Sembilan - Mata yang Indah

1152 Words
"Kei, lo sekarang ikut ospek anak baru?" tanya salah seorang temannya. Kei yang sedang membaca buku panduan ospek di Ruang OSIS pun mengangguk. "Tahun terakhir, sayang poin kalau nggak ikut." "Gue bagian rebahan aja deh, ospek tahun ini capek banget ya katanya?" tanya orang tersebut. Kei mengangguk membenarkan ucapan Brios, "Capek banget. Apalagi ada pendakian alam seminggu di salah satu gunung." Jelasnya. Brios mengusap dagunya. "Pendakian ya?" gumamnya. "Kayaknya asik deh kalau gue ikut." Kei menggeleng tegas, "Gak bisa Bri." tolak Kei mentah-mentah. "Kalau lo mau ikut pendakian, lo harus ikut ospek in anak baru." "Kei, kumpul di deket mading," sela Brios menunjukkan ponselnya. "Gue belum cek hape daritadi, untung lo bilang." Kei menepuk jidatnya. "Ayo, mana aja yang perlu gue bantu bawa?" tawar Brios sambil menenteng beberapa map. "Nih," ucap Kei memberikan sebuah buku bertuliskan 10 IPA 1. "Gue duluan." pamit Brios keluar dari ruangan. Kei segera membereskan peralatannya dan keluar dari ruangan. Terlihat murid baru sudah berlalu lalang. Dengan tergesa, Kei melangkah lebar menuju mading Bruk! Seorang gadis dengan rambut pirang dikuncir kuda terjatuh karena menghantam tubuh tegap Kei. "Sorry, gue nggak sengaja," sesal Kei menjulurkan tangannya. Gadis tersebut mendongak dan menerima uluran tangan Kei. DEG! "Matanya indah." batin Kei saat melihat gadis tersebut. "Maaf Kakak, saya nggak lihat jalan." Suara lembut dan merdu gadis tersebut membuat perasaan Kei porak poranda. Kei mengangkat dagunya angkuh. "Lain kali hati-hati." Bukan tanpa alasan Kei bersikap seperti itu. Hanya saja jantungnya tak dapat diajak bekerjasama. Sedari melihat mata bulat dan bening gadis tersebut, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Di mading, Raina melihat namanya sudah terpampang di 10 IPA 1. Langsung saja gadis tersebut melangkah mencari papan bertuliskan kelas tujuannya. Setelah menemukan, Raina segera masuk dan mencari tempat duduk yang kosong. Raina menelisik kearah kelasnya, terlihat para murid yang tak mempedulikan sekitar. Mungkin masih belum saling mengenal karena ospek belum dimulai. "Hai, boleh duduk sini?" tanya seorang gadis bertubuh mungil dengan kacamata bulatnya. Raina mengangguk. "Duduk aja." Terlihat gadis tersebut mengulurkan tangannya. "Kenalin, aku Gavrilia. Panggil aja Av." Raina membalas uluran tangan tersebut. "Aku Raina." Senyuman Av mengembang, "Senang berkenalan denganmu, Rain," ucap Av tulus, "semoga kita bisa berteman baik." lanjutnya dengan tersenyum lembut. Raina membalas senyuman tersebut. Ternyata begini rasanya memiliki teman. Menurut Raina sendiri, Av orang yang lembut. Para murid kelas tersebut mulai berdatangan satu persatu. Kini bangku dibelakang Raina dan Av pun sudah mulai terisi. 4 orang mengenakan Jas OSIS memasuki kelas. "SELAMAT PAGI ADIK-ADIK SEMUA." Suara berat dan tegas menjadi pembuka di kelas tersebut. Raina yang sedari tadi menunduk pun melihat kearah depan. DEG! Mata Raina dan mata seorang OSIS tersebut bertabrakan. Hanya seperkian detik karena Raina langsung memutuskan kontak matanya. "Pagi, Kak," jawab anak sekelas kompak. "Kakak absen dulu ya." Seorang perempuan cantik dengan badan sintal bak model mengambil buku absen. "Yang dipanggil bisa maju perkenalan ya." OSIS cantik tersebut mulai memanggil peserta ospek dan para peserta satu persatu memperkenalkan dirinya. Sedaritadi Raina menyimak perkenalan teman sekelasnya. Sama seperti Av yang ikut mendengarkan. Raina pun baru mengetahui jika nama awal teman barunya bukanlah Gavrilia. "Raina Edeline H." Raina yang dipanggil segera maju ke depan kelas. "Adek cantik, perkenalkan diri kamu ya," pinta seorang OSIS yang sepertinya fakboi. Raina mulai menghadap kearah teman sekelasnya. "Hai, perkenalkan namaku Raina Edeline. Kalian bisa memanggilku Raina. Aku berasal dari Cendrawasih Homeschooling. Semoga kita semua dapat berteman baik." Setelah perkenalannya, Raina sedikit menunduk hormat ala kerajaan. "Ada yang ditanyakan?" tanya seorang pemuda yang tadi saling menatap dengan Raina. Raina anak sultan ya sekolah aja HS Udah punya cowok belum Raina cantik banget, gue sebagai sesama cewek mau minta tips ah I love you Raina "Sudah jangan ribut, Raina kamu bisa kembali duduk," perintah OSIS cantik tersebut. Segera Raina pun kembali ke tempat duduknya. Perkenalan terus berlanjut hingga absen terakhir. "Oke sekarang perkenalan dengan Kakak OSIS yang ada di depan ya," ucap OSIS cantik tersebut. "Saya Roysert Edgalen jabatan Ketua OSIS. Di ospek kali ini jabatan saya sebagai pendamping kelas." "Saya Dave Efraim jabatan Wakil Ketua OSIS. Di ospek kali ini jabatan saya sebagai wakil pendamping kelas." "Saya Shirley Briss Alesandra jabatan di OSIS tidak ada karena saya bukan OSIS hehe. Di ospek kali ini jabatan saya sie kesiswaan." "Saya Madelaine Jasicha Nathalia jabatan Sekretaris OSIS. Di ospek kali ini jabatan saya sebagai pelengkap tim." Keempat tim ospek tersebut memperkenalkan dirinya masing-masing. Raina yang menyimak perkenalan pun mengerti siapa nama OSIS cantik tersebut. OSIS cantik bernama Shirley tersebut mengambil alih jalannya persiapan ospek "Siapkan peralatan tulisnya, Kakak mau bagi tugas untuk ospek besok." Seluruh murid dikelas mendengarkan arahan dari OSIS dan mulai mencatat. Setelah itu mereka sedikit berbincang mengenai sekolah baru tersebut. KRING "Kalian bisa istirahat dulu, nanti dilanjut lagi," jelas Dave dengan menyugar rambutnya. "Raina, kantin ayo," ajak Av saat OSIS sudah meninggalkan kelas. "Eum. Aku nunggu Kakakku bentar," jawab Raina gugup. Av mengangguk paham. "Yaudah aku bareng kamu ya, nggak enak kesana sendiri." Tak lama seorang pemuda tampan dengan jas OSIS memasuki kelas dan berjalan kearah Raina. Penghuni kelas yang sebagian kaum hawa memekik girang melihatnya. Pemuda tersebut mengelus rambut Raina dan tersenyum hangat. "Ayo kantin." Raina kenapa bisa kenal anak OSIS Ih aku kira pendiem, ternyata caper juga Masa yang ganteng udah laku sih Edgar yang mendengar celotehan tersebut langsung menatap tajam seisi kelas membuat semuanya kicep. Raina yang mengerti situasi tak baik pun memeluk pinggang Kakaknya guna menenangkan. "Udah, Rain nggak papa," bisik Raina di telinga Edgar. Edgar menghela napasnya pasrah. "Baiklah." "Kak, kenalin dia Av teman baru aku." Raina memperkenalkan sahabat barunya dikelas. Av pun menunduk sopan. "Saya Av." Edgar terperangah mendengar suara lembut gadis tersebut. Namun segera ia menepis pikiran tersebut karena tugasnya hanyalah menjaga Adiknya. "Gue Edgar." jawab Edgar dingin. "Sekarang langsung ke kantin, keburu bel." Lanjutnya dan menggandeng Raina. Av pun mengikuti dan menggandeng lengan Raina yang bebas. Sepanjang perjalanan mereka bertiga menjadi bahan gosip an murid disana. Entah dari Kakak kelas ataupun teman seangkatan. Edgar tak mempedulikan dan semakin mempererat rangkulan tangannya di pinggang Raina karena ia tahu adiknya tersebut takut. "SEKOLAH TEMPAT BELAJAR, BUKAN TEMPAT GOSIP!" Seketika suasana hening karena bentakan Edgar yang menggelegar. Tak lama mereka memasuki kantin, Edgar langsung mengajak Adiknya serta sahabat Adiknya duduk di tempat yang disana sudah ada Abriel. "Pesen apa? Biar sekalian," tawar Abriel sambil bangkit dari duduknya. "Mau makan apa hm?" tanya Edgar kepada Adiknya. "Samain aja," jawab Raina, ia beralih menatap sahabatnya. "Kamu sama sekalian apa gimana Av?" "Sekalian biar gak susah," jawab Av dengan tersenyum kecil. "Nasi goreng 3, Jus Jeruk 3, lo apa terserah. Oh ya, Luke mana? Pesenin sekalian aja," jelas Edgar saat mengetahui salah satu sahabatnya belum selesai urusan basket. "Nih." Edgar menjulurkan uang berwarna merah 2 lembar kepada Abriel. Segera Abriel melangkah kearah stand makanan membelikan pesanan dari si bos. Dia senang karena setiap hari mendapatkan traktiran dari sahabatnya tersebut. Bukan memanfaatkan, tetapi mereka selalu bergantian dalam membayar makanan. "Rayyan." Suara yang dibuat seimut mungkin membuat Edgar merasa mual. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD