gina dan para saudara ipar

841 Words
BUUKKK fino terhuyung akibat serangan tiba-tiba yang diberikan dika padanya. pria itu baru saja sampai dirumah mertuanya dan ia langsung mendapat selamat datang dari orang yang masih tidak ingin lepas dari istrinya. "jangan bikin sepupu gue nangis lagi!" ancam dika dan segera berlalu fino merasakan asin di pipi bagian dalamnya akibat tonjokan dika. pria itu meludah dan terkekeh. saat fino mengangkat pandangannya, tatapan pria itu bersiborok dengan raut cemas wanita yang berstatus istrinya. dalam sepersekian detik,fino segera merubah ekspresinya. dia kembali mendekati mobilnya dan melajukan benda itu menjauhi rumah yang sudah ditinggalinya selama lebih dari setahun. fino tidak ingin bertemu dengan nadin. istrinya itu terlalu cengeng, fino berani bertaruh atas semua harta yang dimilikinya jika tadi ia mendekati rumah itu maka nadin pasti akan menangis seperti biasa. fino tidak terlalu memikirkan kenapa istrinya itu menangis karena hanya ada satu hal yang mampu membuat wanita itu menangis, pasti ia bertengkar dengan pacarnya itu. fino mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah orang tuanya karena sang mama pasti akan heboh melihat bibirnya koyak. pria itu kembali memutar arah, satu-satunya tempat yang bisa ditujunya saat ini adalah tempat gina. saat fino memacu kendaraannya itu menuju bogor, pria itu melihat wanita yang cukup sering menangis karena dipermainkan oleh takdir. pria itu berhenti dan mundur sampai mobilnya sejajar dengan wanita yang berjalan tanpa arah itu. "masuk" ucap fino setelah menurunkan jendela mobilnya. tapi wanita itu menggeleng sambil tersenyum lemah. "masuk!!!" ucap fino lagi sambil menggeram. ia kesal karena terlalu banyak wanita disekitar hidupnya yang menderita karena cinta dan ia harus mengurus mereka semua. cowok itu bisa saja tidak memperdulikan mereka, tapi nuraninya tidak sanggup. ia sudah terbiasa bersama wanita yang lemah lembut di masa mudanya, wanita yang pernah menjadi penyebab dirinya kehilangan gairah hidup. "kita kemana?" tanya wanita itu saat sudah duduk dengan nyaman di kursi samping kemudi "melarikan diri" ucap fino serius, tapi setelahnya ia tertawa melihat ekspresi yang diberikan oleh wanita itu. 'kenapa wanita menggemaskan sepertimu harus disia-siakan?' tanya fino dalam hati. ~~~ gina sesekali mengawasi layar interkom karena ia harus tetap waswas pada rafa. ia tidak boleh lengah dan membiarkan dirinya kembali bertemu pria itu. saat ini gina sedang duduk didepan tv tanpa ada niat untuk menonton acara yang sedang tayang itu. lalu terdengar suara seseorang memasukkan sandi apartemennya. dalam hatinya gina berkata tidak mungkin rafa tau sandi miliknya. wanita itu berlari kedepan untuk melihat siapa yang datang. "kak tika?" tanya gina kaget. "hai gin" tampak sekali istri dika itu agak canggung dengan adik sepupu suaminya itu. gina segera menyuruh istri abangnya duduk dan membuatkan minum. sementara ia memberikan tatapan 'apa yang kau perbuat dengan wajahmu' pada abang iparnya. gina mengobati luka di sudut bibir fino sambil bicara dengan tika. ia berhasil menghilangkan kekakuan tika dengan ucapannya beberapa menit lalu. 'jujur saja aku benci pada mereka berdua, jadi jangan sekali-kali kakak berpikir aku memihak kakakku', begitu ucap gina, gadis itu awalnya pro pada dika tapi semenjak tiga bulan lebih mengenal fino-sang abang ipar- ia menyadari bahwa finolah yang terbaik. dan tingkah kakak dan abang sepupunya yang menyia-nyiakan pasangan masing-masing sungguh membuat gina geram. "aku minta maaf karena kakak harus berurusan dengan keluarga itu. ga seharusnya kakak diperlakukan seperti ini" tutur gina tulus. ia baru menyadari bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, ia bisa jadi lebih egois. seperti yang dilakukan oleh dika . abangnya itu tampak sangat tamak dengan tidak mau melepaskan nadin. sementara kakaknya itu tampak sangat bodoh dengan menyia-nyiakan fino. "bukan posisimu untuk minta maaf" ledek fino "aku tidak bicara sama abang" "kalian tampak sangat akrab" kekeh tika yang mengupas apel "gimana kalo kakak tinggal sama kami aja?" "kami???" tanya fino tidak terima, dia tidak pernah merasa tinggal bersama dengan gina sebelumnya. dan kalimat yang digunakan adiknya itu bisa menimbulkan kesalahpahaman untuk istri dan mertuanya nanti. itupun jika mereka peduli. "iya.. kita bertiga tinggal bersama dan membentuk keluarga baru" ucap gina semangat, terlebih karena ia mendengar cerita dari tika yang melihat dika memeluk kakaknya yang menangis. sebagai adik, gina merasa punya tanggung jawab untuk mengurus semua masalah yang ditimbulkan oleh saudaranya itu, meskipun ia sudah memproklamirkan bahwa dirinya lepas dari keluarga itu. "tapi dika.." "dia kenapa? percaya sama aku kalo dia ga akan menyadari ketidakhadiran kakak. maaf kalo kata-kataku kurang ajar, tapi kita sama-sama tau bagaimana otak orang itu" tika terdiam cukup lama dan setelahnya ia mengangguk , seolah ada harapan baru dalam hidupnya. setelah hidup tanpa keluarga selama sebelas tahun, menikah dengan dika selama lebih dari setahun, baru kali ini tika merasa dirinya disayangi oleh orang lain. dan orang lain itu adalah adik dari wanita yang dicintai oleh suaminya. "aku ga bisa" "alah bang.. ga usah sok baik, talak aja kakakku itu" "mulutmu ginaaaa" geram fino dan menarik pipi adiknya itu. gina merintih kesakitan dan di depan mereka tika tertawa lepas untuk pertama kalinya setelah sekian lama. dalam hatinya tika sudah memantapkan hati bahwa ia akan berbagi tawa dan sayang dengan dua orang didepannya itu. jika orang bilang pernikahan itu untuk membentuk sebuah keluarga maka tika setuju, ia sudah menemukan sebuah keluarga dari baginya cukup yang ini. ia tidak ingin membentuk keluarga lain lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD