SL. 20

1153 Words
Hari berganti dengan semestinya, namun entah kenapa hari ini seolah tak ingin Anastasia beranjak dari kasur empuknya. Wanita tersebut membuka mata perlahan, ia mengulet seraya mengumpulkan nyawanya. "Huaaarrghhhh! Bisa enggak si langsung minggu saja ini," cetus Anastasia yang kini memposisikan dirinya duduk di kasurnya. Dering telepon membuat wanita tersebut sontak berkata, "Siapa si ish!" Dengan nada kesal, ia mencari ponselnya yang ternyata ada di bawah bantal. Anastasia mengernyitkan dahinya ketika hanya nomor saja yang menelepon. "Lah ini siapa?" tanya Anastasia dengan bingung. Namun setelah beberapa kali tidak di angkat, wanita tersebut langsung mengangkatnya. "Halo, ini siapa?" tanya Anastasia dengan sedikit jutek. "Lupa kalau hari ini pertama jadi assisten saya?" Wanita tersebut sontak mengernyitkan dahinya lalu kembali menatap ke arah ponselnya. "Rekal?" bisik Anastasia. "Halo." "Halo, masih disanakan lu?" Anastasia lantas langsung menyahut, "Iye gue otw. Bawek banget lu." Wanita tersebut lantas langsung mematilan teleponnya secara sepihak membuat laki-laki yang berada di ruang makannya hanya mengulumkan senyum tipisnya. Wanita tersebut jujur saja tidak ada lagi perasaan sejak kematin sang Mamah, ia mati rasa oleh laki-laki tersebut walau kerinduan kadang menyelimuti dirinya. Anastasia bergegas melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. "Kenapa takdir mempertemukan gue kembali disaat perasaan gue sudah perlahan hilang," gumam Anastasia ketika menatap wajahnya di pantulan cermin bulat di kamar mandi. 20 menit berlalu, wanita tersebut kini telah rapih dengan memakai baju yang biasa ia pakai untuk bekerja. Ia mengambil tasnya lalu melangkah keluar dari kamar kosnta dan melangkah ke arah parkiran kos. "Entar dulu, kok gue ngerasa jadi begoo nih. Jadinya gue kerja dimana ini?" tanya Anastasia yang seolah ia dibodohi oleh laki-laki yang kini punya kekuasaan tersebut. Wanita tersebut menghela nafasnya sebelum memakai helm fullface-nya dan menaiki motor kesayangannya, Anastasia melajukan motornya perlahan menjauh dari area kosnya tersebut. Sedangkan di sisi lain laki-laki tampan dengan jass dipadukan dengan kaos polos melangkah keluar rumahnya lalu menaiki mobil yang sudah terparkir rapih di hadapannya. "Mari kita main sebentar Anastasia," gumam Rekal dengan seringai licik yang terpampang di wajahnya. 30 menit berlalu, Anastasia memarkirkan motornya tepat dihalaman perusahaan yang selama kedepan akan menjadi tempat kerjanya. Wanita tersebut melangkahkan kakinya masuk ke perusahaan yang tidak akan sangka menundukkan sang atasan, tepat ketika ia ingin masuk mobil hitam mengkilat berhenti tepat di depan loby pintu masuk perusahaan. "Anastasia," panggil laki-laki bersuara bass dengan lantang, membuat wanita tersebut sontak menghentikan langkahnya lalu memejamkan matanya kesal. Anastasia berbalik badan dengan raut wajah datarnya tanpa berkata sepatah katapun, Rekal menghampirinya membuat karyawan yang berada disekitaran situ sontak saling memandang dan berbisik. "Mana sapaan kamu untuk saya?" tanya Rekal yang membuat Anastasia mengerutkan keningnya bingung lalu setelahnya berkata, "Selamat pagi Pak Rekal yang terhormat." Laki-laki tersebut tersenyum tipis lalu melangkahkan kakinya terlebih dahulu membuat Anastasia sontak memutar bola matanya dan berlaga ingin memukul Rekal dari belakang. "Mau ngapain kamu? Cepatan jalannya," ucap Rekal yang membuat wanita tersebut kini berpura-pura merentangkan tangannya. Rekal berbalik badan untuk melanjutkan langkah kakinya sambil terkekeh ketika melihat wanita tersebur bertingkah seperti itu. "Ish! Pengen gue jitak aja tuh kepalanya!" seru Anastasia berbisik, wanita tersebut seolah sudah menjdi wanita yang cuek, jutek, bahkan berani melawan setelah apa yang telah ia lalui. Mereka berdua kini memasuki lift dan hanya keheningan yang terjadi di antar mereka berdua. "Nomor gue enggak lu save?" tanya Rekal yang membuat Anastasia mengernyitkan dahinya. "Ngobrol sama gue?" tanya Anastasia bingung sambil menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki tersebut membalikkan badan ke arah wanita tersebut yang membuatnya sediki terkejut lalu berkata, "Terus, ada siapa lagi di lift ini selain kita berdua?" Sambil menaikkan kedua alisnya. "Sejak di luar negeri lu makan apa? Perasaan jadi cair, apa terlalu panas disana cuacanya?" tanya Anastasia yang membuat Rekal terdiam menatap lekat ke arah wanita tersebut, ia memajukan langkah kalinya perlahan yang membuat Anastasia mundur perlahan. "Ih ngapain lu!" seru Anastasia. Rekal mendekat ke arah kuping wanita tersebut ketika Anastasia sudah terpojok di dinding lift. "Emang salah gue dekat sama karyawan sendiri?" tanya Rekal dengan senyuman yang menyeringai, jantung Anastasia langsung berdegup seraya habis berlari maraton. Laki-laki tersebut membalikkan badan lalu keluar ketika pintu lift sudah terbuka, Anastasia lantas langsung mengikuti langkah laki-laki tersebut dengan perasaan yang mulai ia netralisirkan. "Lery, kasih jadwal saya ke dia, biar sekarang dia yang ngurus untuk 3 bulan ke depan," kata Rekal ketika berada di meja sekretarisnya, wanita cantik tersebut sontak mengangguk dengan sopan. Rekal menoleh ke arah wanita tersebut lalu berkata, "Nanti langsung ke ruangan saya." Anastasia terdiam saja menatap jengah ke laki-laki tersebut, rasanya ingin sekali ia sudahi semuanya walau baru mulai. "Gilaa dasar!" seru Anastasia membuat Lery yang mendengar sedikit terkejut, wanita tersebut yang menyadari akan hal itu sontak berkata, "Sorry kelepasan." Sambil menyengir canggung. Lery sontak mengulumkan senyumnya lalu memberikan tab kecil yang ia berikan kepada wanita dihadapannya. "Jadwal Pak Rekal sudah tersusun rapih disini," kata Lery sambil memperlihatkan jadwal laki-laki tersebuta, Anastasia hanya manggut-manggut sambil memperhatikan. "Kamu kenapa enggak jadian saja sama Rekal?" tanya Anastasia yang sontak membuat Lery terkejut lalu mengerutkan keningnya bingung, wanita tersebut lalu kembali berkata, "Bercanda, terimakasih ya atas infonya." Sambil membawa tab kecil tersebut bersamanya. Anastasia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruamg kerja Rekal setelah mengetuknya. Rekal yang mulai sibuk dengan laptop kerjanta menatap ke arah wanita tersebut lalu bertanya, "Sudah lihat jadwal saya?" Wanita tersebut hanya berdehem saja sambil melihat-lihat tab kecil tersebut. "Saya jadi duduk dimana?" tanya Anastasia dengan sorot mata yang lekat. Laki-laki tersebut jelas mengkode melalui matanya yang membuat Anastasia mengikuti arah pandang Rekal yang melihat meja kerja yang sudah lengkap didekat mejanya. "Luar saja deh," kata Anastasia. "Kok jadi anda yang ngatur," ujar Rekal dengan tegas, Anastasia sontak menghela nafasnya dengan gusar lalu melangkahkan kakinya dengan terpaksa membuat Rekal mengulumkan senyumnya yang tipis. Anastasia kini duduk di kurai kerjanya, kursi yang akan ia duduki selama 3 bulan menjadi asissten laki-laki yang dulu pernah mengisi hatinya. "Terus gue harus ngapain ini?" tanya Anastasia yang membuat Rekal menghentikan aktifitas mengetiknya laku menoleh ke arah wanita tersebut. "Diam saja, kalau enggak buatin saya Es cappucino," kata Rekal dengan dingin. "Gue asissten atau OB sebenarnya?!" balas Anastasia. Rekal tersenyum miring lalu kembai fokus ke pekerjaannya sambil berkata, "Terserah anda memandangmya seperti apa." Wanita tersebut yang mendengar lantas menatap kesal ke arah laki-laki tersebut. Hingga waktu berlalu dengan cepat, wanita tersebut mendaratkan tubuhnya di kursi utnuk mengistirahatkan dirinya dari aktifitas yang bertubi-tubi disuruh oleh laki-laki yang harus ia hargai sebagai atasannya selama 3 bulan kedepan. "Ini mah asli gue dikerjain, apa dendamnya masih kesumat sama gue?" tanya Anastasia dengan nafas yang tersenggal, dering telepon di meja kantornya membuat Anastasia seraya menatap trauma. "Aish! Apalagi nih kali ini!" seru Anastasia dengan kesal, hingga dimana ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengangkat teleponnya. "Anastasia tolong ambilkan file di laci meja kerja saya, dan bawakan keruang meeting sekarang." Baru saja ingin menjawab telepon tersebut mati secara sepihak membuat Anastasia ingin sekali berteriak. Anastasia bergumam, "Kenapa tadi enggak sekalian saja si!" Dengan nada kesal, yaps bagaimana tidak kesal ia baru saja dari ruang meeting tersebut untuk mengantarkan flashdisk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD