatap sengit yang membuat Riki hanya tertawa pelan saja.
Mereka memesan menu makanan sesuai selera mereka, lagu yang sedang dinyanyikan seolah menemani mereka menunggu pesanan datang. "Lu pada mau lanjut kemana setelah lulus?" tanya Bimo memecahkan keheningan di antara mereka.
"Gue belum tahu," balas Mila.
Heni menyela, "Iya gue juga belum tahu."
"Gue si lanjut ke Univ impian bair jadi anak kampus keren," kata Riki dengan pedenya membuat mereka yang mendengae hanya menatap seolah ingin muntah. "Kaya ganteng aja," cetus Heni dengan judes.
Riki yang mendengar jelas menoleh ke arah gadis tersebut dengan senyuman manis lalu berkata, "Nanti kalau lu sudah jatuh cinta sama gue baru sadar kalau gue ganteng." Heni melotot tidak percaya, sedangkan yang lain hanya tertawa pelan kecuali Rekal yang sedang fokus kepada live musik.
"Kalau lu mau kemana Na?" tanya Heni yang membuat Rekal melirik sejenak melalui ekor matanya, tidak ada yang menyadari kecuali Riki dan Bimo yang kini saling menyenggol.
Anastasia terdiam sejenak. "Hmm, gue belum ada tujuan si. Maunya langsung kerja, cuman kuliah juga menarik," kata Anastasia yang membuat mereka jelas mengernyitkan dahinya. "Jadi lu mau kuliah sambil kerja?" tanya Riki.
Gadis tersebut menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Kemungkinan iya." Semua manggut-manggut mendengarnya.
"Kal, kalau lu gimana?" tanya Bimo yang membuat Rekal kini bersandar di sandara sofa tersebut sambil melipat tangannya, sorot matanya yang tadi melihat ke arah live musik kini melihat ke arah mereka yang juga menatapnya menunggu jawaban.
Rekal menjawab, "Nanti juga lu pada tahu."
"Ah kamperet lu! Gue udah serius buat dengerin juga," kata Riki.
Bimo menimbrung, "Enggak seru banget dah kupret." Rekal hanya terkekeh sejenak membuat mereka jelas menatap jengah, namun hanya Anastasia yang menatap dengan sorot mata yang sendu.
"Luar apa dalam Kal?" tanya Mila yang membuat yang lain jelas menoleh dengan sorot mata terkejut. "Heh, pertanyaan lu jangan ambigu gitu dong," Riki.
Heni menyela, "Tahu lu Mil, gue mikirnya jadi yang kaga-kaga kan ini."
"Itumah emang pikiran lu aja kotorr," cetus Mila yang membuat Riki dan Bimo jelas tertawa pelan. "Nah emang itu dia, besok gue bersihin dah pikiran lu," kata Riki sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat Heni hanya bermenye-menye.
"Maaf Kak, ini pesanannya," kata pelayan tersebut sambil meletakkan makanan yang dipesan.
Pelayan tersebut tersenyum lalu berkata, "Sudah semua ya Kak pesanannya."
"Terimakasih ya Mbak," ucap Heni dengan senyuman manis di bibirnya, pelayan tersebut mengangguk lalu melangkah menjauh dari hadapan mereka berenam.
Mereka menikmati makan bersama di cafe` tersebut yaps anggap saja mereka three date walau tidak ada satupun yang berstatus pasangan.
Anastasia sesekali melirik ke arah Rekal yang menikmati makanannya, dan begitu juga Rekal. Entah apa yang si rencanakan takdir, namun tak dipungkiri Rekal senang pada hari itu. "Kalian pulang kita anter saja," kata Riki to the point.
"Enggak usah," balas Mila.
Heni menimbrung, "Naik taxi online saja kita."
"Enggak papa kita anterin saja, lagi pula sudah malam," cetus Bimo.
Riki menyela, "Kan gue yang ajak makan disini, jadi pulang biar kita yang anterin." Heni dan Mila saling menatap satu sama lain lalu menyenggol sambil mengangguk ke atas seolah mengkode untuk menjawab apa.
"Okeh gue anggap lu semua setuju," cetus Riki.
"Eh apaan! Jawab aja gue belum!" seru Heni.
Rekal berkata, "Biar kita yang anterin. Sudah malam, enggak aman buat kalian." Kedua gadia tersebut sontak terdiam lalu menoleh ke arah sumber suara, Anastasia mendongak. Laki-laki tersebut berkata tanpa menatap ke arah mereka semua.
"Noh dengerin," cetus Riki sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat Heni jelas bermenye-menye kesal, jelas Riki terkekeh pelan.
Hingga waktu cepat berlalu membuat mereka berenam harus memutuskan untuk pulang karena malam semakin larut, dan jam terus berputar. Mereka berpisah di lampu merah karena arah pulang yang berbeda.
Anastasia kini diam menatap punggung laki-laki yang mengantarnya kini, ia tersenyum manis. "Gue melihat sisi lu masih perduli sama gue Kal," batin Anastasia, hingga 20 menit berlalu Rekal menghentikan laju motornya tepat di depan rumah gadis tersebut.
"Udah sampai." Laki-laki tersebut mengerutkan keningnya ketika tidak ada sahutan dari gadis yang ia boncengi, hingga ia menoleh ke arah belakang yang menyadari Anastasia melamun. "Woy!" seru Rekal yang membuat gadis tersebut tersadar.
"Kenapa Kal?" tanya Anastasia seolah tidak menyadari.
Rekal terkekeh sejenak sebelum bertanya, "Lu enggak mau turun?" Anastasia terdiam sejenak sambil mengerutkan keningnya sebelum akhirnya ia tersadar kalau sudah ada di depan sebrang rumahnya. "Eh sorry gue enggak sadar," kata Anastasia yang beranjak turun dari motor sport laki-laki tersebut.
Rekal melajukan motornya menjauh dari gadis tersebut membuat Anastasia tersenyum lirih. "Makasih Kal," gumam Anastasia, ia lalu melangkah menuju rumahnya yang sudah terparkir mobil milik sang Mamah.
Gadis tersebut membuka pintu yang tidak terkunci, ia melangkah masuk ke rumah setelah mengunci dan memastikan semuanya aman. "Assalamuallaikum," ucap Anastasia sambil berjalan, ia mengerutkan kenimgnya ketika tidak ada sahutan. "Apa Mamah sudah tidur?" tanya Anastasia yang penasaran.
Anastasia kini melangkahkan kakinya ke arah kamar sang Mamah untuk memastikan keberadaan Mamahnya. "Ternyata sudah tidur, selamat malam Mah," ucap Anastasia yang lalu menutup kembali pimtu kamar sang Mamah dengan perlahan.
Gadis tersebut melangkah menaiki anak tangga, ia membuka pintu kamarnya lalu berjalan ke arah kasur king sizenya yang seolah memanggilnya namun ia harus urungkan niatnya untuk merebahkan tubuh sebelum membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai semuanya, Anastasia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya, ia menatap langit-langit kamar sambil tersenyum tipis seolah mengingat kalau ia habis berboncengan dengan Rekal. "Gue mencoba lupa Kal, tapi enggak bisa," gumam Anastasia yang kini memposisikan dirinya dengan nyaman untuk tidur nyenyak.
Di sisi lain Rekal juga merebahkan tubuhnya di atas kasur imking sizenya dengan menghadap ke arah kanan, seolah di satu sisi mereia berdua saling berhadapan namun di tempat yang berbeda. "Kal, selamat malam," ucap Anastasia sambil tersenyum getir, ia lalu menutup matanya secara perlahan untuk ke alam mimpi. Malam semakin larut, mereka berdua sudah terlelap dalam tidurnya dibawah langit yang sama semoga hati mereka selalu sama.