Pesta ulang tahun Finia akan diadakan malam nanti sehingga Lisa harus menemukan gaun yang cocok untuk bisa dipakai. Ia sendiri sedari tadi bingung sambil menatap gaun yang berada di lemari, tidak ada yang terlihat bagus untuk bisa ia gunakan karena semua gaun telah ia pakai. Ia pun melangkah keluar dari kamar untuk menemui Savana. Barangkali, pelayan yang suka membantunya merias bisa memberikan sedikit saran mengenai gaun yang bisa ia pakai ke pesta sang sahabat. Ia memasuki area dapur tetapi tidak melihat Savana.
Salah satu pelayan yang menyadari kehadiran Lisa, membersihkan tangannya yang kotor karena habis memetik sayuran sebelum mendekati Lisa. Ia tidak pernah melihat Lisa datang ke dapur sehingga ingin mencari tahu apa yang hendak Lisa lakukan dan jika memang dibutuhkan, ia bermandikan bantuan. “Selamat pagi, Putri. Ada yang bisa dibantu?” sapanya dengan ramah kemudian menundukkan kepala agar terlihat sopan. Padahal, jika ia tidak melakukan hal semacam itu, Lisa pun akan memakluminya.
“Apa kamu melihat Savana?” tanya Lisa. “Aku sudah mencarinya tetapi dia tidak ada di dapur. Apakah kamu tahu dia pergi ke mana?” Lisa masih memerhatikan pelayan yang ada di dapur, bahkan ia pun menatap pelayan yang baru memasuki dapur, barangkali saja Savana datang tetapi tetap tidak ada.
“Ah, Savana.” Sepertinya Lisa memang lebih membutuhkan bantuan Savana yang merupakan pelayan yang begitu berdedikasi karena sering membantunya. “Tadi dia ada di dapur tetapi kemudian pergi. Aku tidak tahu dia pergi ke mana. Apakah Putri sudah mencarinya di taman? Dia suka menyiram bunga di sana,” katanya dengan jelas. Ia sering melihat Savana mendatangi taman dan membantu pelayan yang ditugaskan mengurusi tanaman karena Savana sendiri menyukai tanaman bunga yang indah.
“Sayang sekali, aku telat datang ke sini.” Lisa sudah tidak lagi memerhatikan seisi dapur, ia menatap pelayan di depannya yang sudah menjawab segala pertanyaannya dengan baik. “Aku tidak akan datang ke taman karena sedang malas. Kamu bisa memberi tahunya apabila dia datang, suruh dia ke kamarku segera ya.” Lisa kemudian melangkah meninggalkan dapur setelah pelayan mengiakan ucapannya. Ia tidak mau pergi ke taman istana karena lebih baik ia istirahat di kamar.
Langkah Lisa mendadak terhenti karena ia mendengar suara ibunya yang sangat akrab menyapa seseorang. Ia pun mendadak mengubah jalur menjadi tidak menuju kamar melainkan tempat di mana ibunya berada. Ia tidak tahu siapa gerangan wanita yang datang sehingga ia sepertinya tidak perlu menyapa. Ia hampir saja tidak bisa menyeimbangkan tubuh saat kaget karena mendadak ada prajurit di belakang tubuhnya. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Kehadiran prajurit yang datang tiba-tiba, membuat suasana hati Lisa mendadak kesal.
“Maaf, Putri. Aku hanya memberikan pesan dari nona Gabriel. Dia akan menunggu kedatangan Putri di dekat kandang kuda karena ada yang ingin dibicarakan. Dia tidak berani masuk ke istana karena ibu ratu sedang ada tamu.” Prajurit itu tidak keberatan untuk menyampaikan pesan dari Gabriel sebab tahu kalau Lisa berteman baik dengan perempuan itu dan biasanya Gabriel memang datang ke istana hanya untuk menjemput Lisa tetapi kali ini Gabriel tidak ingin mengganggu Kiela yang sedang menerima tamu, jadi menyampaikan keperluan padanya.
Lisa agak heran karena ia tidak punya janji temu dengan Gabriel tetapi tidak mungkin sang sahabat akan datang tanpa keperluan yang pasti. “Aku akan menemuinya segera. Sebaiknya kamu menyuruhnya untuk duduk di kursi yang ada di teras istana saja. Aku tidak ingin membuatnya tak nyaman karena menunggu di kandang kuda.” Walaupun Gabriel mungkin tidak keberatan untuk menunggu di dekat kandang kuda tetapi ia sendiri yang tidak ingin datang ke sana apalagi harus mengobrol panjang.
“Aku akan sampaikan padanya. Kalau begitu aku pamit pergi.” Prajurit melangkah meninggalkan Lisa yang sudah berjalan menuju arah kamarnya. Ia akan menyampaikan pesan pada Gabriel kemudian kembali melaksanakan tugasnya sebagai prajurit yang menjaga di area depan.
Keputusan Lisa untuk tidak langsung menemui Gabriel memang benar karena Savana ada di depan kamarnya. Ia pun tersenyum pada perempuan lalu membukakan pintu agar ia bisa masuk kamar bersama Savana. “Apa kamu sedang tidak sibuk? Aku membutuhkan pendapatmu tetapi aku tidak bisa berlama-lama karena harus menemui Gabriel yang sudah menunggu di teras.” Lisa menatap Savana yang mengangguk, ia bisa bernapas lega.
“Kebetulan aku sedang tidak ada pekerjaan yang berat sehingga tidak harus selalu berada di tempat kerja untuk melakukannya,” ucap Savana. “Apa yang bisa aku bantu untukmu? Aku tidak enak hati karena kamu mencariku di dapur dan aku sendiri malah pergi karena bosan dengan pekerjaan itu. Aku tentu tidak bersantai sebab aku baru saja membantu prajurit memberikan makan rumput pada kuda. Aku kadang perlu untuk mengotori diriku. Aku tidak bau bukan?” Savana baru ingat kalau ia tadi datang dari kandang kuda dan malah memasuki kamar Lisa yang wangi dan bersih. Sangat tidak sopan, harusnya tadi ia meminta bicara di luar saja.
Tentu saja Lisa menghirup aroma tubuh Savana yang tidak terlalu bau. “Bukan masalah, aku yang memintamu datang, jadi sudah risiko apabila bau tubuhmu akan berada di kamarmu. Aku bisa menyuruh pelayan untuk membersihkan kalau memang baunya mengganggu tetapi saat ini kamu tidak bau." Lisa melangkahkan kaki mendekati lemari lalu membukanya. Ia sudah bosan dengan semua gaun yang ada dan sepertinya ia perlu membeli beberapa tetapi tidak ingin pergi bersama Savana karena ia yakin Savana akan mengomelinya.
“Aku akan datang ke pasta ulang tahun Finia tetapi tidak ada satu pun gaun yang menarik perhatianku. Apakah kamu punya saran?” tanya Lisa sambil menatap Savana yang sedang memerhatikan gaun yang ada di lemari. Savana punya sesuatu yang bisa melihat penampilan seseorang lebih cantik menggunakan pakaian seperti apa, sehingga ia harap bisa mendapatkan saran terbaik agar bisa datang ke pesta dengan tampilan memukau. “Pakaian yang mewah tetapi tidak membuat banyak pasang mat hanya fokus padaku. Aku tidak ingin pemilik acara kalah saing.”
Jika biasanya Savana akan langsung mengambil gaun, sayangnya kali ini tidak karena tidak mau bau yang berasal dari tubuhnya mengenai gaun yang telah dicuci dengan bersih dan wangi. Ia menunjuk gaun berwarna biru yang berada di nomor tiga sebelah kanan. “Aku pikir gaun itu cocok untuk dipakai ke pesta ulang tahun sederhana. Selain desain yang dibuat tidak mencolok, hanya gaun itu yang bisa memberikan kesamaan status sosial sehingga ketika kamu memakainya, Finia tidak akan merasa tersaing olehmu.” Savana harus mengerti perasaan pemilik pesta juga karena Finia akan menjadi pemeran utama sehingga tidak boleh sampai kalah dengan tamu yang diundang.
Lisa tidak langsung setuju dengan pendapat Savana mengenai gaun yang kini ada di tangannya. Mungkin memang terlihat sederhana tetapi kurang merakyat karena masih terdapat pernak-pernik dari mutiara. Ia memang tidak seharusnya memakai gaun yang ada di lemarinya apabila pergi ke pesta di mana sang sahabat akan menjadi pusat perhatian. “Aku akan memakainya jika tidak ada pilihan lain. Aku sendiri kurang suka tetapi memang hanya ini gaun dengan tampilan yang tidak terlalu mewah.” Lisa hampir lupa kalau ia sudah ditunggu oleh Gabriel. “Kamu bisa pergi sekarang, terima kasih atas saranmu. Aku akan menemui Gabriel.” Lisa menaruh kembali gaun ke lemari dan menutup pintunya. Ia kemudian melangkah menyusul Savana yang sudah berjalan keluar kamar.
Sembari berjalan menuju teras, Lisa tidak henti-hentinya menebak kemungkinan Gabriel datang ke istana tanpa melakukan perjanjian lebih dulu. Andai ini hal yang penting, ia menduga ada kaitannya dengan ulang tahun Finia. Mungkin saja Gabriel akan mengajaknya untuk mencari hadiah untuk Finia, ia bahkan belum menyiapkan karena sibuk mengurusi gaun. Ia pikir pelayan tidak tahu kehadiran Gabriel tetapi bersyukur karena sang sahabat sudah diberi minuman. Ia menepuk pundak Gabriel sebelum duduk di kursi yang sama sambil menatap halaman istana yang lumayan luas untuk dijadikan tempat bermain. “Apa kamu sudah menunggu lama?”
Gabriel meletakkan cangkir di meja pot karena hanya satu-satunya benda yang bisa dijadikan pengganti meja. “Tidak, aku baru saja datang. Maaf sekali karena tidak memberi tahumu lebih dulu untuk bertemu. Apakah aku mengganggumu?” Gabriel lupa menanyakan pada prajurit mengenai kesibukan Lisa, maka tadi ia sempat berniat untuk pergi andai pelayan tidak memberi tahu kalau Lisa akan datang untuk menemuinya. Biasanya, ia dapat menemui Lisa dengan cepat tetapi mungkin ada yang sedang sahabatnya lakukan jadi datang agak lama.
“Kamu selalu saja sungkan untuk mengatakan padahal aku tahu kamu sudah menunggu lama.” Lisa jadi merasa tidak enak hati dengan Gabriel. “Kamu tidak perlu meminta maaf karena aku harusnya yang meminta maaf karena tak langsung menemuimu. Kamu tidak menggangguku, jadi ada perlu apa kamu kemari?” tanya Lisa dengan penasaran.
“Aku benar-benar bimbang untuk menentukan hadiah apa yang bisa kuberikan pada Finia dan aku ingin membeli gaun tetapi tidak ada teman yang bisa aku minati pendapat, jadi aku datang ke sini untuk mengajakmu pergi berbelanja. Apakah kamu ada waktu?” Gabriel sangat berharap Lisa bisa menemaninya. “Apabila memang kamu sedang tidak bisa, aku tidak apa-apa. Aku akan berbelanja sendiri karena aku tahu kamu juga banyak tugas di istana ini.”
Lisa tersenyum tipis pada sang sahabat, ia sendiri pun belum menyiapkan hadiah dan tentu ia bisa membeli gaun sederhana dengan Gabriel. Pergi berbelanja adalah ide yang bagus, ia bersyukur karena Gabriel datang ke istana untuk mengajaknya. “Aku bisa pergi bersamamu karena waktuku memang luang. Aku juga belum membeli hadiah untuk Finia, jadi aku bisa membelinya bersamamu dan aku juga mungkin bisa membeli gaun karena kamu tahu kan, aku tidak punya gaun yang sederhana. Aku ingin menghargai Finia sehingga aku tidak boleh terlalu menarik perhatian.”
Gabriel memeluk Lisa saking senangnya, ia tidak perlu berbelanja seorang diri. Menyempatkan waktu untuk mendatangi istana tidak mendapatkan hasil sia-sia. “Terima kasih karena sudah menerima ajakanku. Kita bisa membeli hadiah bersama untuk Finia dan aku rasa setiap orang punya auranya masing-masing, jadi apa pun gaun yang kamu pakai, pasti sangat menarik perhatian. Finia akan menjadi pemilik pesta, dia akan menggunakan gaun terbaik, seharusnya kamu tidak perlu khawatir. Akan tetapi, jika kamu ingin beli gaun makan aku akan membantumu memilihkan.” Saling membantu sesama sahabat memang bisa meningkatkan hubungan menjadi lebih baik.
“Ya sudah, aku siap-siap dulu.” Lisa bangun dari kursi. “Kamu bisa menyantap dulu minuman dan camilannya.” Lisa berjalan memasuki istana setelah ia melihat wanita yang datang menemui ibunya telah pergi. Ia akan meminta izin pada orang tuanya dulu sebelum pergi dengan Gabriel. Ia akan memberikan hadiah terbaik untuk sang sahabat sembari memakai gaun yang sederhana. Ia jadi tidak sabar untuk pesta nanti malam. Ia bisa menebak kalau Finia akan tampil dengan memukau.