Penyamaran

1022 Words
Dalam perjalanan menuju tempat kejadian. Emily banyak berbicara mengenai kejadian siang tadi, dan berusaha untuk meminta pendapat pada Spencer. Namun, bukannya menyahut pembicaraan Emily, ia hanya tersipu malu mengendarai mobil di tengah gelap nya malam. Emily merasa aneh dengan Spencer yang sejak tadi terkesan asyik dengan dunia sendiri. "Spencer kau tahu tidak saat Morgan masuk ke dalam toko itu, aku mengamati seluruh toko itu dan aku berpura-pura membeli sesuatu, ya antara butuh dan tidak butuh, habis mau bagaimana lagi, karena aku ingin mengamati gerak-geriknya. Terlebih saat pria itu di tanya oleh Morgan. Pria itu langsung terlihat aneh mimik mukanya, seperti ada tanda tidak suka, "ujar Emily. Spencer diam saja, tanpa memberi komentar apapun, dan hanya tersenyum memikirkan Blue. Rupanya, Spencer sudah mulai tertarik dengan Blue. Yang ada dalam pikiran Spencer adalah dia terus melihat wajahnya, bekerja sama dengannya dan hanya berdua. Emily menyadari ada yang aneh dengan Spencer. "Spencer… apa kau baik-baik saja?" tanya Emily Spencer masih saja tidak menggubris panggilan Emily. Emily terus saja menjetikkan harinya bahkan menggoyangkan tubuh Spencer. "Spencer awas!" teriak Emily saat ada truk di depan mobil, ia 7langsung membelokkan stir dan menginjak rem. Beruntung ketika Emily membanting stir dan menginjak rem, kondisi jalanan sepi. Dan TKP juga tak jauh dari jalanan. Spencer terkejut bukan main ketika ada sebuah truk datang dari arah berlawanan, sementara Emily langsung membanting stir. "Spencer apa yang ada dalam pikiran mu? Ada apa denganmu? Sejak tadi aku berbincang padamu, kau selalu tersenyum sendiri, apa yang ada dalam pikiranmu?!" "Ma… ma… maaf, aku tidak konsentrasi dalam mengendarai mobil, aku sedang memikirkan sesuatu," jawab Spencer "Spencer kau tahu kan kalau kau tidak berkonsentrasi akan menyebabkan kecelakaan pada kita berdua, fokus adalah kunci utama dalam menyetir!"seru Emily. Mereka turun dari mobil dan memeriksa kendaraan yang mereka bawa, berharap tidak terjadi apa pun pada mobil nya. "Spencer seperti nya itu tempat kejadian nya. Terlihat banyak sekali mobil polisi," ujar Emily. Mereka langsung masuk ke dalam mobil dan menuju TKP. Setibanya di TKP, Aaron sudah meminta Emily dan Spencer untuk memeriksa keadaan sekitar. Emily memeriksa lingkungan sekitar, dan Spencer memeriksa bagian timur, dimana pada bagian timur terdapat sebuah gudang yang sudah usang. Dan aku memeriksa pada bagian jenazahnya. Aku dan Aaron tiba 5 menit lebih awal dari Emily dan Spencer. Aku mulai memeriksa tubuh jenazah. "Maaf permisi…aku ingin kalian membuka kantong jenazahnya," pinta ku pada beberapa polisi yang sedang bertugas mengamankan jenazahnya. Para polisi itu segera membuka kantong jenazah atas perintah ku. Mulutku menganga, terkejut bukan main,karena wajah pria itu setidak, aku melihatnya dengan sangat jelas sekali. Dan...benar dugaanku, pria rekan kerja sudah di bunuh. Alat vitalnya di potong hingga habis, kemudian kedua matanya di congkel. Kedua kaki dan tangannya di ikat dengan kuat. Dan terdapat bekas berbentuk kotak serta pakaiannya terdapat bekas berwarna merah. Ku cium aroma pakaian yang berwarna merah itu, dan ku rasakan melalui indera pengecap. "Seperti nya bukan darah, coba ku rasakan lagi… sepertinya ini saus tomat," batinku. Ku periksa kembali denyut nadinya dan seperti keseluruhan pakaian nya. Di bagian celana bagian resleting terdapat sebuah bercak, serta bagian celana lipatan bawah juga terdapat bercak. "Bercak apa ini?"tanya ku dalam hati. Tak berapa lama ahli forensik tiba dengan membawa sejumlah peralatan nya. Aku mengatakan beberapa hal yang ku ketahui sebagai penunjang kasus ini. Selanjutnya ku ambil beberapa gambar dari jenazah itu sebagai alat bukti ku. Selesai mengambil gambar, aku mencari kembali beberapa bukti yang mungkin masih bisa ku temukan. Aku berjalan melewati beberapa hutan sambil membawa alat penerangan. Tiba-tiba aku tersandung oleh sebuah benda. Segera saja ku arah kan cahaya itu ke bawah. Sebuah dompet wanita berukuran 14x10, berwarna kopi dengan tulisan Mandy. Segera saja ku bawa dompet itu ke Aaron. "Maaf, aku menemukan ini di dekat hutan sana," ucapku seraya memberikan dompet. Aaron memberikannya pada tim penyidik guna pemeriksaan lebih lanjut. "Kau menemukannya dimana?" tanya Aaron "Di dalam hutan sana, mungkin dia tidak menyadari, kalau dompetnya terjatuh,"ucapku "Hmmm...begitu ya, apa kau ada ide untuk menemukan si Pelaku?" tanya Aaron padaku "Ada,"jawabku dengan mantap. "Apa itu?" tanya Aaron kembali "Maaf sebentar, apa aku bisa berbicara berdua saja dengan anda?" tanyaku kembali Aku pergi tepat di gudang penyimpanan yang tidak terpakai, menjauhi kerumunan. "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Aaron "Maaf sebelumnya, aku ingin meminta izin, ingin menyamar menjadi seorang pria yang sesuai dengan target dari si Pelaku. Aku sudah memikirkan nya dengan matang, jadi sebelum aku bertindak, aku juga meminta izin terlebih dahulu pada anda, sebagai atasan saya, "ucap ku pada Aaron Aaron terkejut mendengar ide gila dariku. " Apa kau gila? Kau ini anak baru! Lagi pula sangat berbahaya bukan? Coba kau cari ide yang lain. Tidak… aku tidak setuju sama sekali! " teriak Aaron Teriakan Aaron membuat yang lain langsung menengok ke arah tempat aku dan Aaron berbicara. Hanya beberapa detik saja, mereka melihat ke arah kami, setelah itu mereka melanjutkan pekerjaannya masing masing. Setelah itu datang lah Emily dan juga Spencer dari arah yang berbeda. "Ada apa? Aaron, mengapa kau berteriak seperti itu?" tanya Emily "Anak ini membuat suatu ide yang sangat gila, tidak… aku tidak bisa mengizinkannya, terlalu bahaya bagi nyawanya," jawab Aaron "Memangnya ide apa yang di ucapkan oleh Blue?" tanya Spencer penasaran. Aaron memberitahukan sefera memberitahukan ideku pada Emily dan juga Spencer. "Wow keren sekali!" Kenapa tak kau coba saja. Kita juga tidak tahu, bebuat apapun. Tinggal kita lindungi saja dia,"jawab Spencer "Baiklah, tapi kau harus menggunakan video kecil ataupun kacamata yang dapat merekam segala kejadian dan memotret nya. Mmm… lalu apakah kau sudah tahu dimana pelaku itu berada?" tanya Aaron "Sudah, aku sudah tahu dimana dia berada, dan Tugas ku adalah melaporkan setiap gerakan ku, bukan?" Dengan berat hati, Aaron mengizinkanku untuk pergi menyamar menjadi seorang pria. Pulang dari tempat kejadian perkara, di temani oleh Emily dan Spencer, aku pergi ke pusat perbelanjaan dan salon, guna mendukung untuk menjadi seorang pria. Seperti membeli wig, beberapa pakaian pria, kemeja hingga hoodie. Setelah itu aku ke salon meminta untuk memasangkan wig ini agar aku terlihat sempurna menjadi seorang pria. Setelah semua selesai, baik Emily, Aaron dan Spencer merasa takjub melihat perubahan ku menjadi seorang pria. "Blue coba kau keluar dari ruang ganti baju, kami mau melihat perubahan mu!" pinta Emily
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD