you, again

1000 Words
gina yang sudah terbiasa bangun siang selama beberapa buan ini keluar dari kamar dengan mata setengah terpejam. dimeja makan ia mendapati kakak dan abangnya dengan cangkir teh masing-masing dan sepiring gorengan. "mata kakak kok bengkak?" tanya gina yang sudah bangun sepenuhnya. perasaan sang kakak masih baik-baik aja semalam, dan sekarang sangat jelas jika kakaknya itu habis menangis. entah baru menangis atau menangis semalaman. flash back: gina sudah masuk ke ruangan pribadinya dari setengah jam yang lalu sementara fino dan tika masih duduk didepan tv sambil menonton acara favorit mereka yang kebetulan sama. setelah tayangan itu berakhir fino menyadari bahwa ia hanya berdua saja dengan tika. pria itu langsung beranjak dan akan masuk kekamarnya yang berada diantara kamar tika dan gina. "fin.." langkah fino terhenti karena panggilan tika, pria itu menoleh untuk merespon apapun itu yang akan dikatakan tika. mungkin cewek itu ingin pulang ke suaminya, begitu pikir fino "maaf atas pukulan yang kamu terima" lanjut tika dengan suara bergetar. perempuan itu menangis lagi. ini kedua kalinya fino melihat tika menangis. "bukan salahmu, ini kuterima ka" fino mengurungkan untuk menyelesaikan kalimatnya. tika akan sangat sedih mendengar dika memukulnya karena membuat nadin menangis. "tik.." "hm?" "aku ga bisa bantuin kamu lebih dari ini karena kamu udah jatuh cinta sama dika" ucap fino yang menyadari bahwa gadis itu sudah jatuh cinta pada suaminya. dan hanya orang yang bersangkutan yang bisa membantu tika untuk merasa baikan sepenuhnya. "ya, tapi jangan suruh aku pergi dari sini" ucap tika menyeka air matanya , ia sungguh-sungguh ingin bersama fino dan gina saja. karena tika melihat gina baik-baik saja selama menjauh dari sumber masalahnya. flash back off: "kakakmu ini kan habis nangis" jawab fino , ia tidak menemukan jawaban lain "kakak nangis kenapa?" tanya gina berlebihan "biasa aja dek.. kemaren abang kan emang nemu tika saat dia habis nangis ?" gina memanyunkan bibirnya karena lagi-lagi seseorang menilainya berlebihan. kata 'biasa aja' emang sering membuatnya kesal. mereka menyuruhnya untuk bersikap biasa aja, memangya seberapa berlebihan dirinya ini? gina kena omeli oleh dua orang manusia yang lebih tua darinya karena berniat memakan gorengan sebelum gosok gigi dan cuci muka. dan sekarang ia sedang menatap kesal pada pantulan dirinya yang ada dicermin. gina menyerngit mendengar suara bell interkom. memang siapa yang mendapat tamu di agi hari seperti ini? ia berjalan menuju sumber suara karena sepertinya tak ada yang membukakan pintu. "tamu siapa bang?" tanya gina yang masih belum menyadari kebekuan kakak dan abangnya melihat sang tamu. baru setelah gina selesai dengan handuk di mukanya, ia melihat orang itu yang ternyata tamu nya. "lain kali liat dulu siapa yang datang ,baru dibukai pintu" gerutu gina dan melewati saudara-saudaranya yang dilanda cangung, berniat menutup pintu. tapi gagal karena rafa langsung menarik tangannya agar keluar dan mengikuti langkah lebarnya. . "loh na.. ini siapa yang nyeret-nyeret kamu?" tanya seseorang yang sering mengajak gina bicara selama beberapa bulan ini "eh , mas zaki.. ini abang sepupuku" ucap gina melepaskan tangannya dari gengaman zaki. rafa adalah saudara kandung dika , jadi sangat mungkin jika ke-bar-bar-an mereka mirip. dan gina tidak ingin zaki mendapat pukulan seperti yang didapat fino dari dika. gina diseret dengan kasar sampai ke parkiran.hati gadis itu mencelos melihat bagaimana urat-urat tangan rafa muncul saat menyeretnya. dan plis jangan tanya bagaimana sakitnya pergelangan tangan cewek itu. rafa membuka pintu mobil dan mendorong gina masuk. gina menangis, pelipis kanannya terbentur sangat keras pada mobil rafa saat pria itu memaksanya masuk. dan sekarang bagian kepalanya itu terasa sangat panas dan berdenyut-denyut. sementara rafa yang menyadari kesalahannya hanya bisa membatu. ia tidak pernah berhadapan dengan gina yang menangis karena ulahnya sendiri. dan ini rasanya sangat aneh. saat rafa berniat mendekat dan memberikan obat seperti yang dulu sering mereka lakukan yaitu kecupan, gerakannya terhenti "kenapa kau harus datang lagi?" tanya gina tanpa melihat pada siapa yang diajaknya bicara "karena kamu pergi tanpa izin" ucap rafa setelah mengecup pelipis gina yang memerah. setelah rafa kembali memberi jarak dengan dirinya dan gina, ia melihat jika gadis itu tampak sangat tidak suka dengan apa yang dilakukannya barusan. "..." gina tak ingin bicara lagi dengan orang sok baik yang tidak tau bahwa dirinyalah penyebab malapetaka dalam hidupnya. "masuk gin.." pinta rafa tapi tetap diabaikan oleh gadis yang sedang menahan rintihan kesakitannya. "kenapa saudara ipar ada disana semua?" tanya rafa setelah ikutan diam beberapa menit. "kenapa emangnya? bagus dong.. abangmu bisa bersama sepupumu dan kau bisa bersama lintah itu. kami hanya penghambat dalam cinta kalian. dan asal kau tau, aku tidak pernah terlibat rencana cerdas keluargamu itu. jadi sekarang biarkan kami hidup nyaman" ucap gina dan berjalan menjauhi rafa. ~~~ "kenapa kita biarin rafa narik gina seperti itu?" tanya tika protes pada fino yang kembali pada gorengannya "gina lebih dekat dengan rafa daripada kita dan rafa tidak akan mencelakakan adik kesayangannya. lagian sekarang mereka terikat dalam pernikahan dan kita tidak bisa ikut campur seenaknya. sama sepertimu nanti jika dika membawamu pulang, aku tidak bisa menghalangi orang itu" terang fino. dan tika langsung menjawab dengan itu tidak akan terjadi. "lalu kamu?" "aku? aku tidak seperti kamu yang jatuh cinta terlalu cepat pada seseorang" kekeh fino setengah meledek tika. lagian nadin sangat tidak mungkin mencintainya. dan semua orang tau itu. nadin memang sangat cantik, dia punya pesona lain. lain dari yang dimiliki adiknya tapi fino tidak ingin ambil resiko dengan menjatuhkan hatinya pada wanita itu. "iya deehhh" ucap tika agak kesal "tik.. kamu mau punya usaha cafe sama gina?" tanya fino melenceng dari pembicaraan barusan "hm? kenapa?" "aku tidak bisa membiarkan gadis itu jadi pelayan, dan juga tidak bisa membantunya. adik iparku itu tidak mau kucarikan pekerjaan sesuai bidangnya karena ia masih marah dengan rafa" "apa hubungannya?" "dia mengambil manajemen bisnis karena diminta rafa, dan setelah semua yang terjadi ia merasa kesal dengan semua yang berhubungan dengan rafa" terang fino yang tidak tau bahwa diam-diam gina menulis beberapa surat lamaran kerja. "fin.. pernah ga kamu merasa kalo gina kekanakan banget?" "keduanya kekanakan tik.. ga cuma gina. memang apa yang ada dibenak kamu saat rafa dengan keras kepala bilang harus nikah sama adik sepupunya?" kekeh fino
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD